Sukses

ASI dari Ibu yang Sudah Vaksinasi Sebabkan Gangguan Ginjal Akut? Jubir COVID-19: Hoaks

Informasi yang menyebar di media sosial mengklaim bahwa gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) ada kaitannya dengan air susu ibu (ASI) dari ibu menyusui yang sudah divaksinasi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Informasi yang menyebar di media sosial mengklaim bahwa gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) ada kaitannya dengan air susu ibu (ASI) dari ibu menyusui yang sudah divaksinasi COVID-19.

Menanggapi hal ini, Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan bahwa informasi tersebut tidak benar.

“Itu tidak benar ya alias hoaks saja. Ibu hamil maupun ibu menyusui yang divaksinasi COVID-19 tidak ada hubungannya dengan gangguan ginjal akut,” ujar Reisa dalam Siaran Sehat, Senin (7/11/2022).

“Sampai saat ini kasus gangguan ginjal akut ini diduga kuat terkait dengan adanya cemaran yaitu etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang berkaitan dengan obat-obatan sirup. Dan dua cemaran ini tidak ada dalam vaksin COVID-19 jadi jangan termakan hoaks, jangan takut, segera booster,” tambahnya.

Ia juga berpesan kepada masyarakat, jika mendapatkan informasi yang simpang siur maka bisa mengecek kanal-kanal resmi milik pemerintah untuk mengetahui kebenarannya.

“Selalu cek ya kebenaran beritanya melalui kanal-kanal resmi pemerintah supaya tahu berita yang diterima ini benar atau tidak.”

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Siti Nadia Tarmizi menerangkan tentang perkembangan penanganan gangguan ginjal akut di Indonesia.

Menurutnya, berbagai upaya antisipatif dan konservatif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat gangguan ginjal akut pada anak sudah memberikan hasil yang baik.

“Kalau kita lihat sudah terjadi penurunan yang cukup drastis pada kasus baru dan kasus kematian. Penurunan ini kita dapatkan terutama pada saat kita memulai adanya penghentian sementara penggunaan obat sirup dan cairan kepada seluruh dinas kesehatan, fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan masyarakat,” kata Nadia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kasus Turun

Nadia menambahkan, saat ini tren penurunan kasus gangguan ginjal akut tengah terjadi. Awalnya, kasus baru bisa bertambah 5 hingga 10 orang dalam satu hari. Begitu pula kasus kematian yang bisa bertambah lebih dari 5 orang dalam sehari.

“Saat ini kalau kita lihat dari grafik, seminggu terakhir ini kasus baru itu antara nol sampai dengan satu kasus. Kasus kematian juga mengalami angka yang sama. Bahkan tiga sampai empat hari terakhir tidak ditemukan kasus baru.”

Kasus baru gangguan ginjal akut terakhir bertambah pada 29 Oktober dan 1 November. Kasus ini terjadi karena pasien masih mengonsumsi obat sirup yang didapatkan dari apotek.

“Jadi ini penting sekali, untuk apotek kami mengimbau untuk tidak menjual obat-obat yang sudah ditentukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).”

Ketimbang menjual obat yang dilarang, apotek bisa menjual 156 obat yang sudah dikatakan aman oleh BPOM.

3 dari 4 halaman

Kasus Kematian Turun Setelah Terapi Obat

Kasus baru gangguan ginjal akut turun setelah larangan penjualan obat sementara, sedangkan kasus kematian turun setelah terapi obat fomepizole, lanjut Nadia.

“Kasus kematian mengalami penurunan terutama saat kita memulai terapi pengobatannya dengan antidot fomepizole. Saat ini fomepizole sudah ada 246 vial obat yang kita datangkan dari Jepang, Singapura, dan Australia.”

“Alhamdulillah, 87 persen obat ini gratis merupakan hibah dari negara Jepang dan Australia.”

Fomepizole saat ini sudah didistribusikan ke 34 provinsi sebagai antisipasi jika ada kasus. Semakin dini penggunaan fomepizole pada stadium yang dini pula maka hasilnya akan lebih baik dan cepat memberikan pemulihan.

4 dari 4 halaman

Terus Mencari Penyebab Pasti

Nadia mengatakan, pihaknya masih terus mencari penyebab pasti dari gangguan ginjal akut.

“Saat ini kita lihat ada data yang konsisten, dari seluruh rumah sakit yang melakukan pemeriksaan intoksikasi, pasien-pasien gangguan ginjal akut itu ditemukan zat toksik etilen glikol maupun dietilen glikol.”

Pola yang konsisten ini menunjukkan bahwa etilen glikol dan dietilen glikol merupakan faktor risiko utama penyebab dari gangguan ginjal akut.

“Dan ini tentunya perlu jadi kewaspadaan kita. Perlu kami ingatkan kembali bahwa orangtua perlu memerhatikan gejala dan memahami tanda-tanda dari gangguan ginjal akut ini. Yang pasti keluhan utamanya adalah buang air kecil pada anak yang jumlah maupun frekuensinya berkurang.”

Jika ada tanda-tanda seperti ini, maka orangtua perlu segera membawa buah hatinya ke fasilitas kesehatan. Sedangkan, jika anak demam atau sakit orangtua jangan terburu-buru memberi obat sirup, upayakan untuk konsultasi ke tenaga kesehatan. Sedangkan, pertolongan pertamanya bisa komres atau upaya lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.