Sukses

Seniman di Libya Restorasi Al-Qur'an Selama Bulan Ramadan

Khaled al-Drebi adalah seorang warga Libya yang terkenal terampil memperbaiki Al-Qur'an.

Liputan6.com, Tripoli - Pada bulan suci Ramadan, banyak umat Muslim yang membaca Al-Qur'an untuk meningkatkan ibadah. Hal ini mendorong sekelompok relawan di Libya untuk bekerja siang malam guna memperbaiki Al-Qur'an yang sudah tua atau rusak.

Khaled al-Drebi adalah seorang warga Libya yang terkenal terampil memperbaiki Al-Qur'an. Ia dan beberapa artisan lain datang ke sebuah sanggar kerja di Tripoli setiap hari untuk merespons meningkatnya permintaan pelanggan Ramadan untuk memperbaiki Al-Qur'an selama Ramadan.

"Pembelian Al-Qur'an baru biasanya naik sebelum bulan Ramadan, tapi situasinya baru-baru ini berubah di Libya," ujar Drebi kepada AFP.

Penyebabnya adalah kenaikan harga Al-Qur'an, terutama "sejak negara berhenti mencetaknya" di Libya, tambahnya, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (5/4/2022).

Negara Afrika Utara itu telah mengalami konflik selama lebih dari satu dekade, menyebabkan banyak institusinya berantakan dan merugikan perekonomian negara yang kaya minyak itu.

"Biaya untuk membeli Al-Qur'an telah meningkat, akibatnya upaya perbaikan Al-Qur'an lama jadi semakin populer," jelas Drebi.

Harga Al-Qur'an baru bisa mencapai $20 atau hampir Rp300.000. Tapi untuk memperbaiki Al-Qur'an lama, hanya diperlukan beberapa dolar saja atau puluhan ribu rupiah.

Tapi biaya bukan faktor satu-satunya. Bagi banyak orang, Al-Qur'an lama juga punya nilai sentimental.

"Ada kaitan spiritual bagi sebagian pelanggan," kata Drebi. Ia menambahkan bahwa banyak pelanggannya memilih untuk melestarikan Al-Qur'an yang diturunkan dari keluarga. "Ada yang bilang Al-Qur'an ini baunya seperti kakek nenek atau orangtuanya."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Proses Pengerjaan

Di lokakarya itu, Abdel Razzaq al-Aroussi menyortir ribuan Al-Qur'an berdasarkan tingkat kerusakan.

"Kalau kerusakannya hanya sedikit, restorasi memerlukan waktu tak lebih dari sejam, tapi kalau rusak berat, perlu dua jam atau lebih," katanya.

Kitab suci itu "harus dilepas, direstorasi, lalu diikat/ditempel," katanya -- proses rumit yang sangat memerlukan "waktu dan konsentrasi" yang besar.

Mabrouk al-Amin, pengawas di sanggar kerja itu, mengatakan proses restorasi "memerlukan banyak seniman."

"Mengerjakan buku Tuhan sangat menyenangkan dan kami tidak bosan... pekerjaan ini sangat membahagiakan," ujarnya.

Para pengrajin ini mengatakan mereka telah memperbaiki setengah juta Al-Qur'an sejak sanggar kerja itu dibuka pada 2008. Dan lebih dari 1.500 orang telah dilatih dari 150 pusat restorasi Al-Qur'an.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.