Sukses

5 Fakta Tragedi Penembakan Massal di Penitipan Anak Thailand, 37 Orang Tewas

Fakta memilukan penembakan massal di tempat penitipan anak.

Liputan6.com, Jakarta Setelah penembakan massal di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, Amerika menjadi pusat perhatian dunia. Tragedi serupa terjadi kembali, namun kali ini di Thailand yang seketika disebut sebagai penembakan massal yang paling mematikan di Asia Tenggara.

Tak heran sebanyak 37 orang tewas akibat insiden berdarah ini. Sebanyak 24 anak dilaporkan telah meninggal dunia saat penembakan yang berlangsung pada Kamis (6/10/2022) Sore. Parahnya, aksi penembakan massal ini terjadi di sebuah rumah penitipan anak di distrik Na Klang, Nong Bua Lamphu, sekitar 269 mil jauhnya dari kota Bangkok.

Kejadian memilukan ini diungkapkan langsung oleh seorang guru penyintas di tragedi penembakan massal. Ia mengatakan kepada Thai TBS bahwa pelaku penembakan keluar dari mobil dan segera menembak seorang pria yang sedang makan siang di luar, kemudian melepaskan lebih banyak tembakan.

Saya lari ke belakang, anak-anak sudah tidur," kata wanita muda yang tidak mau disebutkan namanya itu, menahan kata-katanya. "Anak-anak itu berusia dua atau tiga tahun," katanya, dikutip The Guardian, Jumat (7/10/2022).

Berikut Liputan6.com merangkum kronologi dan fakta tragedi penembakan penitipan anak di Thailand itu melansir dari berbagai sumber, Sabtu (8/10/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Pelaku Merupakan Mantan Polisi

Reuters telah melaporkan bahwa pelaku penembakan massal di penitipan anak di Thailand itu sudah diketahui identitasnya. Ialah Polisi mengidentifikasi penyerang sebagai mantan anggota pasukan yang dipecat dari jabatannya tahun lalu karena tuduhan narkoba dan dia menghadapi persidangan atas tuduhan narkoba.

Pria itu telah diadili pada hari sebelumnya dan kemudian pergi ke pusat penitipan anak untuk menjemput anaknya, kata juru bicara polisi Paisal Luesomboon kepada penyiar ThaiPBS. Polisi mengatakan senjata penyerang adalah pistol 9 mm dan diperoleh secara legal.

Kepala polisi Thailand mengatakan pelaku telah mencoba masuk ke tempat itu dan sebagian besar menggunakan pisau dalam pembunuhan.

Tidak ada rincian detail mengenai identitas pelaku penembakan massal di Thailand ini dan motifnya. Media Thailand mengatakan tersangka adalah penembak jitu dan penggemar senjata yang sering berpose dengan senjatanya di media sosial. 

Atas serangan penembakan itu, berbagai media mencatat tragedi itu merupakan serangan terburuk dan mematikan di Thailand bahkan Asia Tenggara. 

3 dari 6 halaman

2. Diduga Dibawah Pengaruh Narkoba

Melansir dari TIME (8/10), Polisi Mayor Jenderal Paisal Luesomboon mengatakan kepada Thai PBS bahwa penyerang muncul di bawah pengaruh obat-obatan. Bahkan dia telah dibebaskan tahun lalu karena dugaan penyalahgunaan narkoba. Jenderal Damrongsak, kepala polisi nasional mengatakan pada konferensi pers bahwa penyerang telah menghadiri sidang atas tuduhan narkoba pada Kamis pagi dan akan dijatuhi hukuman pada hari Jumat.

Biro Investigasi Pusat Thailand memulai mencari pelaku untuk melakukan penangkapan. Tetapi kemudian mengatakan dia ditemukan di rumahnya, di mana dia telah membunuh istri dan anaknya dan kemudian dirinya sendiri.

4 dari 6 halaman

3. Kronologi Tragedi Penembakan

Sekitar 30 anak berada di fasilitas penitipan anak, sebuah bangunan merah muda satu lantai yang dikelilingi oleh halaman rumput dan pohon palem kecil. Saat itu penyerang datang, lebih sedikit dari biasanya, karena hujan lebat membuat banyak orang menjauh.

"Penembak datang sekitar waktu makan siang dan menembak empat atau lima petugas di pusat penitipan anak terlebih dahulu," kata Jidapa kepada Reuters.

Penyerang memaksa masuk ke ruangan terkunci di mana anak-anak sedang tidur, kata Jidapa. Seorang guru yang sedang hamil delapan bulan juga termasuk di antara mereka yang tewas ditikam, katanya.

"Dia menuju ke arah saya dan saya memohon belas kasihan kepadanya, saya tidak tahu harus berbuat apa," kata seorang wanita yang putus asa kepada ThaiPBS, sambil menahan air mata.

"Dia tidak mengatakan apa-apa, dia menembak ke pintu ketika anak-anak sedang tidur," kata wanita lain, menjadi putus asa.

5 dari 6 halaman

4. Menewaskan Ibu Hamil

Kepala polisi Thailand mengatakan pelaku telah mencoba masuk ke tempat itu dan sebagian besar menggunakan pisau dalam pembunuhan. Bahkan pihak kepolisian juga mengungkapkan ada seorang guru yang tengah hamil terseret menjadi korban penembakan massal ini. 

“Seorang guru yang sedang hamil delapan bulan juga termasuk di antara mereka yang tewas ditikam, kata pejabat distrik Jidapa Boonsom kepada Reuters.

Total 38 orang termasuk pria penyerang tewas akibat insiden itu. Bloomberg melaporkan, para korban termasuk 24 anak-anak dengan beberapa di antaranya berusia dua tahun. Setidaknya 10 lainnya terluka, termasuk enam kritis, kata seorang juru bicara polisi kepada Associated Press.

6 dari 6 halaman

5. Dikecam Masyarakat Dunia

Pembantaian itu termasuk yang terburuk yang melibatkan anak-anak yang dibunuh oleh satu orang. Keluarga korban telah dipertemukan kembali untuk melakukan ritual pemakaman. Bersamaan dengan itu pemerintah Thailand mengeluarkan pernyataan yang menegaskan bahwa pemakaman mereka akan dibayar dari dana kompensasi negara.

Sementara itu, para pemimpin dunia mengungkapkan keterkejutannya dan mengirimkan belasungkawa kepada rakyat Thailand setelah penembakan itu.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese memposting di Twitter bahwa "mustahil untuk memahami patah hati" dari berita mengerikan itu. “Semua warga Australia mengirimkan cinta dan belasungkawa mereka,” katanya.

Liz Truss, Perdana Menteri Inggris, mengatakan bahwa dia "terkejut" dengan penembakan itu. "Pikiran saya dengan semua yang terkena dampak dan responden pertama," katanya. "Inggris mendukung rakyat Thailand pada saat yang mengerikan ini."

Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih mengatakan , “belasungkawa terdalam kami sampaikan kepada keluarga yang kehilangan orang yang dicintai. Kami mengutuk tindakan kekerasan ini dan siap membantu sekutu lama kami, Thailand, dalam apa pun yang mereka butuhkan.”

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.