Sukses

Varian XBB Masuk RI, Kemenkes Perketat Surveilans di Batam dan DKI

Pengetatan surveilans dilakukan di Batam dan DKI terkait masuknya varian XBB.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia telah mendeteksi adanya varian XBB yang merupakan salah satu subvarian Omicron. Kasus pertama varian XBB di Indonesia berasal dari transmisi lokal yang terdeteksi pada seorang perempuan, berusia 29 tahun.

Sebagai tindak lanjut, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, pihaknya memperketat pengawasan di pintu-pintu masuk negara.

"Kita memperketat surveilans di pintu masuk, terutama di Batam dan Jakarta. Semua kasus positif COVID-19 yang terdeteksi harus dilakukan Whole Genome Sequencing (WGS)," terang Nadia kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat, ditulis Senin (24/10/2022).

Artinya, seluruh pelaku perjalanan yang bergejala dan terbukti positif COVID-19, maka sampel pemeriksaan antigen/PCR akan dikirimkan untuk dilihat WGS-nya. Pengawasan di Batam juga demi menemukan lebih dini kasus varian XBB, sebab kasus transmisi varian XBB di Singapura telah menyebarluas.

Pada 22 Oktober 2022, Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril mengungkapkan, satu kasus varian Omicron XBB yang terdeteksi baru saja kembali dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Ada gejala seperti batuk, pilek dan demam. Dia kemudian melakukan pemeriksaan dan dinyatakan positif pada 26 September 2022. Setelah menjalani isolasi, pasien telah dinyatakan sembuh pada 3 Oktober 2022,” jelasnya dalam keterangan resmi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mutasi Corona Terus Terjadi

Menyusul temuan kasus varian Omicron XBB, Kemenkes bergegas melakukan upaya antisipatif dengan melakukan pemeriksaan (testing) dan pelacakan (tracing) terhadap 10 kontak erat. Kontak erat ini diperiksa dari perempuan yang positif varian XBB.

"Hasilnya, seluruh kontak erat dinyatakan negatif COVID-19 varian XBB," lanjut Mohammad Syahril.

Syahril mewanti-wanti meski varian baru XBB cepat menular, namun fatalitasnya tidak lebih parah dari varian Omicron. Kendati demikian, negara belum bisa dikatakan aman dari pandemi COVID-19.

Sebab, berbagai mutasi varian Virus Corona baru masih berpotensi terus terjadi. Dalam 7 hari terakhir juga dilaporkan terjadi kenaikan kasus COVID-19 di 24 provinsi.

Masyarakat tetap diminta mengedepankan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menghindari kerumunan dan mencuci tangan pakai masker, dan melakukan testing apabila mengalami tanda dan gejala COVID-19.

Selain itu, menyegerakan vaksinasi COVID-19 untuk meningkatkan proteksi terhadap COVID-19.

“Segera lakukan booster bagi yang belum, untuk mengurangi kesakitan dan kematian akibat COVID-19,” tutup Syahril.

3 dari 4 halaman

Gelombang Infeksi dari Varian XBB

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS) juga tengah mengawasi varian XBB berdasarkan laporan internasional, meskipun masih sangat jarang ditemukan di AS. Banyak varian SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, telah terlacak keberadaannya di AS dan secara global selama pandemi.

Terkadang, varian-varian baru dari Virus Corona COVID-19 muncul dan menghilang. Sementara itu, varian-varian ada yang bertahan dan terus menyebar di masyarakat.

Saat menyebar, Virus Corona tersebut memiliki peluang baru untuk berubah dengan cara yang dapat membuat varian-varian yang muncul lebih sulit dihentikan karena efektivitas vaksinasi atau perawatan kemungkinan telah berkurang, papar CDC.

Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan mengatakan, beberapa negara mungkin melihat 'gelombang infeksi lain' dengan subvarian XBB dari Omicron.

Tetapi ilmuwan klinis India itu juga menambahkan bahwa hingga saat ini tidak ada data yang tersedia dari negara mana pun yang menunjukkan bahwa varian baru ini secara klinis lebih parah daripada yang sebelumnya.

"Ada lebih dari 300 subvarian Omicron. Saya pikir salah satu yang mengkhawatirkan saat ini adalah XBB, yang merupakan virus rekombinan. Kami telah melihat beberapa virus rekombinan sebelumnya," kata Swaminathan dikutip dari Hindustan Times, Jumat (21/10/2022).

"Yang satu ini sangat menghindari kekebalan, yang berarti dapat mengatasi antibodi. Jadi, ada kemungkinan kita melihat gelombang infeksi lain di beberapa negara karena XBB."

4 dari 4 halaman

Pemantauan dan Pelacakan

Soumya Swaminathan menginformasikan bahwa WHO juga melacak turunan Varian Virus Corona COVID-19, BA.5 dan BA.1, yang lebih menular dan menghindari kekebalan. Ketika virus itu berkembang, maka akan menjadi lebih menular.

Tindakan yang harus diambil dari adanya varian Virus Corona baru termasuk varian XBB, utamanya langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil untuk mencegah lonjakan COVID-19.

"pemantauan dan pelacakan adalah langkah kunci. Kami perlu terus memantau dan melacak. Kami telah melihat bahwa pengujian telah menurun di seluruh negara, pengawasan genomik juga telah turun selama beberapa bulan terakhir," papar Soumya.

"Kami perlu mempertahankan setidaknya pengambilan sampel strategis pengawasan genom sehingga kami dapat terus lacak variannya seperti yang telah kami lakukan dan pelajari."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.