Sukses

Meraup Cuan dari Pertanian Terpadu ala Pesantren di Cilacap: Integrasi Maggot, Ayam hingga Lele

Pondok Pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus, Tambaksari Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah membekali santri dengan kemampuan pertanian terpadu

Liputan6.com, Cilacap - Pondok Pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus, Tambaksari Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah membekali santri dengan kemampuan pertanian terpadu. Ini dilakukan lantaran sebagian besar santri berlatar belakang keluarga petani.

Pengurus Ponpes Rubat Mbalong, Syamsul Wibowo mengatakan pertanian terpadu itu menjadi bagian pendidikan keterampilan atau vokasi pesantren ini. Pertanian terpadu memungkinkan seorang santri menggabungkan potensi peternakan dan pertanian menjadi sebuah konsep pertanian berkelanjutan dan modern.

Kata dia, dalam pertanian terpadu santri juga mengembangkan, perikanan dan pertanian untuk mengplikasikan konsep pertanian ini. Pihaknya mengembangkan pertanian terpadu untuk memberi bekal keahlian kepada santri yang tertarik pada pertanian.

“Pertanian terpadu, pertanian yang menggabungkan peternakan, perikanan dan pertanian. Bentuknya kalau perikanan, terpadunya yaitu dengan budidaya tanaman Azolla, sebagai pakan ternak, mulai dari unggas, kambing hingga sapi,” katanya.

Dia menjelaskan, dari sekitar 200 santri Ell Firdaus, sekitar 40 santri di antaranya terlibat dalam pertanian organik ini, terutama, santri yang berumur remaja, mulai 16-20-an tahun. Adapun santri yang kanak-kanak, masih dalam tahap pengenalan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ragam Divisi Pertanian Terpadu

Syamsul menerangkan, dalam pertanian terpadu ini, pesantren membagi menjadi beberapa divisi, yakni divisi petenakan kambing, sapi dan unggas. Kemudian divisi pengembangan holtikultura, mulai dari sayur mayur hingga buah-buahan.

Adapun di sektor perikanan, santri memelihara ikan dengan pakan yang berasal dari cacing (Lumbricus) yang diberi pakan dengan kotoran sapi.

“Kemudian, dari kotoran kambing dan sapi, digunakan untuk pupuk tanaman holtikultura yang ditanam di lahan pondok,” ujarnya.

Syamsul mengemukakan, kotoran sapi juga diubah menjadi sumber energi. Kotoran sapi itu dimasukkan ke instalasi gas metana yang digunakan untuk memasak santri.

Syamsul menambahkan, di luar pertanian, pesantren juga mengajari berbagai ketrampilan kepada santrinya. Antara lain dengan memproduksi sandal kulit dengan merek “Kenthir”, budidaya jamur tiram, dan koperasi pesantren. Diharapkan, keterampilan atau kemampuan wirasusaha yang didapat santri di pesantren bisa menjadi bekal saat santri kembali ke masyarakat.

“Santri boleh memilih bidang yang diminati,” ucapnya.

Tim Rembulan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.