Sukses

Komunitas di Malaysia Tidak Mau Lagi Makan Fast Food, Ada Apakah?

Gerakan komunitas di Malaysia mengirimkan pesan berantai yang mengajak penolakan untuk mengonsumsi makanan cepat saji.

Liputan6.com, Jakarta- Jumlah konsumsi makanan cepat saji tampaknya akan menurun dengan drastis di malaysia mulai Jumat besok, (8/8/2014). Pasalnya sebuah gerakan komunitas di Malaysia mengirimkan pesan berantai melalui jaringan media sosial hari ini yang mengajak penolakan untuk mengonsumsi makanan cepat saji di sejumlah restoran cepat saji antara lain: McDonalds, California Fried Chicken (CFC), Kentucky Fried Chicken (KFC), dan Starbucks.

Menurut isi pesan berantai tersebut, setiap dana yang dibelanjakan untuk empat jaringan restoran tersebut digunakan untuk membiayai pembelian peralatan perang untuk menyerang Palestina.

Berikut adalah isi pesan yang dibagikan melalui jaringan media sosial dan kini beredar melalui BBM di Indonesia:
Jum'at ini dihimbau Hari Tanpa Mac Donald, Starbucks dan KFC,CFC di Malaysia.Dalam waktu 24jam, tdk ada seorangpun dibenarkan makan di Mcd, Starbucks, kfc dan cfc.Sebarkan teman2 supaya semua tahu . Satu Malaysia boycott mcd, Starbucks,cfc dan kfc hari jum'at ini. Malayu cina india semuanya boycott. dr group lain sebarkan supaya semua tahu dan klo bisa indonesia juga ikut sama boycott ...ingat...!! Setiap ringgit, rupiah atau dollars yang kita belanjakan di mcd, Starbucks,cfc dan kfc adalah utk membeli peluru dan bom utk membunuh anak2 Palestina....Ayooo siapapun kita muslim , Kristen, Hindu , Buddha marilah kita sama2 bersatu membantu dan melindungi anak2 Palestine di bunuh oleh rezim kejam Yahudi zionis ini. ..tolong copy paste dan bantu sebarkan melalui bbm, what app , telegram dll...

Sementara itu, pihak McDonald's Indonesia yang dihubungi oleh Liputan6.com mengaku sudah mendengar mengenai pesan berantai tersebut dan menegaskan bahwa tidak ada keterkaitan antara McDonalds Indonesia dengan apa yang terjadi di Palestina. "Kami hanya pemilik lisensi Mc Donalds di Indonesia dan hanya terkait dengan produk saja seperti standar kualitas produk yang mengikuti standar global," kata Sutji Lantyka, Associate Director of Communications McDonald's Indonesia. Di Malaysia sendiri, belum ada pernyataan yang keluar dari McDonalds Malaysia terkait hal ini.

Isaac (26), salah seorang Warga Negara Malaysia yang dihubungi oleh pihak Liputan6.com melalui saluran telepon membenarkan bahwa pesan berantai tersebut juga sampai kepada dirinya melalui grup di media sosial. Namun ia sendiri mengaku sudah lama tidak mengonsumsi makanan cepat saji sehingga ada ataupun tidaknya pesan berantai tersebut tidak akan memengaruhi dirinya.

Sebaliknya, Yazid (32), yang juga berkebangsaan Malaysia mengaku seharusnya boikot ini tidak ada hubungannya dengan jaringan restoran. Pasalnya, menurut pria yang berprofesi sebagai pengusaha restoran ini, pemasukan dari bisnis tersebut tidak terkait dengan pembiayaan pembelian senjata. Menurutnya, hal itu seharusnya menjadi isu antar pemerintahan negara, dan bukannya jaringan bisnis. 

Starbucks sendiri membantah keterlibatan perusahaannya dalam perang antara dua negara tersebut melalui surat pernyataan yang diterima oleh Liputan6.com, Kamis (7/8/2014). "Starbucks tidak terkait dengan pandangan politik atau agama tertentu. Pesan yang beredar mengenai Starbucks memberikan dukungan keuangan kepada pemerintah Israel atau tentara Israel adalah tidak benar," demikian isi surat tersebut.  

Dalam isi suratnya, dikatakan bahwa lebih dari 300 ribu partners (pegawai) di seluruh dunia memiliki beragam pandangan tentang berbagai topik. Terlepas dari perbedaan yang ada, Starbucks telah dan akan selalu menjadi organisasi non-politik.  

Lanjut isi surat tersebut, yang terus kami yakini dan fokuskan adalah, untuk selalu menjaga hubungan baik dengan partners (pegawai) dan pelanggan kami melalui secangkir kopi yang berkualitas tinggi serta
memberikan pelayanan dan pengalaman yang terbaik dimanapun kami berada.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.