Sukses

Jangan Lagi Buang-Buang Makanan, Kenali Kampanye Zero Food Waste

Tahun ini, Indonesia tercatat sebagai negara ke-2 di dunia yang paling sering buang makanan, mau sampai kapan?

Liputan6.com, Jakarta - Mending lebih daripada kurang. Anda sering mendengar kalimat itu? Ya, bagus kalau lebihnya diberi pada orang lain, tapi kalau malah dibuang bagaimana? Soal buang-membuang, termasuk makanan, budaya ini terlihat enteng saja bagi tak sedikit orang Indonesia.

Buktinya, berdasarkan data Global Food Sustainability Index pada Mei lalu, setelah Saudi Arabia, Indonesia tercatat sebagai negara ke-2 di dunia yang paling sering membuang makanan. Kebiasaan buruk ini termasuk menyimpan makanan dengan stok berlebih hingga kedaluwarsa.

Alhasil, penumpukan sampah organik yang kemudian menjadi limbah karena tak diolah dengan tepat pun terus jadi masalah tak terselesaikan. Sudah sebegitu lama terabaikan, sekarang jadi waktu tepat untuk mengetahui program zero waste, termasuk di makanan.

Menurut founder zerowaste.id, Maurilla Sophianti Imron, konsep zero waste secara umum adalah bagaimana Anda tidak mengirim sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). "Karena TPA itu bahaya dan sangat berkontribusi ke efek rumah kaca dari gas metana beracun yang dihasilkan," tuturnya pada Liputan6.com lewat pesan singkat, Selasa, 27 November 2018.

"Di Indonesia, TPA kalau nggak dibakar akan nimbun begitu saja. Akhirnya jadi polusi udara, tanah, dan air. Jadi, sebenarnya nggak hanya mengurangi plastik. tapi juga seputaran food. 60 persen dari sampah adalah sampah organik rumah tangga," sambungnya.

Diakui Maurilla, nol sampah pun tidak mudah untuk dicapai. Tapi, ada cara-cara sederhana untuk memulai zero food waste. "Dari membeli produk lokal, bahkan menanam sendiri atau regrow. Berbelanja tanpa plastik, memasak dengan porsi yang cukup, dan tidak membuang sampah organik, tapi menjadikannya kompos," paparnya.

Yang paling simple, semua orang harusnya sudah bisa eat mindfully. "Finish your plate," katanya. Tapi, lagi-lagi, aplikasi pemikiran ini akan sangat sulit, mengingat budaya makan orang Indonesia yang sukar diubah.

"Anggapan bahwa semakin banyak makanan itu baik adalah rule di lingkungan masyarakat kelas menengah. Biasanya dalam satu rumah tangga, nggak cukup lauk satu atau dua, harus lebih. Tiap waktu atau tiap hari harus ganti, pun daya konsumsi berlebihan saat belanja. Akhirnya membuat makanan jadi busuk tanpa dikonsumsi terlebih dulu," jelasnya.

Faktor lain yang membuat Indonesa tercatat sebagai negara mubazir adalah kultur catering pernikahan. "Dengan buffet sebagai konsep normal, hampir nggak ada acara pernikahan yang nggak membuang-buang makanan secara berlimpah," ujarnya.

"Untung sekarang ada beberapa organisasi yang mau menampung makanan untuk kemudian diberikan ke orang-orang yang membutuhkan," tambah Maurilla. Baginya, zero food waste ini sudah sangat penting diperhatikan banyak orang

"Food waste itu serious problem yang ironis karena sebenarnya dunia memproduksi cukup banyak makanan untuk ngasih makan orang di seluruh dunia. Jadi, harusnya nggak ada kelaparan. Tapi, makanan-makanan ini malah dibuang-buang di negara maju dan berkembang," tandasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.