Sukses

5 Hasil Evaluasi PPKM yang Disampaikan Menkes, Waspada Kenaikan Kasus

Pemerintah baru menyampaikan Evaluasi PPKM dalam sepekan terakhir.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah baru saja menyampaikan Evaluasi PPKM dalam sepekan terakhir. Ada sejumlah informasi terbaru yang disampaikan oleh menteri kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. Hasil evaluasi ini disampaikan dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Senin(15/11/2021).

Menkes menyampaikan adanya kenaikan kasus di sejumlah daerah. Meski telah mengalami penurunan kasus, masyarakat diharapkan untuk tidak abai prokes. Disampaikan pula update terbaru tentang capaian vaksin selama PPKM. 

"Memang Alhamdulillah kasus sudah menurun, tapi kita harus ekstra waspada terutama menghadapi Nataru. Jangan sampai terjadi lonjakan berikutnya" papar Budi dalam konferensi pers.

Berikut hasil evaluasi PPKM yang disampaikan oleh Menkes Budi Gunadi Sadikin, dirangkum Liputan6.com dari LIVE: Keterangan Pers Menteri Terkait Evaluasi PPKM, Senin(15/11/2021).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Kenaikan kasus akibat PTM dan takziah

Hingga kini ada 126 kabupaten/kota yang mengalami kenaikan kasus positif. Beberapa di antaranya bahkan sudah tiga minggu berturut-turut naik. Kenaikan ini setelah ditelusuri disebabkan oleh pembelajaran tatap muka dan kegiatan takziah.

"sebagian besar kenaikannya memang disebabkan karena adanya kasus positif di sekolah dan takziah" jelas Budi.

Maka dari itu, Kementerian Kesehatan akan segera melakukan konsolidasi dengan Kementerian Pendidikan. Ini dilakukan untuk mencari solusi bagaimana bisa tetap melakukan pembelajaran tatap muka tapi dengan surveilans yang aktif dan yang lebih proaktif.

3 dari 6 halaman

Target vaksinasi

Saat ini sudah 216 juta suntikan yang diberikan ke 130.6 juta rakyat Indonesia. 84.5 juta sudah mendapatkan vaksinasi lengkap.

"Dari target populasi yang 208 juta orang yang harus kita vaksinasi, 62 persen sudah mendapatkan vaksinasi dosis pertama dan 40 persen sudah mendapatkan dosis lengkap" ujar Budi.

Vaksinasi juga terus konsisten antara 1.6 sampai 2 juta suntikan. Diperkirakan sampai akhir tahun bisa mencapai 209 juta sampai 300 suntikan dengan perkiraan untuk dosis satu yaitu 161 juta orang atau 78 persen dari target populasi dan proyeksi dosis duanya bisa mencapai sekitar 118 juta yaitu mendekati 60 persen. Dibandingkan dengan target WHO yang akhir tahun 40 persen lengkap di dosis kedua.

4 dari 6 halaman

Vaksin kadaluarsa

Persiden juga menekankan untuk berhati-hati tentang vaksin kadaluarsa. Presiden mengimbau jika misal sudah dekat kadaluarsa, vaksin bisa dialihkan ke provinsi lain yang masih membutuhkan atau ke TNI dan Polri.

"Jadi beberapa propinsi yang laporannya sampai ke beliau seperti misalnya Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, itu perlu diperhatikan agar vaksinasinya jangan sampai kadaluarsa."

Untuk saat ini stok vaksin yang dimiliki masih cukup untuk memenuhi keburtuhan. Vaksin yang sudah digunakan ada 206 juta jadi masih ada stok sekitar 60 juta di kabupaten/kota dan provinsi.

"Stok vaksin kita aman sekarang ada 276 juta, 267 juta dosis sudah didistribusikan ke kabupaten/kota provinsi"

5 dari 6 halaman

Molnupiravir tiba akhir tahun

"Molnupiravir diharapkan akhir tahun ini sudah bisa tiba di Indonesia dan kita sudah siap untuk menggunakannya tahun depan."

Pemerintah masih menunggu terbitnya emergency use authorization dari FDA yang diharapkan di awal Desember sudah keluar. Kemenkes juga terus mengkaji alternatif obat-obatan lain. Jika ada yang mirip dengan Molnupiravir yang bisa mengurangi risiko rawat inap kasus Covid-19. Kemenkes juga akan terus bekerjasama dengan BPOM untuk mengkaji alternatif obat.

6 dari 6 halaman

Penyebaran Covid-19 delta

Saat ini penyebaran Covid-19 varian Delta begitu diawasi. Covid-19 varian Delta itu memiliki kodenya B.1.617.2. Dari varian ini muncul sub-varian atau 'anak' dengan kode nama AY, ada AY.4, AY 2.3, dan AY 2.4.

Kemudian muncul juga 'cucu' dari varian Delta yang merupakan sub-sub-varian yang bernama AY 4.2. Sub-sub-varian ini kini banyak ditemukan di Inggris yang dikenal sebagai varian delta plus.

"Di Indonesia sendiri AY 4 sudah ada, AY 2.3 sudah ada, AY 2.4, AY 4.2 belum ada" jelas Budi.

Terkait dengan tingkat kekebalan terhadap varian ini, pemerintah menyimpulkan kekebalan masyarakat yang sudah dimiliki masih cukup untuk menanggulangi penyebarannya.

"semua varian Delta baik orang tuanya, sub-varian, sub-sub-variannya itu memiliki mutasi genetik yang mirip, jadi kesimpulan kami kalau misalnya ada masuk anaknya atau cucunya, insyaallah kekebalan yang sudah terbentuk di masyarakat kita masih cukup untuk menanggulangi penyebaran ini." tambah Budi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.