Sukses

Yusi dan Aziz Manna Jadi Jawara Kusala Sastra Khatulistiwa Ke-16

Malam penganugerahan 16th Kusala Sastra Khatulistiwa ke-16 digelar Kamis, 3 November 2016, di Atrium Plaza Senayan, Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta Malam penganugerahan 16th Kusala Sastra Khatulistiwa telah dibacakan pada Kamis, 3 November 2016, di Atrium Plaza Senayan, Jakarta. Penghargaan diberikan kepada karya-karya prosa dan puisi yang memiliki kualitas terbaik yang dipilih oleh tim juri independen setiap tahunnya. Akhirnya tim juri melakukan penilaian pada karya yang telah terbit selama satu tahun, dan memilih lima buku terbaik di genre prosa dan puisi.

“Cara penilaian kita itu seperti Goncourt Award di Prancis. Pada dasarnya para penulis serta orang-orang akademik dikumpul dan mereka menilai karya pusi dan fiksi yang terbit dalam waktu 12 bulan. Jadi setiap tahun kita selenggarakan pada bulan Oktober atau November, dan buku-bukunya yang memiliki kualifikasi, dipilih oleh juri tanpa penyertaan atau pengisian formulir,” ungkap Richard Oh, Penulis, Sutradara sekaligus Founder Kusala Sastra Khatulistiwa.

Pada tahun ini, beberapa karya prosa yang berhasil masuk dalam lima jajaran terbaik Kusala Sastra Khatulistiwa adalah “Si Janggut Mengencingi Herucakra” karya AS Laksana, “O” karya Eka Kurniawan, “Agama Apa Yang Pantas Bagi Pohon-Pohon” karya Eko Triono, “Genduk” karya Sundari Mardjuki, dan “Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi” karya Yusi Avianto Pareanom.

Sementara di bidang puisi, lima buku yang berhasil memikat perhatian tim juri adalah “Buku Tentang Ruang” karya Avianti Armand, “Ibu Mendulang Anak Berlari” karya Cyntha Hariadi, “Blayon” karya F.Aziz Manna, “Kawitan” karya Ni Made Purnama Sari, dan “Sergius Mencari Bacchus” karya Norman Erikson Pasaribu.

Pemenang penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa bidang puisi tahun 2016

Akhirnya yang keluar menjadi karya terbaik di Kusala Sastra Khatulistiwa pada bidang puisi adalah “Blayon” karya F.Aziz Manna. Sedangkan pada bidang prosa, karya yang menjadi pilihan juri adalah “Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi” karya Yusi Avianto Pareanom.

“Selama beberapa tahun, semakin saya lihat semakin menarik. Jika dulu banyak penulis terkenal yang bergilir, kini banyak nama-nama baru, karena banyak nama-nama yang tidak kita perkirakan muncul,” kata Richard Oh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.