Sukses

5 Gua Cantik Gunungkidul untuk Liburan Akhir Tahun, dari Ngingrong hingga Kalisuci

Dengan topografi didominasi karst, Gunungkidul punya banyak wisata gua selain Gua Pindul. Salah satunya bahkan pernah menjadi tempat pertemuan Wali Songo. Apakah itu?

Gunungkidul - Siapa bilang Gunungkidul hanya memiliki wisata pantai? Dengan bentuk topografi karst, salah satu kabupaten di Provinsi DI Yogyakarta ini memiliki sederet gua cantik untuk dieksplorasi.

Anda mungkin familiar dengan Gua Pindul, tapi Gunungkidul punya lebih banyak gua yang tak kalah menariknya untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Gua Ngingrong.

Dikutip dari laman visitingjogja.com, gua ini terletak di Lembah Karst Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Gua ini merupakan gua berbentuk luweng/collapse dollin atau lebih dikenal dengan sinkhole dan membentuk gua horizontal. Tidak heran jika peminat wisata Gua Ngingrong merupakan pecinta wisata ekstrem.

Fenomena alam unik lainnya yang bisa ditemukan di sini, yaitu terdapat lafaz Allah di bagian tebing dan batu yang menyerupai orang yang sedang salat. Banyak juga bebatuan besar berwarna putih dan beberapa bebatuan sebesar gajah yang dihiasi tetesan air dari stalaktit dinding gua.

Selain turun langsung ke gua, rapelling tebing Ngingrong setinggi 80 meter, serta susur gua vertikal menuju telaga bawah tanah dengan tiga tingkat telaga, wisatawan juga bisa menjajal flying fox yang membelah lembah dengan ketinggian 90 meter. Cukup banyak bukan pilihan wisata ekstrem disini?

Gua Cerme

Sebenarnya, gua ini terletak di perbatasan Dusun Srunggo, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, dengan Dusun Ploso, Desa Giritirto, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Lokasi ini dulunya adalah tempat pertemuan para Walisongo untuk membahas dakwah Islam dan pendirian Masjid Agung Demak.

Goa Cerme berada di ketinggian sekitar 500 mdpl. Gua Cerme memiliki panjang 1,5 km dengan mulut gua berada di Bantul, sedangkan pintu keluar berada di Gunungkidul.

Sebelum masuk Gua Cerme diharuskan untuk melapor terlebih dahulu kepada pemandu karena terdapat percabangan yang membuat bingung di dalam gua. Untuk menelusuri Gua Cerme juga diperlukan beberapa perlengkapan yang bisa dipinjam dari tempat penyewaan di sekitar lokasi.

Selama menelusuri gua, pengunjung disarankan untuk mengikuti pemandu yang berada di depan barisan karena ada beberapa titik yang cukup dalam. Tidak hanya menawarkan keindahan stalaktit dan stalakmit saja, tetapi juga air terjun dan sungai bawah tanah yang mengalir di sepanjang gua.

Di dalam gua, selain dapat menikmati keindahan ornamen dinding gua yang bersinar ketika disinari lampu senter, pengunjung juga bisa melihatnya gua yang sering dijadikan tempat bertapa. Tidak heran saat di dalam gua akan tercium bau wangi dari dupa dan kemenyan.

Penelusuran sungai gua bawah tanah ini tidak memakai pelampung sehingga pengunjung yang datang disarankan membawa baju ganti karena di beberapa titik, ketinggian air bisa mencapai pinggang-dada orang dewasa. Jangan kaget pula ketika melihat orang beraktivitas di sekitar gua karena mereka menggunakan air gua untuk beraktivitas sehari-hari, terutama mencuci pakaian.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Gua Braholo

Berada di Dusun Semugih, Desa Semugih, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul, Anda bisa menjangkau gua ini sekitar dua jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor dari pusat Gunungkidul. Setelah itu, pengunjung harus menaiki beberapa anak tangga karena lokasinya yang berada di ketinggian sekitar 357 mdpl.

Sesampainya di mulut gua, suasana sunyi dan teduh akan menyambut para pengunjung. Kondisi gua cukup luas dengan batuan stalaktit di langit-langit dan stalakmit di bagian bawah. Tinggi langit-langit gua lebih dari 15 meter sehingga terang bila sinar matahari masuk.

Lantai gua sebagian besar tanah dengan lebar ruangan kurang lebih 39 meter dengan panjang 30 meter. Luas keseluruhan gua sekitar 1.172 meter persegi.

Kedalaman gua berbeda-beda akibat proses ekskavasi yang dilakukan oleh para peneliti pada 1994 sampai 2000. Dari informasi yang tertera di depan mulut gua, proses ekskavasi tersebut dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jakarta yang dipimpin oleh Prof Truman Simanjuntak.

Dalam proses ekskavasi ini ditemukan beberapa tembikar, sisa biji-bijian hingga sisa-sisa fauna seperti rusa, monyet ekor panjang, musang, bahkan kulit kerang dan manik-manik. Ditemukan juga peralatan dari batu yang berasal dari 6-12 ribu tahun yang lalu.

Selain ditemukan sisa fauna, alat-alat batu, dan cangkang moluska, ditemukan juga kuburan 10 kerangka manusia purba dengan ras Australomesoid di Gua Braholo yang dipercaya sebagai nenek moyang manusia yang hidup di Yogyakarta.

3 dari 4 halaman

Gua Maria Tritis

Gua Maria Tritis merupakan gua yang terletak di antara perbukitan gunung kapur yang dijadikan tempat ziarah umat Katolik. Dinamakan Tritis karena adanya tetesan air yang selalu menetes di gua yang berlokasi di Dusun Bulu, Kabupaten Gunungkidul, Wonosari.

Awalnya, gua ini dianggap sepi dan angker sehingga tidak banyak orang yang berani memasukinya. Maka itu, gua ini dijadikan tempat pertapaan dan persinggahan oleh beberapa pangeran Kerajaan Mataram. Gua ini mulai dikenal oleh kalangan umat Katolik sekitar 1974, yaitu saat digunakan sebagai tempat Ekaristi Natal.

Sejak saat itu, nama gua ini diberi tambahan Maria menjadi Gua Maria Tritis yang menjadi tempat ziarah para umat Katolik. Keindahan stalaktit dan stalakmit semakin menambah khusyuk berdoa dan menjadi tempat perenungan indahnya ciptaan Tuhan.

Di sini tidak terdapat banyak ornamen, hanya patung Bunda Maria yang sedang berdoa dan sebuah salib besar serta beberapa deret bangku untuk berdoa. Sebelum memasuki Gua Maria Tritis, peziarah harus menyusuri jalan setapak membelah ladang jati. Selama perjalanan, pengunjung akan menemukan stasi-stasi yang berisikan diorama proses penyaliban Yesus.

4 dari 4 halaman

Gua Kalisuci

Salah satu tempat yang cocok untuk melakukan cave tubing adalah di Gua Kalisuci. Gua yang berada di kawasan Karst Gunungsewu kini menjadi salah satu warisan alam dunia. Indonesia boleh berbangga karena wisata alam seperti Kalisuci hanya ada tiga di dunia, yaitu di Meksiko, Selandia Baru, dan Indonesia.

Di Kalisuci, wisatawan akan diajak menyusuri sungai bawah tanah menggunakan ban pelampung atau dikenal dengan cave tubing, yaitu perpaduan caving (susur gua) dan body rafting.

Sebelum melaksanakan kegiatan, wisatawan akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai kegiatan cave tubing Kalisuci. Selanjutnya, pengunjung akan diberikan pengarahan dan perlengkapan seperti jaket pelampung, headlamp, helm, pengaman lutut dan kaki, serta ban pelampung.

Selama perjalanan, wisatawan akan merasakan sensasi basah-basahan dengan segarnya air sungai yang jernih dan segar sambil menikmati keindahan ornamen stalaktit dan stalakmit yang mengagumkan. Ada pula aliran sungai yang meliuk-liuk, kokohnya tebing karst, dan jeram-jeram sungai yang menambah keseruan selama perjalanan.

Kegiatan susur gua ini sendiri memakan waktu kurang lebih selama 1,5 jam dengan panjang trek sekitar 700 meter berupa tiga sungai terbuka dan dua sungai gua. Wisata Cave Tubing Kalisuci ini berlokasi di Padukuhan Jetis Wetan, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.