Sukses

Survei: Politik Uang Masih Potensial Muncul pada Pemilu 2014

Hasil survei Research Polling Center menyebut, 38,8% pemilih DKI Jakarta mengaku pantas jika menerima uang atau suatu barang dari caleg.

Praktik money politic atau politik uang dalam penyelenggaraan Pemilu ternyata masih menghantui para pemilih. Politik uang juga dinilai akan mempengaruhi persepsi publik di Pemilu 2014. Hasil survei Research Polling Center menyebut, 38,8% pemilih DKI Jakarta mengaku pantas jika menerima uang atau suatu barang dari calon legislatif.

"Dari temuan tersebut, jelas menunjukkan praktik politik uang masih berpotensi terjadi di pemilu mendatang," kata Manager Research Polling Center Heny Susilowati saat merilis hasil survei pemilu di Hotel Four Season, Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (19/12/2013).

Sementara, lanjut Heny, responden yang menilai politik uang sebagai sesuatu yang tidak pantas hanya sebesar 19,8% dan yang menjawab tidak tahu adanya politik uang sebesar 21,6%. Sementara, responden yang menganggap praktik politik uang melanggar hukum mencapai 49,1%. Sedangkan yang menilai tidak melanggar hukum 32,0%.

"Ini berbanding terbalik dengan persepsi pemilih dalam menerima praktik uang. Tapi persepsi masyarakat yang menyadari praktik uang melanggar hukum juga cukup besar. Artinya, pemilih tahu bahwa praktik politik uang masih berlangsung tapi sengaja dilanggar dan tetap dilakukan," jelas Heny.

Suvei dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan sampel acak sebanyak 460 responden yang mempunyai hak pilih. Sementara survei yang diadakan di DKI Jakarta pada 17-26 September 2013 memiliki margin of error plus minus 4,5% pada tingkat kepercayaan 95%. (Rmn/Yus)

Baca juga:
Survei Polling Center: 93,2% Beri Suara Saat Pilpres
Survei: 92% Rakyat Indonesia Ikut Pemilu 2014

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini