Sukses

Tour de Flores 2016 Siap Saingi Kesuksesan Tour de Singkarak

Sport Tourism jadi salah satu strategi utama Indonesia mempromosikan pariwisata, salah satunya lewat Tour de Flores (TdF) 2016

Liputan6.com, Jakarta Bercermin dari suksesnya Tour de Singkarak, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) kembali mengadakan ajang serupa di Flores bertajuk Tour de Flores yang akan digelar pada 16-25 Mei 2016. Pemerintah Indonesia melalui Kemenpar melihat ajang olahraga bisa memberikan dampak cukup signifikan terhadap meningkatnya jumlah wisatawan ke lokasi tersebut.

Berdasarkan hal di atas, muncul istilah pariwisata olahraga atau lebih dikenal dengan sport tourism. Kegiatan olahraga tak hanya menyehatkan, tetapi juga menjadi "kendaraan" bagi beragam bidang untuk mendapatkan keuntungan, khususnya pariwisata.

Para pebalap saat beraksi dalam circuit race di kota Padang dalam Etape 9 Tour de Singkarak 2015, Minggu (11/10/2015). (Bola.com/Arief Bagus)

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara (BP3N), Esthy Reko Astuty mengatakan Tour de Singkarak menjadi salah satu contoh sukses sport tourism di Indonesia dan pihaknya berharap akan terulang kembali.

"Mengangkat pariwisata Indonesia melalui sport tourism akan menjadi langkah baik, apalagi setelah suksesnya Tour de Singkarak dan kami berharap akan terulang pada Tour de Flores yang nantinya akan menempuh jarak 661 km dari Larantuka sampai Labuan Bajo," ujar Esthy saat ditemui di Ketika ditemui tim Liputan6.com di Gedung Kemenpar saat jumpa pers acara lomba penulisan, foto, dan video menjelang Tour de Flores (TdF), Rabu (23/3/2016).

(Tengah) Deputi BP3N Kemenpar, Esthy Reko Astuty mengatakan bahwa sport tourism seperti yang dilakukan pada Tour de Flores mampu meningkatkan pariwisata Indonesia

Dilansir dari berbagai sumber, Tour de Singkarak dinilai dapat meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumatera Barat. Bahkan pada tahun 2011 naik hingga 13,2 persen atau di atas kenaikan pariwisata nasional 8,9 persen. Di beberapa negara, sport tourism, seperti ajang balap sepeda marathon dan touring, telah memberikan keuntungan bagi banyak pihak mulai dari pemerintah sampai masyarakat. 

Seperti dikutip dari buku "Ekonomi Pariwisata, Sejarah, dan Prospeknya" karya Dr. James J. Spillane, sport tourism dapat dibagi dalam dua kategori yaitu big sport events dan sporting tourism of the practicioners. Big sport events atau ajang besar olahraga bisa dicontohkan seperti Olimpiade, kejuaraan ski dunia, kejuaran tinju dunia dan olahraga lainnya yang menarik perhatian tidak hanya atlet sendiri, tetapi ribuan penonton atau penggemarnya. Sedangkan, sporting tourism of the practicioners merupakan kegiatan olahraga di mana para pelakunya ingin berlatih dan mempraktikkan sendiri, seperti pendakian gunung, berburu, memancing dan lainya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.