Sukses

8 Penyebab Depresi pada Ibu dan Jenisnya, Jangan Abaikan

Perempuan dua kali lebih mungkin menderita depresi.

Liputan6.com, Jakarta Depresi adalah gangguan mental umum, yang sayangnya masih terabaikan. Menurut WHO, secara global, sekitar 280 juta orang di dunia mengalami depresi. Namun, tak semua yang mengalami depresi mencari bantuan.

Secara statistik, perempuan hampir dua kali lebih mungkin menderita depresi dibandingkan pria. Ini sebabnya, penting mengenali depresi pada perempuan. Jenis depresi tertentu bahkan unik untuk perempuan. Depresi bisa terjadi ketika perempuan mengalami PMS, kehamilan, hingga menopause. Ini membuat depresi lebih rentan dialami oleh seorang ibu.

Depresi yang tak segera ditangani akan membuat penderitanya sangat menderita dan membahayakan orang lain. Paling buruk, depresi dapat menyebabkan bunuh diri. Bunuh diri adalah penyebab kematian keempat pada usia 15-29 tahun.

Berikut penyebab depresi pada perempuan dan jenisnya, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin(21/3/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Jenis depresi pada perempuan: Gangguan dysphoric pramenstruasi

Melansir Healthline, gangguan dysphoric pramenstruasi atau Premenstrual dysphoric disorder (PMDD) adalah sekelompok gejala emosional dan fisik yang dimulai satu atau dua minggu sebelum menstruasi. PMDD mirip dengan sindrom pramenstruasi (PMS), tetapi gejalanya, terutama emosional yang lebih parah.

Para ahli masih berusaha mencari tahu penyebab utama PMDD. Tetapi sebagian besar percaya itu adalah respons terhadap perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus. Gejala-gejala ini, terutama yang emosional, dapat berdampak besar pada kehidupan sehari-hari, menghalangi pekerjaan, sekolah, atau hubungan.

3 dari 7 halaman

Jenis depresi pada perempuan: Depresi perinatal

Masih dari Healthline, depresi perinatal adalah jenis depresi yang menyerang selama kehamilan dan setelah melahirkan. Diperkirakan antara 10 dan 20 persen wanita mengalami beberapa jenis gangguan mood terkait kehamilan.

Selama kehamilan, perempuan bisa mengalami beberapa gejala dan tanda depresi. Gejala ini seperti sering menangis, susah tidur, kelelahan, perubahan nafsu makan, hilangnya kesenangan melakukan aktivitas, kecemasan, dan kesulitan merasa terhubung dengan bayi yang dikandung.

Setelah persalinan, wanita juga rentan mengalami depresi seperti baby blues dan depresi pascamelahirkan. Gejala depresi pascamelahirkan berlangsung selama lebih dari 2 minggu setelah bayi lahir. Gejala depresi postpartum seperti cemas, menangis, mudah tersinggung, sedih, dan merasa lelah.

Bentuk depresi pascamelahirkan yang lebih parah disebut psikosis pascapersalinan. Gejala umum psikosis pascapersalinan meliputi halusinasi pendengaran atau visual, delusi, dan pikiran tentang menyakiti bayi. Psikosis postpartum adalah kondisi yang sangat serius. Seorang ibu mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk keselamatannya sendiri dan juga bayinya.

4 dari 7 halaman

Jenis depresi pada perempuan: Depresi perimenopause

Perimenopause adalah transisi yang dialami wanita sebelum menopause. Beberapa penelitian telah mengaitkan perimenopause dengan depresi dan memburuknya gejala depresi yang ada. Wanita perimenopause juga empat kali lebih mungkin mengembangkan gejala depresi.

Menurut Healthline, beberapa penelitian menunjukkan bahwa fluktuasi kadar hormon estradiol pada wanita merupakan salah satu faktor penyebab depresi perimenopause. Namun, ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan depresi perimenopause. Ini seperti gejala yang dialami selama perimenopause, peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti perceraian, kehilangan pekerjaan, atau kematian.

Efek perimenopause tidak hanya dapat menyebabkan depresi. Tetapi, depresi itu sendiri juga dapat menyebabkan perimenopause dini.

 

5 dari 7 halaman

Penyebab depersi pada perempuan

Beberapa perubahan suasana hati dan perasaan tertekan terjadi karena perubahan hormonal yang normal. Tetapi perubahan hormonal saja tidak menyebabkan depresi. Faktor biologis lainnya, sifat bawaan, dan keadaan serta pengalaman kehidupan pribadi dikaitkan dengan risiko depresi yang lebih tinggi. Melansir Mayo Clinic, berikut penyebab depresi pada perempuan:

Masa pubertas

Perubahan hormon selama masa pubertas dapat meningkatkan risiko beberapa gadis mengalami depresi. Setelah pubertas, tingkat depresi lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki. Karena anak perempuan biasanya mencapai pubertas sebelum anak laki-laki, mereka lebih mungkin mengalami depresi pada usia lebih dini daripada anak laki-laki.

Masalah pramenstruasi

Sejumlah kecil wanita memiliki gejala parah dan melumpuhkan yang mengganggu studi, pekerjaan, hubungan, atau area lain dalam kehidupan mereka. Inilah yang menjadi penyebab gangguan dysphoric pramenstruasi (PMDD).

6 dari 7 halaman

Penyebab depersi pada perempuan

Kehamilan

Perubahan hormon yang dramatis terjadi selama kehamilan, dan ini dapat memengaruhi suasana hati. Masalah lain juga dapat meningkatkan risiko mengembangkan depresi selama kehamilan atau selama upaya untuk hamil.

Depresi pascapersalinan

Banyak ibu baru merasa sedih, marah, mudah tersinggung, dan mengalami tangisan segera setelah melahirkan. Perasaan ini disebut baby blues merupakan kondisi normal dan umumnya mereda dalam satu atau dua minggu. Tetapi perasaan depresi yang lebih serius atau bertahan lama dapat mengindikasikan depresi pascapersalinan. Depresi pascamelahirkan adalah kondisi medis serius yang membutuhkan perawatan segera. Ini terjadi pada sekitar 10 hingga 15 persen wanita.

Perimenopause dan menopause

Risiko depresi dapat meningkat selama transisi ke menopause yang disebut perimenopause. Risiko depresi juga dapat meningkat selama menopause dini atau setelah menopause.

7 dari 7 halaman

Penyebab depersi pada perempuan

Kekuasaan dan status yang tidak setara

Perempuan jauh lebih mungkin dibandingkan laki-laki untuk hidup dalam kemiskinan, menyebabkan kekhawatiran seperti ketidakpastian tentang masa depan dan penurunan akses ke masyarakat dan sumber daya perawatan kesehatan. Masalah-masalah ini dapat menyebabkan perasaan negatif, harga diri rendah dan kurangnya kontrol atas kehidupan.

Pekerjaan yang berlebihan

Seringkali perempuan bekerja di luar rumah dan masih menangani tanggung jawab rumah. Banyak perempuan menghadapi tantangan menjadi orang tua tunggal, seperti mengerjakan banyak pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan. Juga, perempuan mungkin merawat anak-anak mereka sementara juga merawat anggota keluarga yang sakit atau lebih tua.

Pelecehan seksual atau fisik

Perempuan yang secara emosional, fisik atau seksual dilecehkan saat anak-anak atau dewasa lebih mungkin mengalami depresi di beberapa titik dalam hidup mereka. Perempuan lebih mungkin dibandingkan laki-laki untuk mengalami pelecehan seksual.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.