Sukses

5 Alasan Mengapa Anak Milenial Tidak Suka Nonton Teater

Apresiasi generasi milenial terhadap kesenian tradisional yang semakin luntur, jadi tantangan bagi para pelaku seni untuk berinovasi.

Liputan6.com, Jakarta Apresiasi generasi milenial terhadap kesenian tradisional makin luntur. Kondisi ini menjadi tantangan bagi para pelaku seni tradisi untuk mampu mengemas seni pertunjukan yang punya daya tarik bagi kalangan milenial. Inovasi menjadi kata kunci. Dolfry Inda Suri, Ketua Yayasan Teater Keliling yang ditemui Brilio.net di sela-sela pertunjukan Sang Saka di Bukit Wisata Kiram, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, beberapa waktu lalu memberikan argumentasinya, mengapa anak muda saat ini nggak suka seni teater.

“Inilah yang harus dilakukan para seniman teater. Bagaimana membuat cerita yang bisa diterima para milenial. Misalnya mereka suka humor maka harus dimasukan unsur itu ke dalam cerita. Begitu juga ketika mereka suka lakon yang ada nyanyiannya, maka konsepnya pun harus dimasukkan lagu,” ujar Dolfry.

Saat ini, sebuah seni teater harus bisa memberikan inovasi yang berbanding lurus dengan perkembangan zaman. Tujuannya agar seni teater bisa diterima semua kalangan, khususnya anak-anak muda.

Berikut lima alasan mengapa anak muda nggak suka nonton teater yang dirangkum Brilio.net usai mewawancarai Dolfry, alumni Fakultas Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran yang mulai menggeluti dunia teater sejak 2012 ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Nggak nge-tren dan kuno

Sebagian besar anak muda menganggap kesenian tradisional nggak nge-tren dan terkesan kuno. Konsep cerita yang ditawarkan pun dianggap nggak sesuai dengan perkembangan zaman.

 

3 dari 6 halaman

2. Ceritanya masih konvensional

Masih ada anggapan bahwa seni teater sejak awal selalu menawarkan cerita yang konvensional. Kondisi ini membuat seni pertunjukan teater kurang popular di mata anak muda. Boleh jadi salah satu penyebabnya para seniman teater selalu memaksakan pakem-pakem berkesenian konvensional. Misalnya, bahasa seni teater yang begitu kental gaya sastra.

 

4 dari 6 halaman

3. Nggak mau yang njlimet

Sementara generasi milenial lebih memilih sesuatu yang sederhana. Nggak mau njlimet istilahnya. Mereka sih maunya bisa menyaksikan sebuah pertunjukan yang bisa menggugah rasa humor atau kisah percintaan yang sesuai dengan era mereka.

 

5 dari 6 halaman

4. Regenerasi penting lho

Kelompok teater juga harus memberikan peluang kepada para pelakon-pelakon muda. Tujuannya saat menggarap sebuah cerita bisa disesuaikan dengan selera anak-anak muda. Di sinilah pentingnya regenerasi pemain teater.

 

6 dari 6 halaman

5. Kurang kekinian

Yang jelas, saat ini para seniman harus bisa mendekatkan pertunjukan teater kepada anak-anak muda dengan bahasa dan gaya mereka. Bagaimana caranya para seniman bisa mengemas seni teater dengan lakon kekinian tanpa menghilangkan misi yang ingin disampaikan.

Nah kuncinya itu tadi, para seniman harus berinovasi untuk mengemas pertunjukkan teater secara kekinian.  

 

Reporter: Yani AndriansyahSumber: Brilio.net

 

Simak juga video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.