Sukses

4 Fakta Sosok Greta Thunberg, Aktivis 16 Tahun yang Berani Kritik Pemimpin Dunia

Mengulas sosok Greta Thunberg yang curi perhatian publik karena pidatonya di PBB.

Liputan6.com, Jakarta Nama Greta Thunberg belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial. Namanya melejit usai dirinya tampil membacakan pidatonya di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York dalam acara Climate Action Summit pada Senin (23/9/2019).

Dalam acara tersebut, gadis 16 tahun itu mengecam para pemimpin dunia secara terang-terangan lewat naskah pidatonya. Menurut Greta, para pemimpin dunia telah gagal menangkal fenomena perubahan iklim yang dapat membahayakan umat manusia.

Aktivis belia asal Swedia itu tampil mengenakan baju merah muda menyampaikan pidatonya dengan tegas dan berkaca-kaca. Greta Thunberg, dalam pidatonya, juga menyebut para pemimpin dunia telah mencuri mimpi dan masa kecilnya karena lamban menangani isu lingkungan.

Sontak, pidatonya dalam acara KTT Aksi Iklim tersebut menjadi viral lewat video yang disebarkan di dunia maya. Banyak orang yang memuji aksi Greta yang berani menyampaikan argumennya di hadapan sederet tokoh besar dunia meski usianya masih sangat muda.

Lantas, seperti apa sosok Greta Thunberg yang namanya jadi perbincangan dunia? Selengkapnya, berikut Liputan6.com paparkan ulasan lengkap fakta sosok Greta Thunberg, seperti yang telah dihimpun dari berbagai sumber, Kamis (26/9/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Raih Penghargaan Nobel Alternatif

Berkat kegigihannya dalam menyuarakan isu perubahan iklim, Greta Thunberg menerima penghargaan Nobel Alternatif dalam ajang Right Livelihood Award pada Rabu lalu (25/9/2019). Penghargaan tersebut diraih Greta selang dua hari usai memberikan pidatonya di New York.

"Tekadnya untuk melawan bayang-bayang bencana iklim, telah menginspirasi jutaan orang untuk angkat suara dan menuntut tindakan iklim segera," Ungkap perwakilan Right Livelihood Foundation seperti dikutip Liputan6.com dari laman Merdeka.com.

Penghargaan Right Livelihood pertama kali dicanangkan tahun 1980 oleh filsuf berdarah Swedia-Jerman, Jakob von Uexkull. Penghargaan ini dibuat setelah penggelar hadiah Nobel menolak untuk membuat kategori khusus di bidang lingkungan dan pembangunan internasional.

Sejauh ini, Right Livelihood Award telah diberikan kepada 174 orang yang tersebar dari 70 negara. Pemenangnya berhak menerima USD 103,000 atau sekitar Rp 1,4 miliar. Hadiah ini diberikan sebagai bentuk dukungan pada perjuangan mereka.

3 dari 5 halaman

2. Latar Belakang Keluarga

Greta Thunberg adalah putri sulung dari pasangan Svante Thunberg dan Malena Ernman. Ibu Greta Thunberg ialah seorang aktris sekaligus penyanyi opera bergenre mezzo-soprano. Sang ibunda ternyata juga menguasai genre jazz atau kabaret.

Tak seperti ibunya, Greta justru lebih tertarik dengan isu lingkungan yang menurutnya mengancam kemaslahatan umat manusia. Namun, akhirnya Greta mengajak ibunya untuk terjun di bidang yang sama dengannya.

Selain berprofesi sebagai artis opera, Malena Ernman pernah menulis buku yang berjudul Scenes From the Heart. Sementara itu, sang ayah adalah seorang aktor, produser, dan juga penulis. Dia pernah membintangi serial lokal berjudul Skärgårdsdoktorn.

Berbeda dengan sang kakak, adik Greta, Beata Ernman Thunberg nampaknya mewarisi bakat sang ibu karena pandai menyanyi. Gadis yang akrab disapa Bea itu lebih suka tampil di atas panggung menampilkan suara merdunya untuk dinikmati publik.

4 dari 5 halaman

3. Berlayar 14 Hari Untuk Hadiri KTT PBB

Sebelum viral karena pidatonya di PBB, Greta Thunberg terkenal karena upayanya menginisiasi gerakan mogok sekolah untuk menyuarakan isu perubahan iklim. Karena itulah dirinya diundang menghadiri KTT PBB di New York.

Namun, tak banyak yang tahu jika Greta Thunberg memilih berlayar melintasi Samudra Atlantik selama 14 hari dari Plymouth, Inggris, menuju Manhattan, New York, AS untuk memenuhi undangan. Greta menolak naik pesawat dengan alasan perjalanan tersebut akan menghasilkan sangat banyak jejak karbon yang tentu saja berbahaya untuk lingkungan.

5 dari 5 halaman

4. Didiagnosa Idap Sindrom Asperger

Di balik sosoknya yang menginspirasi, ternyata Greta Thunberg tengah berjuang melawan sindrom Asperger. Dikutip Liputan6.com dari laman WebMD, Kamis (26/9/2019), sindrom asperger adalah kondisi yang termasuk kelompok gangguan spektrum autisme namun lebih ringan dibanding spektrum autisme yang lain.

Kendati demikian, Greta membuktikan bahwa dirinya sama seperti anak-anak pada umumnya. Gadis 16 tahun itu juga menganggap kondisinya bukanlah sebuah kekurangan, melainkan sebuah berkah karena telah membuka matanya terkait krisis iklim.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.