Sukses

Puncak XBB Terlampaui, Kemenkes Wanti-Wanti Muncul Subvarian BM.1

Walau puncak XBB terlampaui, ada kewaspadaan dengan kemunculan subvarian BM.1.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia menilai puncak kasus varian XBB sudah terlampaui. Meski begitu, ada kewaspadaan terhadap kemungkinan muncul subvarian BM.1, yang merupakan subliniage (subgaris keturunan) dari varian Omicron.

Adanya kemungkinan muncul 'anakan' Omicron baru lain, menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi, patut diwaspadai. Sebab, penyebaran subvarian baru dapat menyebabkan kenaikan kasus COVID-19.

"Kalau kita lihat ya sekarang, (rata-rata) angka kasus COVID-19 cenderung turun. Kemungkinan kalau kita lihat puncak XBB maupun XBB.1 itu sudah terlampaui," beber Nadia saat ditemui Health Liputan6.com usai acara 'Media Briefing: Hari Diabetes Sedunia 2022' di Aston Kemayoran City Hotel, Jakarta baru-baru ini.

"Nah, kecuali kita tahu ada kemungkinan untuk subvarian baru yang emerging, yang disebut BM.1 ya. Kita selalu tahu, peningkatan kasus, penyebabnya adalah adanya subvarian baru dari Omicron."

Kemarin, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kenaikan kasus COVID-19 nasional saat ini sudah mencapai puncaknya. Ini terlihat dari naiknya angka positivity rate di angka 10 sampai 20 persen.

Angka positivity rate COVID-19 akan kembali naik pada bulan depan sebesar 50 persen. Kasus COVID-19 akan mulai melanda karena angka positivity rate menjadi 30 sampai 34 persen. Dalam kondisi ini, kenaikan kasus COVID-19 akan tetap terjadi.

"Kasus COVID-19 itu sedang naik, tapi pengamatan kami sudah sampai di puncak," kata Budi Gunadi kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (1/12/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tren COVID-19 Dua Minggu ke Depan

Menilik puncak XBB yang sudah terlampaui, Siti Nadia Tarmizi melanjutkan, tren COVID-19 dalam dua minggu ke depan diperkirakan tidak setinggi sebelumnya. Sampai saat ini, pemantauan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih di Level 1.

"Tren mungkin dalam 1 - 2 minggu ke depan tidak akan setinggi sebelum-sebelumnya. Nah, nanti kalau melihat kondisi ini, PPKM kita akan tetap pada Level 1 ya, sehingga kita tidak akan ada perubahan kemungkinan untuk Natal dan Tahun Baru," katanya.

"Kecuali, kalau nanti ada subvarian baru yang muncul. Kalau sekarang, varian XBB ataupun XBB.1 itu kita lihat sudah melewati puncaknya."

Sebagaimana Laporan Harian COVID-19 Kemenkes per 1 Desember 2022, pemantauan terhadap jenis liniage (garis keturunan) varian Omiron yang juga menjadi fokus perhatian, yakni BA.2.75, varian XBB, dan BQ.1 di Indonesia, antara lain:

  • BA.2.75 sebanyak 298 liniage
  • XBB sebanyak 421 liniage
  • BQ.1 sebanyak 409 liniage

Sumber data di atas berasal dari jejaring surveilans genomik Indonesia yang juga dilaporkan ke Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data (GISAID).

3 dari 4 halaman

Seputar Subvarian BM.1

Pembaruan informasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 20 November 2022, subvarian BM.1 berhubungan dengan varian XBB. XBB sendiri merupakan rekombinan subliniage BA.2.10.1 dan BA.2.75.

Selanjutnya, rekombinan BA.2.10.1 dan BA.2.75 juga muncul, yaitu BJ1 dan BM.1.1.1 (BM.1).

Mengutip News Medical Life Science berjudul, The evolutionary trajectories and mechanisms driving the emergence of post-Omicron SARS-CoV-2 lineages, disebutkan sejauh ini, varian XBB, kemungkinan rekombinan antara BJ.1 dan turunan BA.2.75, yakni BM.1.1.1. BM.1.1.1. dapat dikatakan rekombinan subgaris keturunan yang paling terkenal.

Jurnal berjudul, An Early and Preliminary Assessment of the Clinical Severity of the Emerging SARS-CoV-2 Omicron Variants in Maharashtra, India menyebut, BM.1 merupakan mutasi dari subvarian BA.2.75.

... subvarian BA.2.75 telah memeroleh beberapa mutasi untuk memunculkan subliniage baru (BA.2.75.1, BA.2.75.2, BA.2.75.3, BA.2.75.4, BA.2.75. 6, BL.1, BM.1 dan BN.1) yang dapat bersaing dengan garis keturunan yang beredar, tulis peneliti.

 

4 dari 4 halaman

Infeksi Subvarian BM.1.1.3

Jurnal yang dipublikasikan di Cureus pada 10 November 2022 menuliskan:

Subvarian BA.2.75 telah diklasifikasikan sebagai subvarian Omicron di bawah pengawasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena jumlahnya yang meningkat di India dan teridentifikasi di puluhan negara, termasuk Nepal, Singapura, Martinik, Cina, Selandia Baru, Kamboja, dan Indonesia.

Perkembangan terkini, tanggal 27 November 2022, Nepal mengkonfirmasi infeksi sub-varian baru Omicron BM.1.1.3. Para ahli mengatakan BM.1.1.3 adalah keturunan lain dari sub-varian BA.2 Omicron yang sangat menular.

Menurut laporan Dhulikhel Hospital, baru-baru ini melakukan pengurutan seluruh genom pada sampel swab dari sembilan orang yang terinfeksi virus Corona, terdeteksi BM.1.1.3, BA.2.75.1, BA.2.75.2, dan BA.2.75.3 pada sampel swab.

“Beberapa sub-varian dari varian virus Omicron telah ditemukan di semua sampel swab orang yang terinfeksi,” kata pakar penyakit menular dari Dhulikhel Hospital, Dr Rajiv Shrestha.

Artinya, varian Omicron dari COVID-19 terus beredar di masyarakat. Deteksi subvarian baru dari virus Omicron berarti virus tidak hanya beredar, tetapi juga bermutasi terus menerus, dikutip dari Kathmandu Post dalam artikel berjudul, Omicron sub-variant BM.1.1.3 circulating in Nepal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.