Sukses

Membangkitkan Girah Minum Jamu di Surabaya Melalui ITS Djamoe

Riset pertama terkait jamu ini sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 2002 dengan sasaran riset untuk mempelajari tanaman obat.

Liputan6.com, Surabaya - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menciptakan inovasi dengan meluncurkan ITS Djamoe yang bertempat di Galeri Riset, Inovasi dan Teknologi (GRIT) Gedung Pusat Riset ITS.

Penanggung Jawab Riset ITS Djamoe Sri Fatmawati PhD mengatakan, riset pertama terkait jamu ini sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 2002 dengan sasaran riset untuk mempelajari tanaman obat.

Menurutnya riset tersebut merupakan hasil inspirasi dari Kepala Laboratorium KIBAS saat itu, riset ini akhirnya diluncurkan setelah 20 tahun.

"Proses pembuatan minuman jamu tersebut memiliki kemiripan dengan perusahaan lain. Meski berbahan dasar temulawak dan meniran, ia berkomentar bahwa quality control merupakan kunci pembeda dari jamu buatan ITS," ujarnya, Kamis (2/6/2022).

Dosen Departemen Kimia tersebut menjelaskan, produk dari ITS Djamoe sudah memberikan manfaat kepada masyarakat, khususnya pada masyarakat yang terjangkit Covid-19 pada awal-awal pandemi lalu.

"Saat isoman (isolasi mandiri), kami mendistribusikan beberapa jamu rempah dalam 10.000 paket kepada para pasien untuk membantu meningkatkan imun, terangnya.

Sebagai penunjang distribusi ITS Djamoe, ITS merangkul para petani herbal maupun Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang memiliki bisnis tanaman maupun obat herbal.

"Kita juga bekerja sama dalam hal produksi dengan PT Payung Pusaka Mandiri," ucapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Peninggalan Leluhur

Fatma pun menerangkan bahwa dalam rentang 20 tahun tersebut, Laboratorium KIBAS bersama Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS dan stakeholder lainnya berhasil menciptakan lebih dari 300 penelitian, 500 lebih senyawa hasil isolasi, dan 300 lebih senyawa hasil sintesis.

Terakhir, peneliti perempuan terbaik di Indonesia ini berharap bahwa penelitian tersebut bisa semakin meningkat seiring berkembangnya waktu dan teknologi ke depan.

Kehadiran ITS Djamoe ini juga diharapkan mampu membangkitkan kembali budaya minum jamu di kalangan masyarakat saat ini, terutama pada generasi muda.

"Leluhur kita meninggalkan banyak sekali metode herbal yang bermanfaat untuk manusia. Maka dari itu, harus terus kita kembangkan lebih jauh," ia menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.