Sukses

Ikut Euforia Tiba Tiba Tenis, Kenali Dulu Manfaat dan Risiko Olahraga Satu Ini

Gelaran Tiba Tiba Tenis pada Sabtu malam, 12 November 2022 berlangsung meriah. Bagaimana tidak, pemain tenis di ajang ini adalah figur publik kenamaan Indonesia yakni Deddy Mahendra Desta alias Desta dan Raffi Ahmad.

Liputan6.com, Jakarta Gelaran Tiba Tiba Tenis pada Sabtu malam, 12 November 2022 berlangsung meriah. Bagaimana tidak, pemain tenis di ajang ini adalah figur publik kenamaan Indonesia yakni Deddy Mahendra Desta alias Desta dan Raffi Ahmad.

Desta dan Raffi Ahmad hanyalah dua dari sekian nama besar yang kembali mempopulerkan olahraga tenis. Gegara jajaran para artis, olahraga yang identik dengan bola hijau cerah ini kembali banyak diperbincangkan di kalangan masyarakat.

Tak sedikit pula yang mencari tahu lebih dalam soal olahraga ini, termasuk dari sisi kesehatan.

Menjawab hal tersebut, dokter spesialis kedokteran olahraga RS Pondok Indah - Bintaro Jaya, Antonius Andi Kurniawan mengatakan bahwa tenis merupakan olahraga yang baik bagi jantung karena bersifat kardio.

Hal ini ditandai dengan peningkatan denyut jantung dan peningkatan pernapasan ketika tenis.

British Journal of Sports Medicine memaparkan 17 penelitian terkait intensitas olahraga tenis dengan merekam denyut nadi subjek yang sedang bermain tenis secara tunggal. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa:

- Denyut jantung seseorang ketika bermain tenis mencapai 141-182 kali per menit atau sama dengan 70 hingga 90 persen denyut nadi maksimal. Sebagai informasi, untuk menghitung denyut nadi maksimal adalah 220 dikurangi usia

- Rata-rata konsumsi oksigen seseorang ketika bermain tenis adalah 23,31 hingga 40,3 mililiter per kilogram per menit atau sama dengan 50 hingga 80 persen konsumsi oksigen maksimal

- Tenis juga terbukti dapat menurunkan risiko penyakit jantung. Pemain tenis rekreasional usia 23 hingga 69 tahun yang rutin bermain dua kali seminggu selama sepuluh tahun memiliki lemak tubuh yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak bermain tenis. Ini diungkap dalam British Journal of Sports Medicine.

- Selain itu, menurut penelitian Swank dkk, pemain rekreasional tenis usia 40 hingga 69 tahun mempunyai rata-rata kadar HDL (lemak baik) lebih tinggi dibandingkan kelompok lain yang tidak pernah bermain tenis.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3 Tips Aman Main Tenis

Dokter yang bertugas di Sport Medicine Injury Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya itu juga menyampaikan, untuk dapat bermain tenis secara aman, sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut:

- Perlengkapan tenis yang tepat

Raket tenis harus sesuai dengan ukuran dan tingkat keahlian pemain karena jika berat raket terlalu ringan atau terlalu berat dapat meningkatkan risiko cedera bahu dan siku.

Hal ini juga harus didukung dengan cara atau teknik memegang raket yang tepat. Selain itu, ketegangan senar juga harus sesuai untuk dapat mencegah terjadinya cedera

- Menggunakan sepatu tenis yang baik dan tepat

Pastikan menggunakan sepatu yang dirancang khusus untuk tenis. Sepatu tenis harus menopang tumit dan membantu menjaga pergelangan kaki agar tidak berguling atau meluncur dari sisi ke sisi. Penggunaan sepatu yang tepat dapat menurunkan risiko keseleo, cedera pergelangan kaki, lutut, dan lower back.

- Menjalankan program latihan yang benar

Seseorang yang ingin bermain tenis sebaiknya berada dalam kondisi fisik yang baik. Selain itu, penting untuk selalu melakukan pemanasan dan peregangan, baik sebelum latihan maupun sebelum bertanding.

Pastikan bermain tenis dengan menggunakan teknik yang tepat sehingga mencegah terjadinya cedera. Apabila ada keluhan cedera, sebaiknya hentikan permainan, jangan memaksakan diri untuk tetap bermain tenis.

3 dari 4 halaman

Faktor Risiko Cedera

Seperti olahraga lainnya, tenis juga berisiko membuat pemainnya cedera. Faktor risiko cedera dibagi menjadi faktor internal dan eksternal.

Faktor risiko internal

Faktor risiko internal bisa muncul akibat:

- Teknik yang salah atau tidak tepat

- Tingkat kebugaran yang masih rendah

- Fleksibilitas dan kekuatan otot yang tidak baik

- Stabilitas sendi dan keseimbangan yang kurang baik

- Fatigue atau kelelahan

- Faktor psikologis

Faktor risiko eksternal

Sedangkan, faktor risiko eksternal meliputi:

- Pola latihan yang salah

- Waktu bermain tenis terlalu berlebihan

- Kondisi lapangan yang keras atau licin

- Peralatan tenis yang tidak tepat

4 dari 4 halaman

Minimalisasi Risiko Cedera

Namun, risiko-risiko tersebut bisa diminimalisasi dengan langkah-langkah berikut:

- Menggunakan teknik servis dan pukulan yang benar sangat penting untuk mencegah cedera, terutama pada siku dan pergelangan tangan

- Pemanasan dan pendinginan sangat penting untuk mengurangi risiko cedera otot dan sendi. Pemanasan tidak hanya akan membantu menghindari cedera, tetapi juga akan meningkatkan performa

- Kelelahan adalah salah satu penyebab paling umum cedera dalam tenis. Tubuh membutuhkan istirahat dan pemulihan antara latihan dan pertandingan. Jika tidak memberikan waktu yang cukup bagi tubuh untuk beristirahat dan memulihkan diri, pemain bisa tidak menerima manfaat total dari permainan tenis

- Cedera sebelumnya yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan cedera serupa di masa depan, terutama jika pemain tidak mengambil cukup waktu untuk pulih dengan baik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.