Sukses

Perspektif Lain 13 Bukan Angka Sial, Umat Islam Wajib Tahu

Belakangan, angka 13 sebagai angka sial kembali menjadi perbincangan publik usai Tragedi Kanjuruhan yang memicu seratusan lebih korban jiwa

Liputan6.com, Jakarta - Di negeri barat atau Eropa, angka 13 identik dengan angka sial. Mitos ini kemudian menyebar luas dan celakanya banyak dipercaya oleh masyarakat dunia.

13 sebagai angka sial lantas diadopsi dalam berbagai aktivitas manusia. Misalnya menjadi film yang kemudian menyedot penonton. Ada juga hotel yang tak menggunakan lantai 13 maupun kamar nomor 13.

Belakangan, angka 13 sebagai angka sial kembali menjadi perbincangan publik usai Tragedi Kanjuruhan yang memicu seratusan lebih korban jiwa.

Pasalnya, konsentrasi peristiwa itu terjadi di pintu 13 atau gate 13 tribun Stadion Kanjuruhan, Malang. Angka terakhir, 131 orang meninggal dalam peristiwa memilukan ini.

Fakta ini seolah menjadi pembenar bahwa 13 adalah angka sial. Tapi sebenarnya tidak demikian.

Sementara, sudah ada peringatan agar umat Islam tak berpikir negatif atau suudzon terhadap sesuatu hal. Pasalnya, apa yang dipikirkan itu bisa jadi akan menentukan hasilnya.

Dari sudut pandang aqidah, keyakinan seperti itu sebenarnya justru membuka pintu bala’ itu sendiri sebab Allah memang menyesuaikan rahmat atas seorang hamba sesuai dengan prasangka hamba itu sendiri. Allah berfirman dalam sebuah hadis qudsi sebagaimana berikut:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

Aku sesuai persangkaan hambaku tentang diriku." (Muttafaq ‘Alaihi)

Lantas, apakah peristiwa yang terjadi di Pintu 13 atau Gate 13 itu bisa menjadi pembenar bahwa terjadi bala' yang disebabkan angka 13. Sepertinya tidak demikian.

Sebab, peristiwa-peristiwa besar juga bisa terjadi pada angka 13. Misalnya, naik tingkatan dari usia SD ke SLTP atau SMP biasanya terjadi pada usia 13. Atau misalnya, hari pemrograman sedunia juga diperingati pada tanggal 13 bulan September.

Hemat kata, sebagaimana angka, hari dan lainnya, kedudukan 13 adalah sama dengan lainnya. Dia bisa menjadi penanda bilangan, tanggal, jumlah, nama, dan lain sebagainya.

Nah, dalam perspektif lain, ada yang menarik dari yang ditulis oleh seorang pemerhati gizi, kesehatan dan sosial dan juga merupakan dosen di Gorontalo, Dr Arifasno Napu, SSiT, MKes. Dia memberi perspektif menarik soal fakta angka 13 ini.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jumlah Rukun Islam, Iman dan Ihsan

Dikutip dari tulisannya di dinkes.gorontaloprov.go.id, Arifasno secara tegas menyangkal bahwa angka 13 berarti sial. Sebab, ada beberapa pengalamannya terkait angka 13 yang justru positif.

Kemudian, terinspirasi dengan berbagai hal yang ada dalam ajaran Islam. Adapun yang dimaksud dengan angka ‘13” merupakan kesatuan kekuatan yang tak terhingga. Kesatuan kekuatan tak terhingga terdapat pada tiga unsur utama kehidupan yakni Rukun Iman yang berjumlah 6 rukun, Rukun Islam ada 5 Rukun dan Rukun Ihsan ada 2 Rukun, sehingga bila dijumlahkan rukun-rukun tersebut ada 13.

Iman itu bermakna bahwa keyakinan mendasar yang dibenarkan dari lubuk hati dan dinyatakan dengan ucapan serta membuktikannya dengan perbuatan terhadap kebenaran dan keyakinan. Tentu sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW bahwa iman atau keyakinan itu meliputi keyakinan adanya Allah SWT, keyakinan kepada Malaikat-Nya, keyakinan pada Kitab-Kitab-Nya, keyakinan pada para Rasul-Nya, Keyakinan hadirnya kiamat, dan keyakinan pada takdir (Qada dan Qadar) yang baik maupun buruk (Hadist Riwayat Muslim).

Enam rukun Iman itu, bukan berdiri sendiri-sendiri. Sama halnya dengan memahami teori dalam keilmiahan akalia (aqli) yang harus benar-benar berdasar dan ada metodologinya. Misalnya metodologi yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS ketika mau mencari Allah SWT.

Di antaranya ketika Beliau melihat berhala yang disembah oleh kaumnya, secara rasional dalam kebenararan dan keilmiahan adalah tidak masuk akal bahwa patung-patung itu adalah Tuhan manusia.

Demikian pula Beliau melihat bintang, bulan dan matahari, ternyata semuanya itu terbenam dan tidak mungkin Tuhan terbenam atau tenggelam (Surat surat Al-An’am ayat 76-78).

Proses pencarian Allah SWT sebagai dasar keyakinan, sesungguhnya telah termaktub dalam Kitab-Kitab-Nya dan semuanya bermuara dalam Al-Qur’an serta diuraikan dalam hadis yang tidak lain adalah hasil percakapan Rasulullah SAW dengan malaikat.

3 dari 3 halaman

Dalil Naqli atau Ilmiah

Oleh karena itu 6 Rukun Iman merupakan teori dasar abadi (dalil naqli) yang harus difahami terlebih dahulu metodologinya untuk menjadi pijakan dari teori semua ilmu pengetahuan (sebut saja Ilmu Filsafat, Ilmu Pengetahuan Alam, Sosial, Ekonomi, pertahanan keamanan, Kesehatan, dan sebagainya) yang mengedepankan kebaikan dalam kebenaran yang rasional dan ilmiah.

Selanjutnya 6 Rukun Iman ini, juga sebagai pijakan abadi dalam memahami, meyakini dan membenarkan kejadian-kejadian sebelum adanya jagat raya, kejadian dalam alam dunia lainnya, alam kubur, padang Mahsyar, bahkan sampai masa di akhirat yang terkait dengan alam surga dan neraka.

Enam rukun dalam Rukun Iman harus dipraktikkan. Praktiknya terjabarkan dalam 5 rukun dalam Rukun Islam yakni mengucapkan dua Kalimat Syahadat, melaksanakan Sholat Lima Waktu, Mengeluarkan Zakat, Puasa di bulan Ramadhan, Menunaikan Ibadah Haji. Rrukun Islam merupakan paripurnanya praktik dari berbagai teori dasar abadi.

Bila praktik tidak dilaksanakan berarti logikanya hanya meyakini teori saja, artinya bagaimana sebuah teori akan bermanfaat atau teraktualisasi dalam sebuah produk KeImanan, dalam bentuk karya KeImanan, jasa KeImanan dan lainnya bila tidak dipraktikkan atau dibuat sesuai dengan metodologinya?

Rukun Iman yang dimiliki dan dibenarkan oleh hatinya, kemudian dipraktikkan dalam bentuk Rukun Islam, pada akhirnya akan memberikan hasil untuk kehidupan. Hasil yang dimaksud itulah sebagai pencapaian ibadah umat manusia dalam keihsanannya yaitu titik di mana ketika manusia melakukan ibadah kepada Allah SWT seolah-olah melihat Allah SWT dan meskipun tidak melihat Allah SWT namun diyakini bahwa Allah SWT menyaksikan apa yang diperbuat. KeIhsanan inilah menjadi puncak dari hasil tindakan kehidupan manusia dalam takwa, tawakal, dan keikhlasannya.

Bisa saja ada yang tidak sependapat tentang kajian angka 13 yang dianggap sebagai angka sial, namun menurut penulis ternyata telah bermakna teori dasar abadi dalam keImanan, bermakna praktik dalam keIslaman dan bermakna hasil dalam keihsanannya. Oleh karena itu bila ingat angka 13 maka bukanlah suatu kesialan tetapi merupakan Kesatuan Kekuatan Tak Terhingga dari KeImanan, KeIslaman dan KeIhsanan. Semua kebenaran hanya dari Allah SWT. Semoga tulisan ini bermanfaat, bersama berkarya sebagai ibadah, Aamiin.

Tim Rembulan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.