Sukses

Dongeng Tetua Selamatkan Warga Pulau Simeulue dari Tsunami

Dongeng tetua turun-menurun disampaikan kepada anak cucu. Warga Pulau Simeuleu bisa selamat dari hantaman tsunami dahsyat 14 tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Diceritakan, lagi dan lagi, terus berulang sampai turun-menurun, Dongeng tetua ternyata bukan sekedar pengantar tidur, melainkan juga jembatan untuk tahu apa-apa di masa lalu. Cerita ini nyatanya bisa jadi penyelamat di masa sekarang, seperti kisah yang dialami warga di Pulau Simeulue.

Berjarak sekitar 150 kilometer di sebelah barat pesisir Aceh, pulau ini berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Ketika tsunami menghantam pesisir sebagian besar wilayah Serambi Makkah hampir 14 tahun lalu, Simeulue jadi salah satu pulau yang berada dekat dengan pusat gempa.

Sementara di bagian Aceh lain ratusan ribu jiwa melayang, korban di Pulau Simeulue tercatat tujuh jiwa. Fenomena ini ternyata terjadi lantaran ingatan akan dongeng leluhur tentang pulau ini dan smong, bahasa lokal untuk tsunami.

Dilansir seattletimes.com, Rabu, 3 Oktober 2018, pada 1907, smong pernah menghantam Simeulue. Korban jiwa yang tercatat saat itu cukup banyak. Belum lagi berbicara tentang jumlah rumah warna yang hancur serta harta benda lenyap dalam sekejap.

Sejak itu, smong kemudian menjadi pelajaran hidup bagi masyarakat Pulau Simeulue. Melalui adat tutur, cerita turun-menurun yang juga dirangkai dalam bentuk syair membuat warga lokal siap sewaktu-waktu tsunami datang.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Syair Penyelamat Warga Pulau Simeulue

"Jika kau rasa bumi itu bergetar, lalu air laut menghilang. Janganlah kamu berlari ke pantai dan memungut ikan. Segeralah lari ke bukit atau tempat tertinggi. Tak lama setelah laut menghilang, smong akan tiba dan mengambil semua yang dilintasinya," tulis akun Instagram @poeticpicture di sebuah unggahan beberapa waktu lalu.

Melalui dongeng yang juga dijabarkan di rentatan syair ini kakek-nenek dan orang tua terus menerus bercerita kisah memilukan satu abad lalu. Karenanya, ketika tsunami pada 2004 menghantam, masyarakat Simeulue sudah mengetahui langkah apa yang harus dilakukan.

 

Begitulah dan budaya Pulau Simeulue yang terus terjaga bisa menyelamatkan warganya. Mereka tahu harus berbuat apa ketika smong atau tsunami datang. Bukan dari peringatan secara ilmiah, tetapi melihat tanda-tanda alam.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.