Sukses

Negara Ini Berhasil Operasi Otak Burung Pertama di Dunia

Pernah membayangkan bintang menjalani operasi otak?

Liputan6.com, Jakarta Bagi sebagian besar orang, mendengar kata operasi otak rasanya sudah sangat menakutkan. Pasalnya otak sendiri adalah bagian yang sangat vital. Operasi otak merupakan operasi besar yang sangat berisiko yang membutuhkan pembentukan lubang pada tengkorak dan menghilangkan penutup tulang untuk mengakses otak untuk mengobati berbagai kondisi medis.

Pernah membayangkan bintang menjalani operasi otak? Kasus ini memang nyatanya belum banyak ditemukan, tapi ada beberapa hewan yang diketahui pernah menjalani operasi otak. Bagaimana jika seekor burung melakukan operasi otak? Pastinya tidak bisa terbanyangkan bagaimana hewan mungil ini menjalaninya. Tapi ternyata ada seekor burung yang telah menjalanin operasi otak untuk pertama kalinya di dunia.

Seperti kasus seekor anak burung beo kakapo terpaksa menjalani operasi pada bagian otaknya. Operasi otak yang dilakukan pada anak burung beo kakapo ini merupakan prosedur yang baru pertama kali dilakukan di dunia.

Dokter hewan di Selandia Baru melakukan operasi otak terhadap seekor burung beo kakapo yang terancam punah, seperti yang Liputan6.com lansir dari The Guardian, Senin (20/05/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengalami Cacat pada Tengkorang Kepala

Burung itu ditemukan memiliki cacat tengkorak yang sewaktu-waktu bisa mengancam jiwanya. Burung beo kakapo ini dilarikan ke Rumah Sakit Wildbase Massey dari kebun binatang Selandia Baru untuk melakukan operasi darurat. Para ahli bedah mengadaptasi teknik yang digunakan terhadap manusia dan mamalia lainnya untuk mengoperasi anak burung berusia 56 hari yang memiliki lubang di tengkoraknya itu.

Spesies asli Selandia Baru itu hampir punah akibat praktik perburuan, hilangnya habitat serta predator. Kini hanya tersisa 144 ekor burung beo kakapo di dunia. Anak burung yang dinamai Espy 1B itu menetas di Pulau Codfish di selatan Selandia Baru dan berada dalam pengawasan Tim Pemulihan Kakapo Departemen Konservasi ketika para jagawana menyadari keberadaan gumpalan aneh di tengkoraknya.

Beo itu diterbangkan gratis oleh maskapai nasional Selandia Baru ke Rumah Sakit Wildbase di Universitas Massey. Dalam pernyataannya, direktur rumah sakit tersebut, Profesor Brett Gartrell, mengatakan bahwa hanya terdapat selapis jaringan tipis antara otak burung itu dengan bagian luar. Lubang tersebut "menyebabkan sebagian dari otak dan dura (lapisan pembatas keras yang meliputi otak) menonjol keluar," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Harus Dilakukan untuk Menyelamatkan Nyawa Espy 1B

Brett Gartrell menyatakan bahwa operasi otak yang berisiko itu perlu dilakukan untuk menyelamatkan nyawa burung tersebut, namun "sebelumnya belum pernah dilakukan operasi serupa dalam dunia kedokteran hewan khususnya burung". Operasi itu berhasil dilakukan, di mana RS Wildebase mengatakan bahwa anak burung itu telah pulih dengan sangat baik.

Kakapo spesies burung beo tergemuk di dunia dan tidak memiliki kemampuan untuk terbang dan hidup sebagai mahluk nokturnal. Burung beo kakapo jantan memiliki panjang hingga 60 sentimeter dengan berat antara dua sampai empat kilogram saat dewasa. Karena tidak bisa terbang, sayap beo kakapo hanya digunakan untuk keseimbangan, penopang, dan untuk menyesuaikan ketika jatuh pada saat melompat dari pohon.

Burung tersebut pernah menjadi burung khas yang ditemui di Selandia Baru, namun kini diklasifikasikan sebagai mahluk yang terancam punah oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Spesies burung beo kakapo sendiri baru-baru ini mencatatkan musim pembiakan yang paling sukses sejauh ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini