Sukses

Akankah Investasi Asing Merusak Kelestarian Budaya Khas Belitung?

Penasaran akan seperti apa kelestarian budaya khas jika investasi asing masuk ke Belitung? Simak di sini.

Liputan6.com, Jakarta Belitung baru saja membuka penerbangan internasional langsung dari Kuala Lumpur ke Belitung menggunakan maskapai Sriwijaya Air. Bandara Udara H. As. Hanandjoeddin menerima 188 calon investor asing yang berasal dari MBCC (Malindo Business & Culture Center) yang berbasis di Malaysia untuk menjelajahi Belitung dan membuka kesempatan investasi di Bumi Laskar Pelangi tersebut.

Pertanyaan yang mungkin muncul di benak Anda adalah apakah dengan investasi asing yang masuk ke Belitung akan merusak kelestarian dan budaya khas masyarakat setempat? Tentu, ini merupakan sebuah dilema yang tidak dapat dipungkiri.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemeterian Pariwisata I Gde Pitana mengungkapkan bahwa menolak investasi bukan jawaban yang tepat untuk melestarikan lingkungan dan budaya khas suatu daerah.

"Ketika banyak orang datang ke Bali, apakah budaya khas Bali kemudian luntur? Tidak. Ketika banyak orang datang ke Jogja, apakah kemudian kebudayaan Jogja lebih buruk dari daerah lain? Tidak. Bukan menolak investasi atau datangnya wisatawan, namun mengelola agar kedatangan investasi dan wisatawan ini tidak mempengaruhi kebudayaan lokal," ujar I Gde Pitana tentang investasi asing yang akan datang ke Belitung.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Akankah Investasi Asing Merusak Kelestarian Budaya Khas Belitung?

Menurut I Gde Pitana, berbagai studi dan kajian yang telah dilakukan di berbagai negara lain menunjukkan bahwa pariwisata adalah salah satu sektor ekonomi yang paling baik untuk melestarikan kebudayaan dan lingkungan.

"Contohnya, dulu tari di Jawa sudah mulai luntur, tetapi karena adanya wisatawan yang banyak datang ke Jawa, tari-tarian tersebut bangkit kembali. Atau contohnya berbagai produk tekstil di NTT sempat tidak ada lagi yang mau mengerjakan, karenabutuh waktu 3 bulan, hasilnya tidak cukup untuk hidup seminggu. Tapi lihat Kampung Way Rebo misalnya, banyak sekali generasi muda yang aktif menenun dan dijual kepada wisatawan," cerita I Gde Pitana.

I Gde Pitana juga menegaskan bahwa pihak pemerintah terus berusaha melakukan promosi Belitung, memperbaiki dan membangun infrastruktur, serta mendorong pemerintah daerah agar melakukan perencanaan pembangunan yang tepat dan matang. Sudahkah Anda mengunjungi Belitung?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.