Sukses

Kisah Tsa'labah bin Abdurrahman Melihat Wanita Mandi dan Tak Berani Menghadap Rasulullah SAW

Hidup di zaman Nabi Muhammad SAW, Tsa’labah bin Abdurrahman merupakan sahabat nabi yang sangat mencintai Rasulullah SAW di usianya yang masih kecil. Tsa’labah bin Abdurrahman sangat dekat dengan Rasulullah SAW.

Liputan6.com, Bogor - Hidup di zaman Nabi Muhammad SAW, Tsa’labah bin Abdurrahman merupakan sahabat nabi yang sangat mencintai Rasulullah SAW di usianya yang masih kecil. Tsa’labah bin Abdurrahman sangat dekat dengan Rasulullah SAW.

Saking cintanya dengan Rasulullah SAW, ia memilih di masjid yang menjurus kepada pintu rumahnya Rasulullah SAW. Alasannya bikin pilu, ketika Rasulullah SAW keluar ia ingin menjadi orang pertama melihatnya.

Menurut pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya, Tsa’labah bin Abdurrahman adalah anak kecil yang sering diperintah untuk menyelesaikan hajat rumah tangga Rasulullah SAW.

“Dia kalau diperintah nabi begitu cepat. Ada orang yang punya jalannya itu cepat, itulah Tsa'labah bin Abdurrahman,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Jumat (9/9/2022).

Kegesitan Tsa’labah bin Abdurrahman dalam menjalankan perintah Rasulullah SAW disebabkan karena kerinduannya pada sang nabi. Ketika ia diperintah oleh Rasulullah SAW, sahabat nabi ingin segera menyelesaikannya dan kembali melihat wajah Rasulullah SAW.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Melihat Wanita Mandi

Suatu ketika Tsa’labah bin Abdurrahman diperintah oleh Rasulullah SAW ke ujung Kota Madinah untuk menyelesaikan satu hajatnya.

Pergilah Tsa’labah bin Abdurrahman. Namun perjalanan itu membuatnya tak sengaja melihat yang haram. Itu terjadi ketika dia melewati gang-gang Kota Madinah Tsa’labah bin Abdurrahman melihat satu rumah pintunya terbuka karena terterpa oleh angin.

Ketika pintu terbuka, ada satu kamar mandi yang hanya tertutup oleh kain. Angin turut menerpa kain tersebut. Sedangkan di balik kain tersebut ada seorang wanita yang sedang mandi.

Tak sengaja Tsa’labah bin Abdurrahman melihat sekali wanita tersebut. Lantas ia mengucap istighfar dan menutup matanya.

Kejadian tersebut membuat ia takut kembali kepada Rasulullah SAW. Ia menangis dan tidak berani pulang.

“Sungguh aku malu kepada Allah dan Rasulullah SAW. Aku jadi orang yang dekat dengan Nabi Muhammad SAW yang aku sering diutus oleh Nabi Muhammad, aku dipercaya oleh Nabi Muhammad, kenapa mataku melihat yang haram. Aku malu kepada Rasulullah SAW, aku takut setelah ini ada ayat yang turun lalu menceritakan tentang aku,” kata Tsa’labah bin Abdurrahman.

3 dari 6 halaman

Dicari Rasulullah SAW

Tsa’labah bin Abdurrahman memilih untuk melanjutkan perjalanannya mengikuti arah langkah kakinya. Tak ada tujuan yang pasti, dia melanjutkan perjalanan ini karena takut dengan Rasulullah SAW.

Sementara itu, Rasulullah SAW menunggu Tsa’labah bin Abdurrahman. Ditunggu pada waktu salat pertama tidak datang, salat kedua tidak datang, hingga 3 hari kemudian tidak datang. Kemudian Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat nabi yang lain.

"Mana Tsa’labah bin Abdurrahman?” tanyanya.

“Ya Rasulullah SAW kami tidak melihat selama ini,” jawab salah satu sahabat.

Kemudian Rasulullah SAW memerintah Sayyidina Umar bin Khattab dan Salman al-Farisi untuk mencari Tsa’labah bin Abdurrahman di sekitar Kota Madinah. Sayyidina Umar dan Salman melaksanakan perintah nabi bersama sahabat yang lainnya.

Namun, pencarian di Kota Madinah hasilnya nihil. Berdasarkan isyarat wahyunya, Rasulullah SAW meminta Sayyidina Umar dan Salman ke bukit antara Kota Makkah dan Madinah.

Pergilah Sayyidina Umar bin Khattab dan Salman al-Farisi serta diikuti beberapa sahabat nabi ke tempat yang diperintah Rasulullah SAW. Sesampainya di bukit tersebut, rombongan pencarian Tsa’labah bin Abdurrahman tidak melihat satu orang pun.

4 dari 6 halaman

Tsa’labah Sering Menangis

Kemudian melihat rombongan kambing beserta penggembalanya. Awalnya mengira jika penggembala itu adalah Tsa’labah bin Abdurrahman. Namun ketika didekati, ternyata bukan Tsa’labah bin Abdurrahman.

Sayyidina Umar bertanya, “Wahai gembala kambing. Aku mau tanya kepada mu. Apakah di sini ada anak muda, tingginya segini (menjelaskan ciri-cirinya), dan orangnya kalau jalan cepat,” tanyanya.

“Tidak. Di sini tidak ada orang yang seperti kau ceritakan. Hanya aku melihat setiap sore ada orang datang ke sini tapi bukan meriang orangnya, dia hanya menderaikan air mata. Memang orangnya kurus seperti yang kau ceritakan, bahkan lebih kurus lagi. Kalau jalan memang cepat, tapi tidak riang, orangnya menangis,” ujar penggembala itu.

Awalnya ragu dengan sosok yang diceritakan oleh penggembala. Sebab, Tsa’labah bin Abdurrahman adalah orang yang riang, tapi kenapa dia suka menangis.

“Baik aku akan menunggu anak tersebut, barangkali dia yang kucari,” kata Sayyidina Umar.

Penggembala itu mengatakan, “Kalau kau nunggu di sini dia gak akan turun. Sebab dia di atas bukit itu. Kalau engkau tunggu di sini gak akan turun karena dia takut dengan manusia. Dia turun ke sini hanya ada aku. Dia turun kemudian aku beri segelas susu kemudian naik ke atas,” imbuhnya.

Penggembala kambing itu meminta rombongan Sayyidina Umar untuk bersembunyi di balik bebatuan. Menjelang magrib, sosok anak muda yang dicari akhirnya turun dari atas bukit.

Setelah turun, turun akan muda tersebut mendekati penggembala kambing dan diberi segelas susu dan meminumnya. Saat hendak naik kembali ke atas bukit, rombongan Sayyidina Umar mengejarnya.

“Hei Tsa'labah bin Abdurrahman,” sahut Sayyidina Umar.

“Siapa engkau kenapa ada di sini?” tanya Tsa’labah bin Abdurrahman heran.

“Aku Umar bin Khattab,” jawabnya.

“Umar kenapa kau di sini. Apakah telah turun wahyu yang mengatakan Tsa'labah telah melakukan dosa besar?” tanya dia.

Namun, Sayyidina Umar tidak mengerti apa yang dimaksud Tsa’labah bin Abdurrahman. Ia bercerita hanya diutus oleh Rasulullah SAW untuk mencari Tsa’labah bin Abdurrahman.

“Tidak, aku malu dengan Rasulullah,” kata anak muda itu ketika diajak pulang.

5 dari 6 halaman

Sakit dan Dibawa ke Ibundanya

Tsa’labah bin Abdurrahman lari, namun berhasil dikejar oleh Sayyidina Umar dan Salman. Anak muda itu pun pulang ke Madinah dalam keadaan sakit.

Sampai di rumah, Tsa’labah bin Abdurrahman semakin parah sakitnya. Oleh Sayyidina Umar tidak langsung dibawa ke Rasulullah, tapi diantar ke ibundanya.

Setelah diantar ke ibundanya, Sayyidina Umar menghadap ke Rasulullah. Ya Rasulullah, Tsa’labah bin Abdurrahman sudah  kami dapatkan,” katanya.

“Di mana sekarang?” tanya Rasulullah SAW.

“Ada di rumah ibundanya. Dia sakit ya Rasulullah. Apa perlu kami bawa ke sini Ya Rasulullah,” tanya Sayyidina Umar lagi.

“Tidak, aku yang akan ke sana,” jawab Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW datang ke Tsa’labah bin Abdurrahman. Sesampainya di rumah anak muda itu, Rasulullah SAW mengucap salam dan menaruh kepala Tsa’labah bin Abdurrahman dipangkuannya.

“Ya Rasulullah sungguh kepala ini tidak pantas di pangkuanmu yang suci. Sungguh kepala ini tidak pantas di pangkuanmu yang suci ya Rasulullah,” tutur anak muda itu.

Beberapa kali kepala Tsa’labah bin Abdurrahman naik dan turun. Timbullah pertanyaan dari sang nabi.

“Ya Tsa'labah, ada apa dengan engkau?” tanyanya.

Anak muda itu lantas menceritakan kejadian yang sebenarnya, “Ya Rasulullah sungguh aku malu dengan Allah dan denganmu ya Rasulullah. Aku tidak pantas mengaku dekat denganmu Ya Rasulullah dan tidak pantas kepala ini ada di pangkuanmu karena mata ini telah melihat yang haram ya Rasulullah.”

6 dari 6 halaman

Malaikat Mengiringi Jenazah Tsa’labah

Ia menceritakan bahwa saat perjalananya menjalankan perintah sang nabi ke ujung Madinah, ia tidak sengaja melihat wanita di kamar mandi. 

Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Apa yang kau inginkan Tsa’labah?”

“Aku ingin Allah mengampuniku. Aku ingin kau rida kepadaku ya Rasulullah,” ujarnya.

Rasulullah SAW mengatakan bahwa Allah telah mengampuni Tsa’labah dan ia pun telah rida.

Tak lama kemudian, Tsa’labah bin Abdurrahman merasakan di antara kulit dan badannya seperti ada semut yang merayap. Kata Rasulullah SAW, itu artinya ajal Tsa’labah bin Abdurrahman sudah dekat.

“Sebentar lagi kau akan mati. Maka ucapkanlah dua kalimat syahadat,” kata Rasulullah SAW.

Tsa’labah bin Abdurrahman dituntun oleh Rasulullah mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah wafat, Rasulullah SAW turut memandikan, mengafani, menyalati, hingga mengantarkan jenazahnya ke tempat peristirahatan terakhir.

Saat di perjalanan menuju ke pemakaman Tsa’labah bin Abdurrahman, Sayyidina Abu Bakar dan Utsman berada di kanan kiri Rasulullah SAW. Abu Bakar melihat Rasulullah SAW berjalan dengan ujung jemari kakinya dan mempertanyakannya kepada sang nabi.

“Demi Allah aku telah melihat malaikat turun mengiringi jenazahnya Tsa’labah bin Abdurrahman sampai aku tidak punya tempat untuk berjalan mengiringi jenazahnya Tsa’labah bin Abdurrahman,” kata Rasulullah SAW.

Itulah kisah dari sahabat nabi bernama Tsa’labah bin Abdurrahman yang disampaikan oleh Buya Yahya dalam YouTube Al Bahjah TV. Tentunya banyak hikmah dan pelajaran yang dipetik oleh umat Islam saat ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.