Sukses

Dulu Semua Obat Sirup Aman, Mengapa Sekarang Ada yang Dilarang?

Obat sirup sudah ada sejak dulu. Namun, kehadirannya baru menggemparkan masyarakat tahun ini. Apa yang membuatnya berbeda?

Liputan6.com, Jakarta - Gangguan ginjal akut merupakan kondisi di mana terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba, sehingga ginjal tidak dapat lagi menjalankan fungsi untuk menyaring darah dengan baik. Ini merupakan komplikasi tersering yang mengancam pasien anak yang dirawat inap di rumah sakit.

Kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal yang tiba-tiba melonjak menyebabkan keresahan di masyarakat. Diketahui bahwa penyebab penyakit tersebut adalah keracunan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang ditemukan dalam obat sirup.

Yang membingungkan, obat sirup telah ada sejak dulu. Selama bertahun-tahun obat sirup diresepkan dan dikonsumsi masyarakat Indonesia, tetapi baru tahun ini menimbulkan kegemparan.

Dokter Spesialis Anak dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc., Sp.A mengungkapkan hal ini disebabkan karena perbedaan batch obat sirup. 

"Jadi yang namanya pembuatan obat sirup itu kan ada batch-nya, ya, ada kelompoknya. Jadi kita enggak semua batch dalam satu kali produksi," katanya dalam Combiphar Health Desk Talkshow Forum pada Kamis (24/11/2022).

Ia menuturkan, setiap kali produksi, bisa saja ada proses yang dinamis atau perbedaan sumber bahan yang digunakan. Obatnya memang sama, tapi sumber bahannya bisa jadi berbeda.

Misalnya, bahan yang digunakan sama tetapi supplier-nya berbeda. Ini bisa menyebabkan yang dulunya tidak ada sekarang jadi ada.

"Nah, itu bisa jadi salah satu kondisi yang harus kita evaluasi sebenarnya. Jadi kita harus pastikan walaupun itu nanti ada dari supplier yang berbeda, kita harus pastikan bahwa itu cemarannya sesuai dengan ambang batas yang diperbolehkan BPOM," jelasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jangan Asal Minum Obat

Sementara bagi masyarakat, menurut Denta yang paling penting adalah mengecek obat terlebih dahulu. Pastikan obat yang dikonsumsi sudah disesuaikan dengan kebutuhan si anak.

"Jangan asal minum obat," katanya.

Jika minum obat yang diresepkan, maka konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Kemudian, jika mengonsumsi obat-obatan yang dijual bebas, pastikan untuk minum hanya sesuai dengan aturan pakai. Jika orangtua bingung, maka jangan ragu bertanya.

"Jangan pernah ragu untuk bertanya kepada apotekernya, jangan pernah ragu untuk bertanya kepada dokternya tentang aturan pakai yang disarankan."

 Selain itu, pastikan untuk membaca label kemasannya.

"Mulai dari expired-nya dibaca, mulai dari label indikasinya dibaca, mulai dari dosisnya dibaca. Jadi, agar ketika kita membelikan obat untuk keluarga, itu sudah sesuai aturan pakai. Dan dengan itu kita dapat meminimalisir efek samping dari obat yang dikonsumsi," Denta menerangkan.

Khusus untuk obat sirup, pastikan obat-obat yang dikonsumsi telah dinyatakan aman digunakan oleh Badan POM.

3 dari 4 halaman

Cocokkan Kebutuhan Anak

Demi memastikan keamanan obat, penting untuk selalu update informasi dan memastikan jika informasi yang diperoleh berasal dari sumber-sumber yang terpercaya.

Jika muncul keraguan, Anda dapat bertanya langsung kepada dokter.

Selain memastikan obat yang dikonsumsi aman, sebagai orangtua, Anda juga harus mengenali karakter anak. Jangan asal memberikan obat sirup sebab tidak semua anak cocok.

"Ada anak-anak tertentu yang sukanya malah puyer. Kalau sirup terlalu kental malah muntah, tapi ada juga anak yang enggak bisa puyer. Dikasih puyer, pahit, muntah juga," kata Denta.

Jadi, yang paling penting adalah mengetahui karakter anak. Cari tahu ia cocoknya dengan obat seperti apa. Karena yang terpenting adalah memastikan anak mengonsumsi obat tersebut.

"Yang paling penting itu kan obatnya masuk sebenarnya," ucap Denta. "Jadi ketika kita memilih pilihan obat buat anak, kita pastikan memilih obat-obatan yang memang selama ini dari kebiasaan si anak yang paling tinggi kemungkinan masuknya, jangan sampai muntah."

4 dari 4 halaman

Perhatikan Efek Samping

Setelah anak menelan obat, evaluasi apakah obat yang dikonsumsi sudah sesuai dengan ekspektasinya. Dalam arti obat mampu bekerja dengan baik atau tidak, dan ada efek samping atau tidak.

"Selalu monitor reaksi obat pada anak atau diri sendiri setelah dikonsumsi."

Jika ditemukan efek samping atau anak tidak kunjung sembuh setelah menggunakan obat, maka hentikan penggunaan obat dan berkonsultasilah dengan dokter terpercaya.

Anda juga perlu waspada apakah efek samping yang ditimbulkan mirip dengan gejala gangguan akut atau tidak.

Gejala gangguan akut meliputi:

1. Berkurangnya volume air kencing secara signifikan (jumlah air seni sedikit atau bahkan tidak dapat buang air kencing sama sekali)

2. Kelopak mata, perut dan tungkai bengkak

3. Badan lemah, lesu, dan pucat

4. Muntah, kejang, penurunan kesadaran

5. Sesak napas serta jantung berdebar-debar

6. Batuk dan pilek

7. Demam selama 3 sampai 5 hari.

8. Diare.

Jika ditemukan gejala di atas, segera berkunjung ke fasilitas kesehatan untuk memeriksa kondisi anak.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.