Sukses

Buasnya Copet di Dua Pusat Mode Dunia

Sebagai kota mode dunia, Milan dikenal juga dengan copetnya yang luar biasa buas.

Liputan6.com, Milan Selain sepak bola, kota Milan, Italia juga dikenal sebagai pusat mode dunia. Kota cantik ini akan menyajikan pemandangan indah yang datang dari gedung-gedung tua dengan nilai arsitektur tinggi yang memanjakan para turis yang berkunjung ke sana.

 

Tak heran dalam setahun 20-30 juta wisatawan mengunjungi negara ini. Pariwisata memang menjadi tulang punggung Italia untuk menyelamatkan diri dari ancaman kebangkrutan.

 

Namun, jangan sampai terlena. Di balik itu, Milan dikenal dengan copetnya yang luar biasa buas. Umumnya para copet ini adalah imigran gelap yang berasal dari Senegal, Maroko, Mesir, Bulgaria, dan Rumania. Mereka biasanya bekerja dalam kelompok.

 

Tour Leader dari Smailing Tour Awen Lee mengakui, copet di Milan memang sudah sangat profesional. Untuk itu, Awen berkali-kali mengingatkan Liputan6.com dan rombongan 'Pertamax & Fastron Go To Europe' agar berhati-hati selama di Milan. Apalagi turis Indonesia terkenal tamu bintang lima di Eropa.

 

"Para copet ini berpikir rombongan tur itu punya duit banyak. Kita akan diikuti, kalau meleng langsung disabet. Tetap fokus dan jangan lengah," kata Awen di Milan, Italia beberapa waktu lalu.

 

Tidak hanya di jalanan dan tempat wisata, bahkan saat sedang di hotel pun Anda harus tetap waspada. Jebolan sekolah pariwisata di Swiss ini memiliki pengalaman buruk. Peristiwa itu terjadi Waktu kliennya sedang sarapan pagi di sebuah hotel tenar di Frankrut, Jerman dengan tarif 708 euro atau setara Rp 13 juta.

 

"Saat klien saya sedang mengambil makanan, tas hermes miliknya ditinggal dan hilang. Padahal hanya tamu yang menginap yang boleh makan di situ, berapa modalnya itu copet sampai bisa masuk hotel bintang 5 itu dan itu harus balik modal," cerita Wen.

 

Tak ada yang gratis di Milan. Jika ditawari sesuatu, tak usah dipedulikan. Awen mencontohkan di kawasan Piazza Duamo, para imigran dari Senegal dengan ramahnya menawarkan biji jagung atau beras untuk diberikan ke burung-burung merpati jinak yang bertebaran di kawasan itu.

 

Jangan pernah diambil biji yang hanya segengam kepalan tangan itu, karena setelah itu Anda akan ditagih untuk membayar. Modus lainnya yaitu menawarkan gelang, foto atau tanda tangan untuk beramal dan sebagainya.

 

"Ada yang suka minta tandatangan untuk bantuan kemanusiaan itu dicuekin saja, nanti pas Anda lagi tanda tangan, barang Anda langsung hilang," jelasnya.

 

Kondisi kota mode lainnya yaitu Paris juga tak jauh berbeda. Saat rombongan tiba sejumlah tempat wisata di Paris separti Menara Eifel, Arc de Triomphe dan Galeries Lafayette, Awen terus mewanti-wanti kepada rombongan untuk terus siaga.

 

"Hati-hati di sini, para copet ini tak akan segan-segan untuk merampas barang Anda," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.