Sukses

Negara Ini Gantung Peti Mati di Tebing, Alasan di Baliknya Tak Terduga

Menilik tradisi unik dari masyarakat Igorot di Filipina.

Liputan6.com, Jakarta Lazimnya, peti mati dikubur di dalam tanah. Namun, nampaknya tradisi tersebut tidak berlaku di sebuah kota di Filipina.

Dilansir Liputan6.com dari Ranker, Rabu (8/5/2019), terdapat satu suku di Filipina utara bernama Igorot yang melakukan tradisi menggantung peti mati di tebing yang biasa disebut Hanging Coffins.

Tebing tersebut terletak di dekat Lembah Echo, Kota Sagada. Bahkan, beberapa peti mati pun dicat warna warni, dihiasi dengan bunga, dan kreasi lainnya.

Meski terlihat aneh dan mengerikan, tradisi tersebut sudah berjalan cukup lama di sana. Yakni sejak 2 ribu tahun yang lalu.

Usut punya usut, tujuan suku Igorot di Filipina ini menggantung peti mati di tebing adalah demi melindungi jiwa yang mati. Sesepuh di Igorot menjelaskan bahwa mereka takut peti yang dikubur di tanah akan membusuk dan mayatnya akan dimakan oleh anjing liar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cerita di balik tradisi menggantung peti mati di tebing

Selain itu, zaman dahulu desa tetangga seringkali merampok kuburan dan mencuri tengkorak untuk dibuat barang rampasan. Itulah mengapa suku Igorot lebih memilih menggantung peti mati di tebing.

Namun terlepas dari ancaman tersebut, masyarakat suku Igorot percaya bahwa dengan menggantung peti mati di tebing, roh orang-orang yang meninggal akan lebih cepat sampai ke surga.

Keunikan suku Igorot tak hanya cukup sampai di situ saja. Pasalnya, peti-peti tersebut dibuat sendiri oleh orang yang meninggal. Artinya, jauh sebelum peti itu digunakan, masyarakat Igorot telah menyiapkannya terlebih dahulu.

3 dari 3 halaman

Tak semua masyarakat melakukan tradisi ini

Jika dilihat, ukuran peti mati yang digantung itu tidak seperti peti mati pada umumnya. Peti mati di Sagada dibuat lebih kecil dari ukuran manusia.

Mungkin beberapa orang menganggap bahwa peti tersebut dikhususkan untuk anak kecil atau bayi. Namun, rupanya semua orang yang meninggal akan diatur persis seperti ukuran bayi.

Tujuannya adalah untuk mengirim jiwa yang mati kembali ke alam akhirat sesuai dengan bentuk mereka saat pertama kali terlahir di dunia. Karena keyakinan tersebut, masyarakat Igorot bahkan akan mematahkan tulang para mayat.

Dalam perjalanan ke tebing, para pelayat akan mengerubungi tubuh mayat yang telah terpotong-potong tersebut. Dengan tujuan, tangan mereka akan terlumuri darah. Menurut masyarakat Igorot, darah orang mati dapat membawa kesuksesan.

Meski demikian, tak semua orang mau melakukan tradisi tersebut. Beberapa masyarakat mengaku terlalu takut mematahkan tulang dari orang terkasih mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini