Sukses

Tahun 2023, Kemenkes Mulai Lakukan Skrining Diabetes Setahun Sekali

Skrining diabetes setahun sekali akan mulai dilakukan pada tahun 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Pada tahun 2023 mendatang, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan mulai melakukan skrining diabetes setahun sekali. Skrining yang dimaksud berupa pemeriksaan HbA1c dan faktor risiko diabetes seperti obesitas juga seberapa besar konsumsi Gula Garam Lemak (GGL).

Pemeriksaan HbA1c, dijelaskan Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi, sebagai upaya untuk mengetahui apakah seseorang terkena diabetes atau tidak. Hal ini demi memastikan pengobatan lebih lanjut agar tidak terjadi komplikasi diabetes.

"Kami mendorong orang-orang rajin cek kesehatan, minimal setahun sekali. Ya memang sekarang sudah dilakukan skrining diabetes. Tahun 2023 akan dilakukan skrining setahun sekali pemeriksaan HbA1c," jelasnya saat acara 'Media Briefing: Hari Diabetes Sedunia 2022' di Aston Kemayoran City Hotel, Jakarta, ditulis Minggu (4/12/2022).

"Ini yang akan kami lakukan supaya tahu sebenarnya diabetes atau enggak. Kemudian soal faktor perilaku dan risiko GGL melebihi aturan dan obesitas ini penting. Gaya hidup dan aktivitas fisik menjadi penting untuk kita jaga."

Selanjutnya, Nadia mengingatkan, apabila dokter sudah menyatakan harus berobat rutin, maka sebaiknya penderita Diabetes Melitus (DM) perlu mengikuti saran dokter.

"Kalau kita sudah tahu memang kena DM dan dokter sudah menyatakan harus berobat rutin, itu harus ya berobat rutin. Ini menjadi kunci dan juga menjaga kualitas hidup kita ke depan," pesannya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Peningkatan Layanan Diabetes

Upaya pengendalian Diabetes Melitus, lanjut Siti Nadia Tarmizi juga dilakukan di Posyandu dan Posbindu, terutama edukasi dan promosi kesehatan.

"Posyandu dan Posbindu bagian dari promosi kesehatan. Kami ada yang namanya Chatbot Gendis buat edukasi terkait diabetes meliputi faktor risiko, penanganan dan komplikasi," katanya.

"Chatbot ini sudah digunakan kurang lebih 1.747 pengguna dengan 12.900 pesan-pesan yang dibagikan di Chatbot-nya. Kemudian program pengendalian diabetes terdapat integrasi kurikulum dan penyebarluasan info seputar diabetes melalui media sosial, website, podcast, dan iklan layanan masyarakat."

Deteksi DM turut dilakukan dengan peningkatan pelaporan berbasis digital. Tatalaksana DM pun masuk menjadi Kebutuhan Dasar Kesehatan (KDK) yang terus dilakukan peningkatan penanganan, misal dari sisi pendanaan dan pemberian layanan kesehatan.

"Kami melakukan pelaporan lewat Aplikasi Sehat Indonesiaku (ASIK), peningkatan kualitas kader. Tatalaksana DM ini menjadi KDK ya, Kebutuhan Dasar Kesehatan yang akan diskrining HbA1c," jelas Nadia.

"Lalu soal pendanaan BPJS Kesehatan terkait layanan kesehatan untuk Penyakit Tidak Menular (PTM), kami lakukan pemberian layanan primer. Ada skrining di Puskesmas dan layanan rujukan."

3 dari 4 halaman

Pengukuran Kadar Gula Darah

Terkait pemeriksaan A1C atau tes HbA1c berfungsi mengukur kadar gula darah rata-rata tubuh selama dua hingga tiga bulan terakhir. Pemeriksaan ini juga dilakukan guna mencegah risiko yang mungkin muncul bila kadar HbA1c tinggi.

Pada dasarnya, tes A1C berfungsi mengukur jumlah HbA1c atau hemoglobin dalam darah yang dilekati oleh glukosa (gula darah). Umur hemoglobin hanya bertahan sekitar tiga bulan. Setelah mati, hemoglobin kemudian beregenerasi.

Karena umur hemoglobin cukup singkat, catatan seberapa banyak gula darah yang menempel di hemoglobin juga hanya berdurasi tiga bulan.

Oleh karena itu, tes A1C lebih efektif untuk memeriksa kadar HbA1c secara keseluruhan. Ini berlaku jika dibandingkan dengan tes urine maupun pengambilan sampel darah melalui tusuk jari yang hasil pemeriksaannya akurat pada saat tes dilakukan.

Merujuk National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, kadar HbA1c normal berkisar di angka 5,6 persen atau kurang. Sementara itu, hasil kadar HbA1c sebesar 5,7 - 6,4 persen menandakan kondisi prediabetes.

Lalu, hasil tes A1C dengan nilai 6,5 persen atau lebih menunjukkan bahwa Anda mengidap diabetes.

Kadar HbA1c dapat dikatakan tinggi jika hasil pemeriksaan menunjukkan angka lebih dari 7 persen. Jika angka atau kadar HbA1c lebih dari 7 persen, tandanya Anda memiliki penyakit diabetes yang tidak terkontrol.

4 dari 4 halaman

Bahaya Kadar HbA1c Tinggi

Mengutip dari KlikDokter, bahaya HbA1c tinggi kerap dihubungkan dengan sejumlah masalah kesehatan, antara lain:

1. Penyakit Kardiovaskular

Kadar gula darah tinggi dapat merusak pembuluh darah serta saraf yang berhubungan dengan jantung. Akibatnya, penderita diabetes berisiko terkena stroke dan penyakit jantung.

2. Penyakit Ginjal

Kadar HbA1c tinggi dapat merusak pembuluh darah di ginjal dan mengganggu fungsi organ tersebut. Kerusakan ginjal juga berisiko dialami apabila penderita diabetes memiliki tekanan darah tinggi.

3. Gangguan Saraf

Kondisi kadar gula darah tinggi dapat merusak saraf. Nantinya, fungsi saraf untuk mengirim berbagai sinyal penting ke seluruh tubuh menjadi terganggu.

Kerusakan saraf dapat menyebabkan gejala mati rasa (baal) ringan hingga nyeri di beberapa bagian tubuh.

4. Kerusakan Mata hingga Kebutaan

Kadar gula darah tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil di bagian belakang mata. Ketika pembuluh darah rusak, mata dapat mengeluarkan cairan dan mengalami pembengkakan.

Tak hanya itu, pembuluh darah baru pun dapat tumbuh dan menjalar ke bagian tengah mata. Akibatnya, muncul jaringan parut atau tekanan yang berbahaya bagi mata penderita diabetes.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.