Sukses

Sebelum Klaim Anak Bodoh, Cek Lebih Dulu Matanya

Sebelum mengatakan anak bodoh, ada baiknya untuk memeriksakan kondisi mata anak ke dokter mata. Siapa tahu, ia mengalami kelainan refraksi

Guru kerap mengklaim muridnya bodoh bila ia tidak mampu mencapai nilai yang baik selama di sekolah. Akibat dari penilaian itu, biasa guru akan melaporkannya hal tersebut kepada orangtua murid yang membuat para orangtua langsung menghukum anaknya tersebut.

Bila itu terjadi pada Anda, ada baiknya untuk menahan diri terlebih dulu mengatakan anak Anda bodoh. Tanyakan kepadanya, apa yang menjadi penyebab ia tidak mampu mencapai nilai bagus di sekolahnya. Bisa jadi, anak Anda mengalami kelainan pada matanya, sehingga membuatnya tidak pernah fokus terhadap materi yang diterimanya. Nahasnya, hal seperti ini tidak pernah diketahui oleh Anda sebelumnya.

Dokter Spesialis Mata dan Direktur Jakarta Eye Center, Dr. Johan Hutahuruk, MD, mengatakan sebelum mengklaim seorang anak bodoh, ada baiknya untuk memeriksakan kondisi mata anak ke dokter mata. Siapa tahu, anak Anda menderita penyakit mata seperti kelainan refraksi. [Baca juga: Setiap Menit Satu Orang Indonesia Alami Kebutaan]

"Guru mengatakan anak itu bodoh, karena dia tidak bisa membaca dari jauh tulisan yang ada di papan tulis. Padahal, kalau anak itu diberikan kacamata minus enam, dia bisa melihat sangat baik," ujar Johan Hutahuruk.

Hal ini disampaikan Dr. Johan Hutahuruk, MD, dalam acara bertajuk 'SOHO #BetterU: Lima Penyakit Mata Tersering di Masyarakat Indonesia & Hari Penglihatan Sedunia', di Amaris Hotel Thamrin City, Jakarta, ditulis Kamis (10/10/2013)

Johan Hutahuruk menekankan, penting untuk diingat para orangtua, untuk tidak langsung mengklaim anaknya bodoh, bila anak-anaknya itu tidak bisa fokus terhadap pelajaran yang diterimanya. Lebih baik, segera periksakan matanya, siapa tahu memang anak Anda itu mengalami mata minus sehingga ia tidak dapat mengikuti pelajaran.

Kelainan refraksi ini, tambah Johan Hutahuruk, merupakan penyakit mata yang paling sering ditemukan di masyarakat Indonesia. Kelainan refraksi ini dapat dibagi empat yaitu, presbiopi (kemampuan akomodasi lensa mengalami penurunan), miopi (rabun jauh), hipermetropi (rabun dekat), dan astigmatisme (silinder).

Sampai saat ini, belum ditemukan obat untuk mengatasi kelainan refraksi ini. Tapi, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi kelainan ini.

"Mau mengatasi kelainan refraksi yang murah ya, dengan kacamata. Kalau mau mahal, lakukan bedah refraktif menggunakan lasik," tutup Johan.

(Adt/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.