Sukses

Museum Review: Belajar Budaya Selebes Melalui Museum Sulteng

Salah satu cara paling efektif untuk mengetahui peninggalan sejarah dan budaya suatu masyarakat di sebuah daerah adalah berkunjung ke museum

Liputan6.com, Palu- Salah satu cara paling efektif jika Anda ingin mengetahui peninggalan sejarah dan budaya suatu masyarakat di sebuah daerah adalah dengan berkunjung ke museum yang ada di daerah setempat. Apa lagi, jika anda tidak memiliki banyak waktu saat berada di daerah tersebut. Seperti halnya, jika anda sedang berada di Palu dan ingin mengetahui segala sesuatunya tentang apa yang ada di ibu kota Sulawesi Tengah (Sulteng), itu.

Di Palu terdapat pula sebuah museum, yang oleh pemerintah setempat diberi nama museum Sulteng. Jika anda ke museum ini, pasti akan tahu tentang peninggalan sejarah dan kebudayaan masyarakat Palu dan pada umumnya Sulteng. Betapa tidak karena di dalam museum ini, sangat mewakili seluruh sejarah dan kebudayaan masyarakat yang ingin anda ketahui dengan waktu yang singkat.

Lokasi museum yang dibangun pada 1977 dan diresmikan pada 1987 silam ini, sangat strategis dan pastinya sangat mudah anda temukan saat di Palu karena letaknya berada di dalam kota. Persisnya, berada di Jalan Kemiri No 23, Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat.

Strategisnya museum yang dilengkapi dengan pelbagai fasilitas, seperti tempat parkir, taman, dan perpustakaan ini terdapat sejumlah fasilitas umum yang bisa anda menfaatkan, beberapa di antaranya restoran dan pusat perbelanjaan. Selain itu, akomodasi hotel juga bisa dapat anda temukan di sini.

Namun, jika anda berkunjung harus di hari-hari kerja saja, mulai Senin hingga Kamis dari pukul 08.00 sampai 16.00 waktu setempat. Karena di hari-hari libur dan hari besar keagamaan museum ini tutup. Terkecuali ada tamu khusus daerah, seperti pejabat provinsi lain, turis asing, dan tamu dari pelbagai daerah lainnya.

"Bisa dilayani tapi harus menyampaikan ke pihak kami dulu, selambat-lambatnya sehari sebelum jadwal berkunjung ke museum ini dan harus membayar tiket masuk Rp 1.500 untuk anak-anak, Rp 3.000 dewasa, dan Rp 10.000 untuk turis asing," sebut Kepala Seksi Pelestarian UPTD Museum Sulawesi Tengah, Adjabar Gani, ditemui Liputan6.com di Museum Sulteng..

Di dalam museum ini terdapat 7.455 buah koleksi pelbagai bentuk yang semuanya memiliki nilai sejarah dan budaya berkaitan dengan peradaban manusia serta lingkungannya di zaman dulu. 

Koleksi itu terbagi dengan beberapa kategori serta rinciannya, di antaranya koleksi geologi sebanyak 51 buah, biologi 25 buah, etnografi 5.264 buah, arkeologi 616 buah, histori 211 buah, numismati atau heraldi 427 buah, filologi 26 buah, keramologi 814 buah, seni rupa 16 buah, dan teknologi 5 buah. Sementara koleksi etnologi merupakan koleksi yang paling banyak di museum ini.


Dari jumlah itu ada beberapa koleksi yang menjadi unggulan. Di antaranya, kain tenun donggala, upacara daur hidup, meramu sagu, pakaian adat tradisonal masyarakat di seluruh kabupaten/kota di Sulteng, pakaian kulit kayu, patung palindo, taingaja atau patung kepala kerbau yang terbuat dari perunggu, fosil rahang gajah purba yang umurnya diperkirakan 1,9 juta tahun, dan benda-benda peninggalan zaman Belanda, seperti meriam, senjata, serta keris.

Sementara semua koleksi ini, tidak hanya dipamerkan di dalam ruangan. Namun ada juga yang dipamerkan di luar ruangan seperti koleksi patung megalit dan batu dulang yang dipamerkan di halaman sekitar museum bersama sejumlah koleksi lainnya.

"Penaan koleksi di museum ini mengacu pada konsep 7 unsur kebudayaan dan penataan benda berdasarkan pengelompokan jenis koleksi. Makanya ada yang dipamerkan di dalam ruangan dan di luar ruangan," jelas Adjabar.

Selain koleksi-koleksi yang sudah disebutkan namanya itu, di museum ini juga terdapat koleksi yang tidak kalah menariknya adalah Alquran raksasa kuno yang ditulis tangan berumur ratusan tahun, tempayan atau gerabah kubur masyarakat Pamona Kabupaten Poso, sumpit suku Wana Kabupaten Morowali yang biasanya digunakan dalam berburu di hutan, dan vatu nonju atau lesung batu yang didapat dari Kabupaten Sigi. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini