Sukses

Cuma Baby Boomer dan Gen X yang Minati Koperasi, Begini Jurus Gaet Gen Y dan Gen Z

Tidak banyak generasi Y dan Z yang memanfaatkan koperasi.

Liputan6.com, Yogyakarta - Keberadaan koperasi di Indonesia sudah ada sejak 1896. Ketika itu, Pamong Praja Patih di Purwokerto bernama R Aria Wiria Atmaja membentuk sebuah bank yang menjadi cikal bakal koperasi.

Sampai saat ini koperasi bertahan sekalipun masih banyak yang mengelola secara konvensional. Hal ini juga menjadi penyebab hanya generasi baby boomer dan gen X yang memanfaatkan koperasi. Artinya, tidak banyak generasi Y dan Z yang memanfaatkan koperasi.

Menurut Ketua International Council for Small Business (ICSB) DIY GKR Bendara, transformasi koperasi perlu dilakukan untuk menggaet gen Y dan gen Z. Transformasi koperasi dapat dilakukan melalui modernisasi koperasi, transportasi usaha informal dan nonformal, transformasi digital dan memanfaatkan teknologi usaha serta transformasi dalam rantai nilai global.

Transformasi yang perlu dilakukan koperasi terkait teknologi dan peningkatan sumber daya manusia (SDM), mulai dari  entrepreneurship skill, networking hingga pengelolaan manajemen keuangan yang baik dalam rangka menuju koperasi modern.

“Selama pandemi Covid-19 sebenarnya menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan. Bahkan koperasi terbukti menjadi badan usaha yang tangguh dalam menghadapi tantangan ekonomi dari masa ke masa,” ujarnya dalam  webinar Hari Koperasi Nasional 2022, Selasa (12/7/2022) seperti tertulis dalam siaran pers.

Saat ini, jumlah koperasi aktif di DIY sekitar 1.700 unit. Kendati terbilang banyak, namun ternyata jumlah koperasi mengalami penurunan sejak 2019. Pada 2018 tercatat jumlah koperasi aktif di DIY berkisar 1.900 unit.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Digitalisasi

Salah seorang praktisi koperasi, Hari Cahyadi, menilai transformasi koperasi modern harus berbasis teknologi informasi atau digitalisasi.

“Kalau tidak mau bertransformasi, koperasi akan ditinggalkan oleh generasi Y dan Z," ucapnya.

Koperasi modern mempunyai karakteristik, seperti,  jati diri, tata kelola yang baik, menerapkan teknologi informasi, inovasi, dan kinerja yang  produktif.

Koperasi modern juga harus dapat mengintegrasikan dan menyimpan data dengan sistem, meningkatkan waktu respon pelayanan dan kepuasan anggota, mengurangi biaya, serta keberlangsungan koperasi yang lebih baik.

Kepala Dinas Perindustrian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kota Yogyakarta, Tri Karyadi Riyanto berpendapat sudah saatnya saatnya koperasi dan UMKM naik kelas. Indikator naik kelas, misal, dari UMKM informal menjadi formal.

Sementara, Area Manager Communication, Relations And CSR Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, dalam webinar kali ini ikut menyosialisasikan program pendanaan usaha mikro dan kecil, yaitu bantuan usaha untuk UMKM yang beroprasi di wilayah BUMN.

Pertamina membantu pengembangan UMKM di Indonesia, melalui program pendanaan UMK pertamina, seperti New Pinky Movement, Petrashop Empowerment SME, Lubricant Gopreneur, dan UMK Academy.

Syarat menjadi mitra binaan yaitu belum mendapat akses perbankan, dan diutamakan usaha mikro dan usaha kecil yang berlokasi di wilayah kerja BUMN serta jenis usaha yang sejalan dan mendukung bisnis inti perusahaan.

“Program pendanaan UMK ini menjadi solusi berbagai permasalahan UMK mulai dari permodalan, administrasi, teknologi, dan akses pasar,” tuturnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.