Sukses

Sempat Disinggung Jokowi, Apa Punya Rambut Putih Tanda Seorang Pemikir?

Jokowi mengungkapkan ciri fisik yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang peduli pada rakyatnya. Namun, benarkah bahwa rambut putih dan wajah berkerut tanda seorang pemikir?

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan ciri-ciri pemimpin yang dekat dan memikirkan rakyatnya. Pemimpin tersebut bisa dilihat dari raut wajah hingga rambutnya yang memutih.

"Banyak kerutan di wajahnya karena mikirin rakyat. Ada juga yang mikirin rakyat sampai rambutnya putih semua, ada, ada itu," kata Jokowi di hadapan relawannya pada acara Gerakan Nusantara Bersatu di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada Sabtu, 26 November 2022.

Jokowi turut mengatakan agar berhati-hati dengan yang wajahnya bersih.

"Saya ulang, jadi pemimpin yang mikirin rakyat itu kelihatan dari penampilannya, dari kerutan di wajahnya. Kalau wajahnya cling, bersih, tidak ada kerutan di wajahnya, hati-hati. Lihat juga, lihat rambutnya. Kalau rambutnya putih semua, ya ini mikirin rakyat ini," katanya.

Hal ini sontak membuat geger warga sebab Jokowi dianggap memihak dan memberi clue secara tersirat dalam pernyataannya tersebut.

Terkait pernyataan Jokowi di atas, benarkah seseorang yang memiliki rambut putih berarti lebih sering berpikir?

Anda mungkin tidak jarang mendengar bahwa pemikir rambutnya berubah putih atau malah tidak punya rambut sama sekali alias botak.

Rambut putih dan wajah berkerut merupakan ciri-ciri penuaan. Meski penuaan erat kaitannya dengan umur, ada faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi penuaan. Salah satunya adalah stres. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Stres

Direktur medis kesehatan perilaku di Community Health of South Florida Inc. sekaligus psikiater Howard Pratt, DO mengatakan, "Stres membuat kita menua lebih cepat, dan semakin tua usia kita, semakin cepat proses penuaan."

Sebuah studi baru yang dipublikasikan dalam Translational Psychiatry menemukan bahwa stres kronis dapat berkontribusi pada penuaan yang lebih cepat.

Studi ini dilakukan dengan 444 partisipan berusia antara 18 hingga 50, yang sampel darahnya dinilai berdasarkan perubahan kimia terkait usia dan penanda kesehatan lainnya. Partisipan juga ditanyai mengenai tingkat stres dan ketahanan psikologisnya.

Para peneliti menemukan bahwa stres kumulatif dikaitkan dengan penuaan yang lebih cepat serta resistensi insulin, berdasarkan regulasi emosi yang buruk dan faktor perilaku seperti merokok dan Indeks Massa Tubuh (BMI).

Selain stres, rambut yang berubah putih (uban) juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor lainnya yaitu genetik serta kebiasaan merokok. Beberapa masalah kesehatan seperti penyakit autoimun, kekurangan vitamin B12 juga dapat menyebabkan perubahan warna rambut menjadi putih.

3 dari 4 halaman

Stres Menyebabkan Penuaan

Pratt menambahkan bahwa stres bukan hanya soal perasaan. Sebaliknya, ini akan bermanifestasi secara fisik. Ketika seseorang terbiasa dengan tingkat stres yang konstan, ia tidak sadar bahwa itu sudah di luar kendali.

Dengan menggunakan foto-foto presiden sebelum dan sesudah masa jabatannya, Pratt mencatat bagaimana sebagian besar akan setuju bahwa pekerjaan seperti itu tampaknya dapat memengaruhi proses penuaannya.

"Anda dapat dengan jelas melihat dalam foto-foto di akhir masa jabatan presiden mereka, bagaimana stres telah merusak penampilan mereka hanya dalam empat hingga delapan tahun," katanya.

Meskipun demikian, Pratt mengingatkan bahwa itu tidak terjadi hanya karena Anda seorang presiden. Apa pun profesinya, jika Anda terus-terusan dihantam stres tanpa henti, maka efek yang ditimbulkan sama.

"Ini tidak eksklusif untuk presiden. Ini terjadi pada kita semua, jadi Anda harus menyadari stres dalam hidup Anda. Jauh lebih mudah untuk mengenali stres dalam kehidupan orang lain daripada kehidupan Anda sendiri."

4 dari 4 halaman

Stres Tidak Selalu Buruk

Perlu diingat, bahwa penyebab penuaan bukan hanya stres. Terdapat faktor-faktor lain yang memengaruhi hal tersebut, misalnya faktor usia dan genetik yang dimiliki. Sehat tidaknya gaya hidup yang dijalani juga berpengaruh dalam penuaan.

Stres memang memiliki dampak buruk, tetapi bukan berarti Anda tidak boleh stres sama sekali. Menurut Pratt, tidak semua stres itu buruk sebab penghargaan dapat diraih melalui stres.

"Seseorang yang baru mulai berolahraga merasa aktivitas tersebut awalnya membuat stres baik secara fisik maupun emosional, tetapi imbalannya, dalam jangka panjang, adalah kesehatan yang lebih baik," katanya. "Stres akan membentuk hidup Anda. Tanggung jawab ada pada Anda untuk menghilangkan stres atau mengakomodasinya."

Seorang psikiater terlatih Johns Hopkins dan direktur medis regional untuk Mindpath Health Leela R. Magavi, MD turut mengatakan bahwa pengaturan emosi dan pengendalian diri dapat mengurangi dampak negatif dari stres pada penuaan dan kesejahteraan secara keseluruhan secara longitudinal.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.