Sukses

Kerap Dilakukan Usai Lebaran, Ini Makna Serta Sejarah Halal Bihalal

Berikut ini beberapa makna serta sejarah halal bihalal yang perlu umat muslim ketahui.

Liputan6.com, Jakarta - Meski Hari Raya Idul Fitri sudah berlalu tapi nuansanya masih terasa. Biasanya dalam setiap perayaan Idul Fitri, terdapat berbagai macam tradisi yang selalu dilakukan umat muslim di Tanah Air. Salah satunya ialah tradisi halal bihalal yang selalu melekat usai perayaan Hari Raya Idul Fitri berakhir.

Halal bihalal biasanya berupa acara pertemuan yang digelar untuk bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan. Sebagai tradisi yang melekat di masyarakat Indonesia, maka penting untuk mengetahui seperti apa makna halal bihalal.

Selain itu perlu diketahui sejarah halal bihalal hingga menjadi tradisi yang selalu dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Dilansir dari NU Online, Jumat (6/5/2022), berikut ini beberapa makna serta sejarah halal bihalal yang perlu umat muslim ketahui: 

Sejarah Halal Bihalal

Sebelum kita mencari tahu tentang makna halal bihalal, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu sejarah halal bihalal. Halal bihalal pertama kali dicetuskan oleh KH.

Wahab Chasbullah pada tahun 1946. Pada masa itu, Indonesia diketahui sedang mengalami masalah disintegrasi bangsa. Dalam kondisi tersebut, Bung Karno kemudian memanggil KH. Wahab Chasbullah untuk memberikan saran dan pendapat guna mengatasi situasi politik tersebut.

Pada saat itu, KH.Wahab Abdullah memberikan saran pelaksanaan kegiatan halal bihalal. Kegiatan ini dilakukan untuk tujuan membumikan dan menumbuhkan konsep ajaran Ahlussunah wal Jamaah. Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat Indonesia dapat mempererat tali persaudaraan, kemanusiaan dan kebangsaan.

Dalam Ukhuwah NU, ketiga hal ini disebut juga dengan islamiyah, basyariyah, dan wathaniyah, yang biasanya dilakukan pada momen bulan Syawal untuk saling bermaaf-maafan.

Dilaksanakan pada awal-awal kemerdekaan, tradisi halal bihalal ini lantas bertahan hingga saat ini. Kegiatan silaturahmi ini bahkan dilakukan oleh masyarakat setiap perayaan Idul Fitri hingga kini baik dalam lingkup keluarga besar, lingkungan kerja, hingga kerabat dan teman dekat.

 

**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Makna Halal Bihalal

Makna Halal Bihalal dari Segi Hukum

Makna halal bihalal yang pertama bisa dilihat dari segi hukum. Secara umum, kata halal digunakan sebagai lawan balik dari kata haram. Sehingga bisa dipahami halal bihalal merupakan kegiatan yang dilakukan agar terbebas dari dosa dan kesalahan.

Dengan kata lain, dari segi hukum halal bihalal dipahami sebagai salah satu usaha untuk mengubah sikap yang sebelumnya haram atau penuh dosa menjadi halal dan tidak lagi berdosa.

Tak hanya itu, menurut pakar istilah halal bihalal juga mencakup konteks makruh. Di mana sesuatu yang makruh adalah perbuatan yang tidak dianjurkan oleh agama. Sehingga dengan meninggalkan perbuatan tersebut maka akan mendapat pahala dan ganjaran kebaikan.

Makna Halal Bihalal dari bahasa

Sementara itu kata halal dari segi bahasa diambil dari kata halla atau halala. Kata halla maupun halala mempunyai berbagai makna sesuai dengan konteks atau rangkaian kalimatnya.

Namun secara umum, kedua kata tersebut juga memiliki arti menyelesaikan masalah atau kesulitan, meluruskan benang kusut, mencairkan yang membeku, dan membebaskan ikatan yang membelenggu.

Dari beberapa arti tersebut, dapat dipahami bahwa halal bihalal merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menyambung kembali yang sebelumnya terputus. Itu mengapa dengan melaksanakan halal bihalal, masyarakat dapat menyambung silaturahim untuk saling memaafkan dan terbebas dari kesalahan dan dosa yang diperbuat sebelumnya.

Makna Halal Bihalal dari Tinjauan Alquran

Selanjutnya makna halal bihalal juga dapat dipahami dari tinjauan Alquran. Dalam hal ini, halal yang thayyib merupakan berbagai hal yang baik lagi menyenangkan. Dengan kata lain, Alquran memerintahkan umat muslim untuk melakukan berbagai aktivitas yang memberikan makna kebaikan dan menyenangkan bagi semua pihak.

Inilah yang menjadi dasar mengapa Alquran tidak hanya menuntut umat muslim untuk saling memaafkan melainkan juga berbuat baik terhadap sesama. Pasalnya sikap saling memaafkan dan mengasihi antar manusia tentu dapat memberikan manfaat kebaikan di dunia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.