Sukses

Es di Gunung Everest Mencair, Ini 5 Jasad Pendaki yang Berhasil Ditemukan

Salah satu hal unik sekaligus mengerikan dari Gunung Everest adalah keberadaan jasad-jasad pendaki yang meninggal.

Liputan6.com, Jakarta Salah satu hal unik sekaligus mengerikan dari Gunung Everest adalah keberadaan jasad-jasad pendaki yang meninggal. Selama bertahun-tahun, bahkan sampai beberapa dekade, jasad-jasad tersebut terbaring di jalur-jalur pendakian gunung tertinggi ini.

Kebanyakan dari jasad-jasad tersebut tertutup oleh salju dan tak terlihat. Karena kebanyakan jasad para pendaki tersebut dalam keadaan utuh saat ditemukan kembali, maka mereka pun disebut sebagai 'jasad-jasad abadi'.

Namun, belakangan seiring dengan laju mencairnya lapisan es dan gletser di Gunung Everest yang semakin cepat, jasad para pendaki tersebut mulai terlihat. Pencairan gletser yang disebabkan oleh pemanasan global tersebut menguak sisa-sisa apapun yang terkubur di bawah es, termasuk jenazah-jenazah para pendaki yang meninggal.

Operator ekspedisi Himalaya menuturkan setidaknya ratusan orang telah tewas sejak tahun 1990-an saat mereka mencoba mendaki gunung tersebut. Sebagian besar mayat diyakini masih terkubur di bawah salju.

Sekarang, berkat gletser yang mencair karena perubahan iklim, semua yang terkubur di bawah es Gunung Everest mulai muncul ke permukaan, seperti yang Liputan6.com lansir dari Readers Digest, Jumat (12/4/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Jasad-Jasad Pendaki Bermunculan

"Karena pemanasan global, lapisan es dan gletser mencair dengan cepat," kata Ang Tshering Sherpa, mantan presiden Asosiasi Pendaki Gunung Nepal.

Masyarakat setempat pun masih kebingungan mengatasi masalah ini. Pasalnya, pemerintah Nepal juga tidak tahu bagaimana cara menanganinya.

Masyarakat akhirnya memilih mengambil tindakan dengan membawa turun sebagian besar jenazah ke kota. Namun, ini tidak bisa dilakukan untuk semua jenazah. Sebab perlu biaya tak sedikit untuk mengurus mereka, antara 40.000-80.000 dollar AS (sekitar Rp 572 juta-1,145 miliar).

Jenazah yang tertinggal di gunung kemudian ditutupi warga dengan salju dan batu. Beberapa bahkan berfungsi sebagai penanda bagi para pendaki Gunung Everest karena benda milik para pendaki ada yang diletakkan di dekat lokasi mereka meninggal.

"Pendaki lain sudah siap mental melihat pemandangan seperti itu," tambah Tshering Pandey Bhote, wakil presiden Asosiasi Pemandu Gunung Nasional Nepal.

Gunung Everest tidak hanya bukti keagungan keindahan alam, tapi juga tempat menantang bagi para petualang. Karena risiko berbahaya, banyak pendaki yang datang tanpa pernah kembali lagi. Berikut 5 jasad yang berhasil diidentifikasi dan dibawa turun.

3 dari 7 halaman

1. George Mallory (Inggris)

Pada 1924 George Mallory dan Sandy Irvine mendaki Everest dan kemudian hilang selama 75 tahun. Mayat Mallory ditemukan pada 1999, sedangkan Irvine masih belum diketahui keberadaannya.

 

4 dari 7 halaman

2. Maurice Wilson (Inggris)

Pada 1934 Maurice Wilson, tentara Inggris dan pilot berencana menerbangkan pesawat ke lereng atas Everest dan kemudian mendaki ke puncak. Rencana ini tidak diperkenankan oleh pihak berwenang, Wilson kemudian terbang ke India dan mendekati Gletser Rombuk di Everest untuk mendaki dengan peralatan seadanya.

Belum terlalu jauh dia kembali dengan pergelangan kaki bengkok, buta, dan kelelahan. Dia ditemukan tahun 1935, ekspedisi itu terdokumentasikan dalam buku harian di dekat mayatnya.

5 dari 7 halaman

3. Hannelore Schmatz dan Ray Genet (Jerman)

Pada 1979 Hannelore Schmatz bersama Ray Genet dalam perjalanan turun memutuskan untuk bermalam di camp dalam kantong tidur tanpa penutup kepala. Setelah terjadi badai salju, Ray meninggal karena hipotermia sedangkan Hannelore menyerah kelelahan hanya sejauh 330 kaki dari perkemahan.

6 dari 7 halaman

4. Karl Gordon Henize (Amerika Serikat)

Pada 1993 Karl Gordon Henize seorang profesor dan ilmuwan NASA mengambil cuti untuk mendaki Everest. Dia ingin menguji alat NASA untuk radiasi di tempat berbeda guna mempelajari efek pada jaringan tubuh manusia.

Namun pada hari kedua Henize mengalami kegagalan paru-paru, dia tidak dapat turun dari gunung dan meninggal pada ketinggian 18.000 kaki.

7 dari 7 halaman

5. Francys Arsentiev (Kanada)

Pada 1998 Francys Arsentiev mendaki bersama suaminya, namun ketika suaminya berhenti di camp, Francys melanjutkan perjalanan sendiri tanpa suplemen oksigen dan meninggal dunia. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini