Sukses

Cara Deteksi Dini untuk Cegah Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak

Gangguan ginjal akut misterius memakan banyak korban jiwa. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah AKI, salah satunya dengan deteksi dini.

Liputan6.com, Jakarta - Gangguan ginjal akut misterius yang juga disebut atypical progressive acute kidney injury (AKI) pada anak memakan banyak korban jiwa. Masyarakat diharapkan lebih waspada dengan kemungkinan anak terserang AKI. Oleh sebab itu, penting bagi orangtua untuk melakukan deteksi dini pada anak untuk mencegah keparahan.

"Deteksi dini menjadi kunci penting," ujar Kasie Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dr. Ngabila Salama, MKM dalam webinar kesehatan "Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak dan Tips Konsumsi Obat Secara Aman di Provinsi DKI Jakarta pada Sabtu (22/10/2022).

Ngabila pun mengatakan, salah satu cara mencegah gangguan ginjal akut adalah dengan mencegah anak sakit.

"Jangan biarkan anak kita kena infeksi akut (baik saluran cerna dan saluran napas)," tegas Ngabila.

Artinya, anak harus selalu menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, rajin mencuci tangan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menjaga pola hidup bersih dan sehat.

"Kita cegah sakitnya dulu, supaya anak kita juga enggak perlu minum obat," kata Ngabila.

Selain itu, agar ginjal tetap sehat, Ngabila juga menjelaskan pentingnya mencukupi kebutuhan konsumsi air putih.

Jumlah kebutuhan cairan anak menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yaitu:

-800 ml atau sekitar 2 sampai 3 gelas untuk anak usia 7-12 tahun.

-1,3 liter atau sekitar 5 gelas untuk anak usia 1-3 tahun.

-1,7 liter atau sekitar 6 sampai 7 gelas untuk anak usia 4-8 tahun.

-2,1 sampai 2,4 liter atau sekitar 8 sampai 10 gelas untuk anak usia 9-13 tahun.

-2,3 sampai 3,3 liter atau sekitar 9 sampai 13 gelas untuk anak usia di atas 14 tahun.

Selain itu, makanan yang sehat dan bergizi juga menjadi faktor penting guna mencegah AKI. Ada 70 persen kasus AKI di Jakarta dengan gizi kurang (malnutrisi). Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memastikan anak mendapat nutrisi yang cukup.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cara Menghitung Produksi Urine Normal

Selain mencukupi kebutuhan air dan nutrisi pada anak, orangtua dapat memantau gejala gangguan fungsi ginjal.

Gangguan ginjal akut biasanya ditandai dengan menurunnya jumlah produksi urine.

"Ginjal rusak, dia enggak bisa kencing. Alhasil anaknya bisa jadi bengkak, lalu juga produksi kencingnya berkurang," ucap Ngabila.

Orangtua dapat menghitung volume buang air kecil (BAK) kurang pada anak dengan rumus berikut:

(Jumlah produksi urine dalam gram atau mL : berat badan dalam kg) : jam.

Jika hasilnya lebih atau sama dengan 1 mL/kg/jam berarti normal.

Bila anak memakai popok, timbang selisih popok kotor BAK dan popok bersih. Jika terdapat BAB pada popok kotor, singkirkan semaksimal mungkin. Sedangkan jika anak bisa BAK sendiri, tampung urine dalam gelas ukur dan hitung dengan rumus di atas.

Contoh:

Dalam 6 jam terakhir anak dengan BB 10 kg mengeluarkan 30 ml urine.

Maka, (30:10):6=0,5 mL/kg/jam.

Artinya, jumlah produksi BAK anak tersebut tergolong tidak normal dan perlu segera dibawa ke layanan kesehatan terdekat untuk mendapat penanganan.

 

3 dari 4 halaman

Cara Menurunkan Demam

Gejala lain AKI yaitu demam pada anak. Saat ini, masyarakat diimbau untuk tidak memberikan obat atau vitamin pada anak dalam bentuk cairan atau sirup. Ngabila menjelaskan, ini bukan karena isi obat sirupnya, melainkan pelarut dari sirup yang dikhawatirkan terkontaminasi zat yang seharusnya tidak ada di dalam obat.

Hal ini menyebabkan para orangtua khawatir akan cara menurunkan demam pada anak. Meskipun demikian, Ngabila menjelaskan ada cara untuk menurunkan demam di bawah 38 derajat celsius tanpa obat.

"Ketika anak kita demamnya masih di bawah 38, kita bisa menurunkan demam tanpa obat dengan cara mencukupi kebutuhan air hangat, kompres air hangat di dahi, di ketiak, di lipat-lipat tubuh, dan menggunakan pakaian atau selimut yang tipis," jelas Ngabila.

Akan tetapi, apabila demam di atas 38 derajat celsius, Ngabila mengingatkan untuk tidak gegabah sebab dapat menyebabkan kejang demam.

"Oleh karena itu, kita harus ke dokter, akan diberikan sediaan puyer, atau tablet, atau melalui anus," tambahnya.

4 dari 4 halaman

Keracunan Etilen Glikol

Efek samping kandungan etilen glikol yang mencemari obat batuk sirup diduga menjadi penyebab gangguan ginjal akut misterius pada anak.

Munculnya gejala 'keracunan' etilen glikol tidak langsung menyebabkan gagal ginjal. Ngabila menjelaskan, ada gejala yang lebih dulu muncul mengawali kondisi tersebut. 

"Ada gejala awal yang mungkin ini sebenarnya banyak masih tidak dideteksi di masyarakat," jelasnya.

"Mungkin anak-anak kita sekarang di rumah, ada juga yang sedang mengalami," tambahnya.

Misalnya yaitu gangguan mood, mental, tantrum, kelain saraf, mual dan muntah yang gejalanya ringan. Ini bisa terjadi bahkan dalam hitungan jam dari pengkonsumsian, ucap Ngabila.

Tahapan gejala keracunan etilen glikol yaitu:

1. Lemas, muntah, kejang, ataksia (tidak seimbang) 30 menit-12 jam setelah waktu konsumsi. Ini menandakan sistem saraf terserang.

2. Batuk, sesak, gangguan tekanan darah, gagal jantung 12-24 jam setelah waktu konsumsi. Organ yang terkena yaitu jantung dan paru-paru.

3. Gagal ginjal (BAK berkurang atau tidak BAK sama sekali, nyeri pinggang) 24-72 jam setelah waktu konsumsi. Organ yang terkena yaitu ginjal.

Oleh karena itu, penting untuk memantau setidaknya 10 hari sejak anak anak mengonsumsi vitamin atau obat-obatan tersebut.

(Adelina Wahyu Martanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini