Sukses

Manisnya Gula Puan, Camilan Khas Para Bangsawan Palembang

Camilan Gula Puan merupakan makanan para bangsawan di masa Kesultanan Palembang Darussalam yang kini terus dilestarikan.

Liputan6.com, Palembang - Jika mendengar nama Gula Puan, warga Sumatera Selatan (Sumsel) pasti langsung teringat tentang kejayaan Kesultanan Palembang Darussalam.

Camilan yang terbuat dari susu kerbau ini dulunya memang merupakan makanan bagi para bangsawan, yang hingga kini dilestarikan oleh warga Sumsel.

Namun sayang, gula puan yang manisnya sangat berbeda dari pemanis buatan ini, sudah sulit ditemukan. Kelangkaan gula puan ini karena tradisi mengkonsumsi camilan berwarna merah pudar ini semakin terkikis.

Untuk terus melestarikan makanan peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam, Muhammad Deni (19), akhirnya menggiatkan promosi camilan ini.

Sekitar satu bulan terakhir, mantan marketing properti di Jakarta ini mulai menggeluti usaha penjualan gula puan.

Jika beberapa penjual gula puan lainnya berjualan di pelataran masjid atau saat kegiatan besar Kota Palembang, Deni lebih tertarik menjual melalui media sosial (medsos).

“Saya promosikan di Facebook dan Instagram dengan nama Cemipal, sistem penjualannya juga Pre Order (PO). Pengemasannya juga berbeda, gula puan dibentuk seperti permen agar lebih menarik,” ucapnya, saat ditemui di rumahnya di Kelurahan 11 Ilir Palembang, Senin (18/5/2020).

Diakuinya, tidak mudah untuk membangun bisnis Gula Puan. Terutama karena sudah banyak yang tidak mengetahui sejarah camilan ini dan rasanya yang begitu lezat. Namun, Deni tidak berputus asa untuk melestarikan salah satu makanan khas Palembang ini.

Dalam sebulan, sebanyak 2 Kilogram (Kg) Gula Puan terjual ke para pelanggannya. Dalam sebungkus paket, ada 10 buah permen Gula Puan yang dijual seharga Rp10.000.

Gula Puan ini didapatkannya melalui warga di Desa Bangsal, Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumsel. Jika disimpan di dalam suhu ruangan, Gula Puan ini bisa bertahan hingga 2 minggu lamanya. Namun, di dalam freezer, bisa hingga 2 bulanan.

“Gula Puan hanya diproduksi di Kabupaten OKI Sumsel dan bahan dasarnya susu kerbau. Keluarga saya sering menceritakan tentang sejarah Gula Puan, karena itu saya tertarik melestarikan Gula Puan ini,” ujarnya.

Sejarahwan Palembang Ali Hanafiah mengakui jika minat yang menurun drastis, membuat keberadaan Gula Puan tersingkirkan di Sumsel. Sehingga tidak banyak lagi pedagang yang mau berjualan makanan pelengkap ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sejarah Gula Puan

“Dulunya Gula Puan hanya dinikmati oleh para bangsawan saja, karena harganya sangat mahal. Bahan dasar Gula Puan murni berasal dari susu Kerbau. Kandungan gizinya pun jauh lebih tinggi dibandingkan susu sapi yang dijual di pasaran saat ini,” ucapnya.

Proses pembuatan gula puan sendiri adalah susu perah kerbau murni yang dicampur dengan gula pasir kuning. Lalu disangrai selama 7-8 jam hingga kering dan berbentuk pasir.

Dulunya di masa Kesultanan Palembang Darussalam, warga miskin yng dinamakan Mato Gawe dibebaskan dari beban pajak, namun ditugaskan oleh sultan Palembang Darussalam untuk mengawasi daerah-daerah di Palembang.

Saat Mato Gawe bertandang ke kesultanan, mereka biasanya membawa upeti untuk sultan, salah satunya adalah Gula Puan dari Kabupaten Ogan Ilir.

Karena seringnya Mato Gawe membawakan Gula Puan, maka hanya para bangsawan yang bisa menikmati makanan ini.

 

3 dari 3 halaman

Produksi Gula Puan

Gula Puan biasanya dijadikan pengganti gula pasir, pemanis saat menyantap roti tawar atau juga cemilan sehari-hari.

Hingga dekade 90-an, Gula Puan menjadi salah satu makanan pendamping wajib bagi warga Palembang. Untuk berjualan Gula Puan juga tidak sembarangan, para pedagang harus menyimpannya di panci alumunium dan tidak boleh tercampur dengan air sedikit pun.

“Proses pembuatannya saja lama, jadi susu kerbau harus benar-benar dikeringkan dan tidak boleh ada kandungan air sedikit pun. Kuali untuk memasak Gula Puan juga harus khusus, tidak boleh sembarangan. Kalau tercampur air sebelum disajikan, Gula Puan akan langsung berjamur, karena Gula Puan tidak tahan lama,” lanjutnya.

Untuk memerah susu kerbau, para peternak harus menunggu waktu yang tepat. Karena ada waktu tertentu kerbau tersebut mau diperah, sehingga menghasilkan susu yang berkualitas.

Ada dua jenis Gula Puan, yaitu bentuk basah dan kering. Gula Puan basah seperti bentuk pasiran, sedangkan Gula Puan kering biasanya dibentuk seperti cemilan sagon yang padat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini