Sukses

Buya Syafii: Rugi Kalau Keindahan Alam Tak Bisa Sejahterakan Rakyat

Buya Syafii Maarif mengatakan keindahan alam Indonesia sejatinya bisa memberikan kemakmuran bagi masyarakat.

Liputan6.com, Yogyakarta Siapa yang tidak kenal dengan tokoh Buya Syafii Maarif. Tokoh Muhamadiyah ini ternyata punya menu makanan yang digemari bersama istri dan keluarga. Salah satunya menu tersebut adalah olahan ikan. Namun menu seperti tongseng dan tengkleng pun dilahapnya ia tidak takut kolesterol, hanya mencoba mengurangi gula. 
 
"Terakhir makan tongseng dan kuliner Sulawesi. Ikan laut kami semua sama. Ikan segar dengan kuah merah bumbu manis kecut pedasnya pas. Apalagi ikan baronang, itu enak sekali," ungkap Buya beberapa waktu lalu.
 
 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Keinginan ke Raja Ampat

Meski gemar kulineran, Buya Syafii Maarif mengaku kurang dalam hal berwisata bersama keluarga. Dirinya pun masih menyimpan cita-cita suatu kali bisa bepergian bersama keluarga ke Raja Ampat, Papua.
 
"Kita kurang (liburan), ada pikiran mau ke Raja Ampat dan NTT. Tapi belum kesampaian," kata Buya. 
 
Dia mengaku setelah tua ternyata banyak pikiran untuk melakukan banyak perjalanan. Namun ternyata fisik sudah tidak mampu mengikuti pikiran. Padahal Buya masih berkeinginan melihat keindahan Indonesia yang kaya. 
 
"Kita punya kaya betul bahasa, subkultur dan kuliner yang tidak ada duanya di muka bumi. Cantik betul Indonesia itu. Saya membayangkan ke Ternate makan di restoran pinggir pantai. Dengan ikan segar, dengan kuahnya yang merah. Enak betul sepertinya," bebernya seraya tertawa. 
 
 
3 dari 3 halaman

Rugi Kalau Tak Makmurkan Rakyat

Buya Syafii Maarif yang selalu memikirkan masalah bangsa mengaku, sangat rugi jika potensi tanah air tidak bisa memberikan kemakmuran bagi masyarakat. Sebab Indonesia dan kekayaan serta keindahannya di dalamnya hanya ada satu di dunia.
 
"Indonesia timur itu sangat kaya. Eman-eman kalau Indonesia dibiarkan jatuh karena kelakuan yang sekarang disebut sumbu pendek bumi datar itu," katanya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.