Sukses

Ikuti Jejak Inggris, Dominika Larang Penggunaan Plastik dan Styrofoam

Dominika ikut melarang penggunaan sampah plastik dan styrofoam.

Liputan6.com, Jakarta Perang melawan plastik sekali pakai kian menggema selama beberapa bulan terakhir. Salah satunya datang dari Dominika, sebuah negara di Kepulauan Karibia. Dilansir dari CNN, negara kepulauan ini telah mengumumkan sepenuhnya melarang penggunaan plastik dan cangkir-cangkir serta wadah makanan styrofoam sekali pakai yang efektif diberlakukan pada Januari 2019 mendatang.

Perdana Menteri Roosevelt Skerrit dalam pidatonya pada bulan Juni lalu mengatakan bahwa pemerintahnya ingin membantu melestarikan alam Dominika yang terkenal indah dengan mengurangi hadirnya sampah plastik.

"Dominika dikenal sebagai “Nature Isle” atau “Pulau Alam”. Kita harus melakukan segala untuk mencerminkan keindahan tersebut," ungkap Skerrit.

"Masalah pengelolaan limbah padat mempengaruhi persepsi itu dan kami terus bergulat dengan hal tersebut," tambahnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Efektif Diberlakukan di Sejumlah Negara

Larangan penggunaan plastik sekali pakai efektif diberlakukan di sejumlah negara di seluruh dunia. Di Inggris, sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan ada penurunan yang signifikan di pantai Inggris sejak pajak tas plastik diperkenalkan pada 2015.

Dalam sebulan terakhir, Selandia Baru dan Australia mengikuti jejak yang sama  untuk menghentikan penggunaan kantong plastik, meskipun di Australia, kontroversi melanda ketika toko bahan makanan utama Coles mundur dari larangan tersebut. Perusahaan-perusahaan besar, termasuk Starbucks dan Disney, juga telah mengumumkan rencana baru untuk menyingkirkan sedotan plastik.

Sementara itu daftar lengkap barang-barang yang akan dilarang di Dominika belum sepenuhnya dirilis. Akan tetapi, pemerintah mengatakan pelarangan tersebut mencakup sedotan plastik, piring plastik, garpu plastik, pisau plastik, gelas styrofoam, dan wadah styrofoam.

 

3 dari 3 halaman

Badai topan Maria

Pada September 2017 lalu, pulau ini dihancurkan oleh topan Maria dan dampak badai pun masih terasa.

"Cuaca ekstrem saat ini lebih sering dan intens, yang disebabkan oleh dampak perubahan iklim," ungkap Perdana Menteri Skerrit.

Keputusan untuk melindungi lingkungan berjalan seiring dengan komitmen negara untuk melindungi diri dari bencana alam di masa depan.

"Kita harus membangun kembali dan mengatur ulang masyarakat dan ekonomi kita serta melindungi lingkungan kita untuk mencapai Dominika yang baru dan lebih tangguh,” tambahnya.

Yurike

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.