Sukses

Selalu Main Ponsel Seharian, Remaja Ini Alami Cacat Mental

Bermain ponsel tanpa tanpa kenal waktu ternyata bikin anak ini cacat mental.

Liputan6.com, Jakarta Saat ini gadget seperti handphone memang tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Pasalnya, ponsel keluaran zaman sekarang sudah sangat canggih dan mumpuni, hampir bisa melakukan segala hal, apalagi untuk masalah hiburan seperti game. Sayangnya, hal ini membuat banyak orang menjadi kecanduan dengan ponselnya.

Tak hanya orang dewasa, banyak anak-anak yang saat ini tak bisa dipisahkan dengan game. Kecanduan ponsel sejak dini merupakan masalah yang sangat serius. Tak sedikit anak-anak yang kecanduan untuk bermain ponsel siang dan malam bahkan begadang tanpa henti.

Padahal hal tersebut sangatlah berefek buruk bagi anak-anak. Selain terus-terusan menunduk, dan tidak banyak gerak, anak-anak akan menjadi lupa untuk makan apabila telah asyik bermain game. Padahal terus-terusan terpaku dengan handphone bisa berbahaya.

Kejadian buruk menimpa salah satu bocah yang sampai-sampai buat dirinya masuk ke rumah sakit dan harus melakukan perawatan insentif karena efek dari bermain ponsel tanpa henti.

Berikut ulasan mengenai kisah remaja yang kecanduan ponsel yang Liputan6.com rangkum dari worldofbuzz, Jumat (5/7/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kecanduan ponsel membuatnya bertingkah aneh

Melansir dari worldofbuzz pada Jumat (5/7/2019), seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun asal Zhejiang, Tiongkok diberi ponsel pertama kalinya oleh orang tuanya, pada awal tahun 2019 lalu. Orang tuanya memberikan ponsel sebagai hadiah dan untuk mempermudah komunikasi karena orang tuanya sibuk bekerja.

Menurut Oriental Daily, remaja ini bermain dengan ponsel barunya hampir setiap hari hingga malam, kadang-kadang sampai begadang. Hal ini pun terjadi sejak dirinya mendapatkan ponsel barunya di awal tahun, namun kebiasaan buruk inilah yang membuat kesehatannya memburuk.

Sekitar sebulan yang lalu, remaja ini bertingkah aneh di sekolah. Dirinya membenturkan kepalanya tanpa henti ke dinding, teman-teman dan gurunya pun menganggapnya gila. Gurunya lantas lekas memberitahu orang tuanya akan kejadian tersebut.

Saat orang tuanya tiba di sekolah, tubuh remaja ini sudah lemas, wajahnya juga bergerak-gerak dan tidak responsif terhadap panggilan ibunya. Bocah tersebut pun langsung dilarikan ke rumah sakit.

 

3 dari 4 halaman

Menjadi cacat mental

Saat berada di rumah sakit, kondisinya tidak membaik tetapi justru memburuk hingga ia menjadi cacat mental. Sebagai anak laki-laki berusia 13 tahun, dia berperilaku seperti bayi yang tidak bisa berjalan dan berbicara. Bahkan setelah ia dibawa ke Departemen Neurologi dan Departemen Rheumatologi, kondisinya masih belum membaik. 

Para dokter yang sebelumnya kebingungan kemudian melakukan pemeriksaan terperinci terhadap bocah itu dan melihat laporan tes sebelumnya untuk menentukan apa sebenarnya yang dideritanya dan mendiagnosis dia dengan Ensefalitis Autoimun.

Penyakit ini adalah kategori baru dari penyakit yang diperantarai kekebalan yang melibatkan sistem saraf pusat yang mengarah pada gangguan kognitif, menurut American Journal of Neuroradiology.

Setelah diberi obat dan perawatan, kondisi bocah itu akhirnya mulai membaik. Wajahnya tidak lagi mengejang dan dia bisa bicara lagi. Pada hari keempat perawatan, ia mulai mengenali orang tuanya dan pada hari ke-12, kesehatan bocah itu telah meningkat secara drastis. Setelah dirawat selama 28 hari ia dipulangkan dari rumah sakit.

4 dari 4 halaman

Penyebab penyakit si bocah

Dokter menjelaskan bahwa bocah laki-laki itu memainkan ponselnya terus-menerus hingga tengah malam dan tidak mendapatkan istirahat yang baik, sistem kekebalan tubuhnya melemah - yang mengakibatkan ensefalitis autoimun.

Mengutip dari rarediseases, Jumat (5/7/2019) Ensefalitis autoimun mengacu pada sekelompok kondisi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru menyerang sel otak yang sehat, hal ini pun menyebabkan radang otak. Orang dengan ensefalitis autoimun mungkin memiliki berbagai gejala neurologis atau kejiwaan.

Gejala neurologis termasuk gangguan memori dan kognisi, gerakan abnormal, kejang, dan masalah dengan keseimbangan. Gejala kejiwaan mungkin termasuk psikosis, agresi, perilaku seksual yang tidak pantas, serangan panik, perilaku kompulsif, euforia atau ketakutan. Gejala dapat berfluktuasi, tetapi sering berkembang selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Gejalanya dapat berkembang menjadi kehilangan kesadaran atau bahkan koma.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini