Sukses

Arti Animisme adalah Kepercayaan Masyarakat Praaksara dalam Roh Nenek Moyang

Animisme adalah percaya pada roh.

Liputan6.com, Jakarta - Apa arti animisme itu? Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), menjelaskan arti animisme adalah berasal dari bahasa Latin “anima” yang maknanya roh. Arti animisme adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh.

Dalam buku berjudul Siswa Sejarah Peminatan SMA/MA Kelas 10 oleh FX. Sugeng Wahyu Widodo, arti animisme adalah kepercayaan masyarakat praaksara dalam roh nenek moyang. Masa di mana manusia belum mengenal tulisan dan mulai memperhatikan fenomena alam pengaruh roh.

Keberadaan animisme dari masa praaksara hingga sekarang telah terbukti, para ahli mengungkapnya demikian. Animisme adalah kepercayaan masyarakat praaksara dalam roh nenek moyang sebelum manusia mendapat pengaruh ajaran wahyu dari Tuhan.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang arti animisme adalah kepercayaan masyarakat praaksara dalam roh nenek moyang, lengkap bukti keberadaanya sampai sekarang, Kamis (7/7/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Arti Animisme adalah Kepercayaan Masyarakat Praaksara dalam Roh Nenek Moyang

Arti animisme adalah sistem kepercayaan yang sudah ada sejak zaman praaksara. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan arti animisme adalah kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda (pohon, batu, sungai, gunung, dan sebagainya).

Hal yang sama dijelaskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Arti animisme adalah berasal dari bahasa Latin “anima” yang maknanya roh. Arti animisme adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh.

Ada pula yang mengartikan animisme adalah kepercayaan masyarakat praaksara dalam roh nenek moyang. Masa di mana manusia belum mengenal tulisan. Arti animisme ini dijelaskan dalam buku berjudul Siswa Sejarah Peminatan SMA/MA Kelas 10 oleh FX. Sugeng Wahyu Widodo.

“Arti animisme adalah sistem kepercayaan manusia zaman praaksara yang diprediksi ada pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut. Buktinya pada lukisan perharu pada nekara atau gendang besar dari perunggu,” dijelaskan.

Memahami arti animisme adalah kepercayaan masyarakat praaksara dalam roh nenek moyang, meski pada masa itu sebenarnya belum ada istilah animisme. Adanya arti animisme adalah kepercayaan masyarakat praaksara dalam roh nenek moyang, disadari ketika manusia mulai memperhatikan kejadian-kejadian atau fenomena alam.

Dalam buku berjudul Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Edisi Revis 2017 oleh Restu Gunawan, dkk dijelaskan masyarakat praaksara percaya terjadinya fenomena alam atau gejala alam. Tentang kehancuran hingga keajaiban tertentu, terjadinya berhubungan dengan keberadaan roh nenek moyang yang mendiaminya atau mengaturnya.

Inilah mengapa, kemudian arti animisme adalah kepercayaan masyarakat praaksara dalam roh nenek moyang berkembang tidak hanya perkara roh keluar dari raga. Akan tetapi arti animisme adalah kepercayaan masyarakat praaksara dalam roh nenek moyang, yang mendiami semua benda seperti pohon, batu, sungai, gunung, dan lainnya.

Kemdibud juga menjelaskan, arti animisme adalah kepercayaan yang diyakini oleh manusia di masa pra-sejarah seperti zaman megalitikum, tepat setelah masa praaksara. Manusia purba di zaman tersebut meyakini animisme adalah bagian dari kekuatan di luar kuasa manusia.

Dalam buku berjudul Perbandingan Agama I 1996 oleh Zakiah Daradjat, dijelaskan arti animisme adalah berkembang menjadi sebuah kepercayaan pada makhluk halus dan roh sebelum manusia mendapatkan pengaruh dari ajaran yang sifatnya wahyu Tuhan.

3 dari 3 halaman

Bukti Keberadaan Animisme dari Dulu sampai Sekarang

Kepercayaan sesuai arti animisme adalah ada struktur sosial, persis seperti yang dianut manusia purba. Arwah leluhur yang menempati struktur sosial tinggi adalah paling menentukan kehidupan manusia, sehingga pemujaan kepadanya dilakukan lebih serius dibandingkan pemujaan kepada roh lainnya.

Contoh paling populer dari arti animisme adalah kepercayaan yang dilakukan dengan upacara syukuran saat panen untuk memanggil roh atau dewa pertanian. Kemudian upacara kematian, ritual pemakam, dan masih banyak lagi contoh kepercayaan animisme yang sampai sekarang dianut.

Tak hanya roh manusia, Ahli A.G. Pringgididgo dalam buku Ensiklopedi Umum 1973, menjelaskan arti animisme adalah membawa seseorang untuk bisa percaya bahwa alam yang meliputi gunung, hutan, gua, dan kuburan memiliki jiwa sekaligus harus dihormati. Jika tidak, maka roh di benda-benda tersebut akan mengganggu manusia.

Suku Dayak merupakan komunitas etnis tertua di wilayah Kalimantan yang masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Liputan6.com lansir dari berbagai sumber, pulau terbesar ketiga di dunia ini merupakan kawasan eksotis yang memiliki kekayaan flora dan fauna yang tak ternilai. Secara fisik, Dayak masuk dalam ras Mongoloid dengan perpaduan ciri antara orang Cina dan Melayu.

Sejauh ini, orang Dayak masih menganut animisme dan dinamisme. Beberapa suku menyebutnya Kaharingan. Kepercayaan turun temurun ini meyakini bahwa alam sekitar dipenuhi makhluk-makhluk halus dan roh-roh yang tinggal di setiap benda, seperti pohon, sungai, dan batu. Orang Dayak percaya, roh nenek moyang akan menjaga mereka dari gangguan makhluk-makhluk halus yang jahat.

Kepercayaan itu membuat mereka mengeramatkan beberapa binatang seperti burung Enggang. Penghormatan itu ditunjukkan dalam tari Enggang yang dilenggokkan kaum perempuan suku Dayak. Bagi suku Dayak, burung Enggang membawa pesan-pesan alam yang berhubungan dengan roh nenek moyang. Burung Enggang diyakini menjadi wahana bagi roh yang telah meninggal untuk mencapai surga.

Suku Dayak hidup dalam klan-klan kecil keluarga luas dan tinggal dalam sebuah rumah panjang. Suku Dayak Kenyah menyebut rumah panjang itu Uma Dadog. Sedangkan suku Dayak lain umumnya menamai pemukiman itu Lamin. Sebuah Lamin didirikan secara bergotong royong sebagai tempat tinggal bersama yang bisa dihuni hingga ratusan jiwa.

Orang-orang pada masa praaksara dan prasejarah sudah menyadari kalau ada kekuatan lain di luar mereka, sebagaimana yang sudah dijelaskan. Oleh karena itu, mereka berusaha mendekati kekuatan itu. Mereka mengadakan berbagai upacara, seperti pemujaan, pemberian sesaji, atau upacara ritual lain.

Tak hanya kepercayaan animisme yang dianut, tetapi dinamisme (kekuatan gaib) dan tetonisme (hewan suci). Animisme adalah bagi manusia purba, percaya terhadap roh yang mendiami semua benda. Mereka memercayai adanya roh di luar roh manusia yang dapat berbuat jahat dan berbuat baik. Roh-roh itu mendiami semua benda, misalnya danau, pohon, dan sebagainya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.