Sukses

Kuota Bertambah, Petugas Haji Siapkan Tim Mobile Crisis Rescue

Tim MCR petugas haji akan berada di pos-pos stasioner dan pos ad hoc di satuan tugas Armuzna.

Liputan6.com, Jakarta - Dikarenakan adanya penambahan kuota jemaah haji Indonesia dari 221.000 menjadi 231.000 atau sebesar 10 ribu orang, hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi petugas haji. Terutama saat puncak haji di Arafah, Mudzalifah, dan Mina (Armuzna).

Dilansir dari keterangan tertulis Kementerian Agama dari laman resminya www.kemenag.go.id, Jumat (26/7/2019), Kepala Satuan Operasional Armuzna, Jaetul Muchlis mengatakan, penambahan kuota haji ini sangat berpengaruh pada kondisi lapangan nantinya.

Dirinya mengaku telah mengantisipasi dengan menyosialisasikan strategi yang diterapkan pada 2019 ini untuk para petugas yang tergabung dalam Panita Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Non Kloter.

Selain itu, Jaetul beserta tim juga akan menempatkan petugas di pos-pos stasioner dan pos ad hoc di satuan tugas Armuzna. Pihaknya juga telah menyiapkan tim mobile crisis rescue (MCR).

"Tim mobile crisis ini sekitar 220 orang dengan berbagai unsur, yaitu unsur perlindungan jemaah, unsur tim gerak cepat kemenkes, ada P3JH nya Kementerian Agama dan juga teman-teman dari Media Center Haji juga akan terlibat di situ," ujar Jaetul.

Menurutnya, MCR merupakan gerak sinergi petugas dari berbagai instansi sebagai salah satu bentuk antisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama pelaksanaan ibadah haji.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Siaga 24 Jam

Jaetul menjelaskan, untuk penanganan di Mina, tim MCR akan bertugas selama 24 jam untuk mendeteksi dini kemungkinan-kemungkinan potensi rawan yang terjadi kepada jemaah haji Indonesia.

"Mina memang menjadi primadona sebagai harus kita siasat dengan baik, ke mana kita escape-nya, ke mana kita memetakan pergerakan jemaah," kata dia.

Sebagai salah satu bentuk antisipasi, Jaetul juga mengimbau kepada jemaah lansia, berkemampuan fisik terbatas, untuk mewakilkan prosesi lempar jumrah.

"Kalau pun ingin melontar, kita arahkan agar melontar jumrah di hari kedua atau hari ketiga, tidak di hari kritis dan jam kritis," pungkasnya.

 

Reporter : Nabila Bilqis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.