Sukses

Pernah Jadi Eksperimen Dokter Nazi, Ini Kabar Si Kembar Eva dan Miriam

Eva dan Miriam adalah salah satu dari korban kekejaman kamp konsentrasi Nazi Auschwitz yang berhasil selamat.

Liputan6.com, Jakarta Kamp konsentrasi Nazi Auschwitz, pada tahun 1979 masuk ke dalam salah satu daftar situs warisan dunia oleh UNESCO. Hal ini dilakukan untuk menghormati para tawanan yang sudah meninggal dan bukti kematian akibat tragedi holocaust.

Eva dan Miriam adalah sepasang saudari kembar yang selamat dari kekejaman kamp konsentrasi Nazi Auschwitz. Selain pembantaian dan kerja paksa, kamp ini juga digunakan untuk eksperimen oleh dokter-dokter Nazi.

Dokter-dokter inilah yang melakukan eksperimen terhadap Eva dan Miriam. Dan yang paling terkenal adalah Dr. Josef Mengele dengan julukan 'Malaikat Maut'.

Begitu mengerikannya kamp konsentrasi ini, namun ternyata ada juga beberapa yang masih selamat hingga sekarang seperti Eva. Berikut kisah Eva dan Miriam yang selamat dari kamp konsentrasi Nazi Auschwitz yang Liputan6.com lansir dari Brightside, Jumat (26/4/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Anak Kembar Dijadikan Bahan Eksperimen

Eva dan Miriam lahir di Rumania dari keluarga Yahudi. Saudari kembar ini memiliki dua kakak perempuan, Edit dan Aliz.

Pada Mei 1944, seluruh keluarga dikirim ke Auschwitz. Mereka melakukan perjalanan selama 4 hari di kereta yang penuh sesak di mana sebelumnya digunakan untuk mengangkut ternak.

Ketika keluarga Eva dan Miriam tiba di kamp konsentrasi, sipir penjara bertanya kepada ibunya apakah anak perempuannya kembar. Setelah menerima jawaban, gadis-gadis itu ditarik keluar dari lengan ibu mereka dan dibawa ke tempat penampungan yang terpisah.

Selanjutnya Eva dan Miriam tidak mengetahui nasib orangtua dan saudara perempuan mereka selanjutnya. Terakhir kali si kembar melihat orangtua dan saudara perempuan mereka berada di 'Gerbang Perpisahan' di Auschwitz.

3 dari 5 halaman

Kekejaman Kamp Konsentrasi

Dr. Josef Mengele yang memiliki julukan 'Malaikat Maut', telah melakukan eksperimen terhadap sekitar 1.500 kembar seperti Eva dan Miriam di Auschwitz. Dan tidak lebih dari 300 orang selamat.

Dokter ini memiliki minat ilmiah yang luar biasa pada kembar, karena dia ingin meningkatkan tingkat kelahiran di antara wanita Arya. Josef Mengele akan menyuntikkan virus mematikan ke salah satu dari si kembar dan kemudian membandingkan hasilnya dengan saudara lelaki mereka yang sehat.

Eva dan Miriam menjadi sasaran berbagai pemeriksaan dan eksperimen genetik. Menurut ingatan Eva, suatu kali dia dipisahkan dari saudari kembarnya dan dibawa ke lab tempat mereka mengambil banyak darah dari tangan kirinya, dan membuat beberapa suntikan ke tangan kanannya.

Setelah itu dia mengalami demam yang mengerikan, lengan dan kakinya bengkak, dan tubuhnya dipenuhi bintik-bintik merah. Pada saat itu Josef Mengele mengatakan dia hanya punya 2 minggu lagi untuk hidup. Namun ternyata masih bisa selamat.

Pada tanggal 27 Januari 1945, tawanan dari kamp konsentrasi ini dapat bebas setelah diselamatkan oleh prajurit Tentara Merah.

 

4 dari 5 halaman

Kehidupan Setelah Auschwitz

Pada tahun 1950 ketika Eva dan Miriam berusia 16 tahun, mereka mendapat izin untuk bermigrasi ke Israel dan menetap di Kota Haifa. Kedua gadis itu juga bertugas di angkatan bersenjata Israel.

Pada tahun 1960, Eva Mozes menikah dengan seorang pria Amerika Serikat bernama Michael Kor yang juga selamat dari Holocaust. Pasangan itu pindah ke AS dan memiliki 2 anak, yakni Alex dan Rina. Di sana Eva mulai bekerja sebagai agen real estate.

Selama sisa hidupnya, Miriam menderita penyakit ginjal yang disebabkan oleh percobaan yang dilakukan padanya di masa kecil. Dan meskipun Eva telah menyumbangkan salah satu ginjalnya kepada saudari kembarnya, Miriam meninggal pada tahun 1993. Saat itu dia berusia 59 tahun.

 

5 dari 5 halaman

Mendirikan Museum Candles

2 Tahun setelah kematian saudari kembarnya, Eva Mozes Kor mendirikan museum CANDLES yang didedikasikan untuk sejarah eksperimen Nazi pada anak-anak. Candles merupakan singkatan dari 'Children of Auschwitz Nazi Deadly Lab Experiments Survivors'.

Saat ini, Eva aktif terlibat dalam kegiatan pendidikan, ceramah, dan tur panduan. Dirinya telah menerbitkan 2 buku otobiografi dan berakting di beberapa film dokumenter.

Pada tahun 2007, Eva Mozes Kor bekerja dengan anggota parlemen Indiana untuk mendapatkan undang-undang yang disahkan di mana memerlukan peninjauan Holocaust di sekolah menengah.

Pada April 2015, Eva pergi ke Jerman untuk memberikan kesaksian di persidangan mantan Nazi, Oskar Gröning. Selama persidangan, Eva menghampiri Gröning dan memeluknya.

Dia mengatakan bahwa dirinya merasa memiliki kekuatan untuk memaafkan dan dapat menggunakannya dengan cara apa pun yang dia inginkan. Pengampunan membuatnya lebih kuat, membantunya mencoret beberapa kenangan buruk, dan membebaskannya dari masa lalunya yang tragis.

Mengingat skala kejahatan Nazi, deklarasi Eva menimbulkan reaksi beragam. Dia menjawab kritik yang mengatakan bahwa dirinya telah diyakinkan sepanjang hidupnya bahwa tidak ada hal baik yang pernah datang dari kejahatan atau kekejaman. Itulah mengapa tindakan kebaikan menang atas kemarahan.

Pada tahun 2016, Eva Mozes Kor menjadi pahlawan utama dari film dokumenter Inggris berjudul The Girl Who Forgave the Nazis .

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.