Sukses

Kisah Inspiratif Bunda Ifa, 29 Tahun Jadi Relawan Sadar Donor Darah

Bunda Ifa, relawan donor darah di Yogyakarta.

Liputan6.com, Jakarta Cukup jauh dari pusat kota Jogja, rumah itu punya halaman cukup luas. Ada berbagai tanaman hias di depannya. Sebuah gazebo kecil di sisi kiri rumah menjadikannya makin asri. Berada di kawasan Jalan Candi Winangun Rt 05/13 Sardonoharjo, rumah ini menjadi pusat kegiatan Bias Ratu, sebuah komunitas relawan donor darah. 

Saya datang ke rumah tersebut Senin (22/7/2019) pagi. Sosok wanita berambut pendek menyapa dengan akrab. Saya dipersilahkan duduk dan memulai berbincang. Wanita itu adalah Ifadatun Hasanah atau lebih akrab disapa Bunda Ifa Raharjo yang berusia 44 tahun.

“Pertama kali itu ketika Bunda usia 16 tahun kalau tidak salah,” ujarnya sambil membenarkan kacamatanya. Ia mulai menceritakan pengalaman pertamanya ketika merasakan jarum suntik untuk donor darah hingga membuatnya terjun menjadi relawan sosial.

Tercatat sampai saat ini Bunda Ifa sudah mendonorkan darah sebanyak 89 kali. Jumlah yang tak kecil. Tak cuma donor darah, ia juga aktif membantu pasien atau masyarakat yang membutuhkan sumbangan darah lewat komunitas yang didirikannya tersebut.

Hingga kini, ada sekitar 1.000 orang yang menjadi anggota Bias Ratu yang selalu siap mendonorkan darahnya. Ia bekerjasama dengan beberapa rumah sakit di Jogja untuk membantu pemberian bantuan darah bagi pasien yang membutuhkan. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Memutuskan Mendirikan Komunitas Donor Darah Bias Ratu

Jika dihitung, Bunda Ifa sudah berkecimpung di dunia relawan sosial donor darah sudah hampir 29 tahun. Putri sulung dari dua bersaudara ini sangat sadar bahwa kebutuhan darah di Jogja sangat tinggi.

Kepeduliannya pada orang yang membutuhkan darah sebenarnya dipengaruhi oleh ayahnya. Saat ia duduk di bangku SMA sekitar tahun 1991, ia diajak ayahnya untuk jadi relawan donor darah di RS dr. Sardjito, Jogja. Ayahnya juga aktif sebagai pekerja sosial di rumah sakit tersebut.

Waktu itu, Bunda Ifa selalu merasa ingin menangis saat berada di Unit Pelayanan Tranfusi Darah atau UPTD RS dr. Sardjito. Stok darah di rumah sakit itu sangat terbatas. Sedangkan permintaan dari pasien cukup banyak. Padahal, darah itu sangat membantu usaha menyelamatkan nyawa banyak orang.

“Di Rumah Sakit dr. Sardjito itu ada bangsal khusus untuk anak-anak penderita kanker. Mereka sangat membutuhkan darah. Melihat anak-anak berjuang melawan leukimia dan thalasemia mayor yang dimana tranfusi darah itu jadi kebutuhan setiap hari mereka. Bunda enggak tega,” ujarnya.

Lama menjadi relawan, Bunda Ifa kemudian membentuk sebuah komunitas sendiri bernama Bias Ratu tahun 2015. Meski baru terbentuk 2015, namun perjalanan Bunda Ifa dan teman-temannya yang getol kampanyekan sadar donor darah sebenarnya jauh lebih lama.

Hingga kini Bias Ratu sudah memiliki lebih dari 1.000 anggota  yang siap donor darah sewaktu-waktu. Media sosial salah satu media yang banyak membantu promosi menjaring anggota untuk sama-sama membantu orang yang membutuhkan darah. Bias Ratu punya 3 divisi yaitu Relawan Umum, Donor Darah dan Parapsikolog.  

Bias Ratu sendiri punya peran cukup strategis untuk mencukupi kebutuhan darah bagi pasien di RS dr. Sardjito. Saat membutuhkan darah, pihak rumah sakit akan menghubungi pihak Bias Ratu. Lalu Bunda Ifa diberi info tentang jenis darah yang dibutuhkan oleh pasien. Kemudian Bunda Ifa langsung menyebarkan info itu ke komunitas-komunitas yang diikuti olehnya.

Biasanya tak butuh waktu lama, relawan akan datang ke rumah sakit untuk donor darah. Baginya, pekerjaan yang paling berat adalah menjaga hubungan baik dengan semua komunitas. Apalagi kebutuhan darah cukup banyak. Di RS dr. Sardjito saja rata-rata kebutuhan sehari kurang lebih 300 kantong darah.

3 dari 4 halaman

Tergabung di 200 komunitas

Sosok Bunda Ifa memang sosok yang selalu ingin membantu sesama. Selain mendirikan Bias Ratu, ia ikut dalam berbagai komunitas di Yogyakarta. Seperti komunitas tukang becak, komunitas pedagang kaki lima Malioboro, komunitas tukang parkir di Yogyakarta hingga STAK (Satuan Tim Anti Kriminal)  dan sebagainya.

“Setidaknya Bunda masuk lebih dari 200 komunitas kecil di Yogyakarta. Itu bukan tanpa alasan. Ya, untuk menambah teman dan memberikan kesadaran donor darah,” ucap ibu dari 4 orang anak ini.

Menjadi relawan sosial, Bunda Ifa harus siap selama 24 jam jika dibutuhkan. Bunda Ifa juga menceritakan bahwa ia kerap mendapat telepon dini hari dan harus segera ke lokasi untuk memberikan bantuan.

Tak hanya menyangkut Bias Ratu, Bunda Ifa akan siap jika dibutuhkan di komunitas-komunitas yang ia ikuti tersebut. Hal ini semata-mata  dilakukan untuk membantu sesama yang sedang membutuhkan.

“Bunda percaya selagi kita mampu dengan membantu orang lain, Allah akan membantu kita juga. Ketika kita sibuk membantu orang lain dengan ikhlas, insyaAllah Allah akan membantu urusan kita. Dipermudah segalanya,” tuturnya.

4 dari 4 halaman

Selalu Mendapat Dukungan Keluarga

Menjadi ibu rumah tangga sekaligus relawan sosial tak selalu mudah membagi waktu. Namun hal itu bukan masalah bagi Bunda Ifa. Ia mengaku pernah dibully dan mendapat teror dari orang-orang sekitar yang menganggapnya hanya mencari untung dari kegiatan sosial di bidang donor darah. Namun, Bunda Ifa menanggapi hal itu dengan santai dan hal yang wajar.

Sehingga wajar jika ia selalu melakukan kegiatan sosialnya dengan penuh suka cita. “Tidak ada duka selama Bunda lakukan ini semua. Tapi konsekuensi. Bunda harus siap 24 jam jika dibutuhkan. Bunda harus terjun ke lapangan ketika seharusnya Bunda di rumah bersama anak-anak. Tetapi semua kembali lagi, dukungan mereka yang luar biasa,” pungkas Bunda Ifa.

Hingga kini Bunda Ifa tak lelah terus semangat mengampanyekan sadar donor darah. Tentunya semua itu tak lepas dari dukungan keluarga. Sang suami, Budi Raharjo, nama pertama yang Bunda Ifa ucapkan ketika ditanya siapa orang yang sangat berpengaruh dalam kiprahnya menjadi realwan sosial.

“Tanpa dukungan keluarga, terutama suami. Kalau tidak diberi restu Bunda gak mungkin bisa keluar rumah untuk membantu orang. Bapak, sangat mendukung. Bunda Ifa sangat berterimakasih kepadanya,” tutur Bunda ifa.

Meski kerap menghadapi rintangan dan beberapa hambatan dalam menyaurakan sadar donor darah, Bunda Ifa tetap ingin terus membantu sesama melalui darah. Bunda Ifa percaya bahwa darah adalah kebutuhan yang sangat penting bagi kehiduan manusia.

“Semua yang Bunda lakukan ini sebagai bentuk rasa syukur Bunda. Bersyukur karena diberikan badan yang sehat dari Allah. Suami dan anak-anak yang selalu sehat sehingga jadi pendorong untuk bergerak membantu sesama. Setiap berdoa, Bunda hanya minta selalu diberi kesehatan agar Bunda bisa terus bergerak membantu orang lain,” ungkapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.