Sukses

Tragedi Kanjuruhan, Muhadjir Effendy: Terlalu Mahal Nyawa Hanya untuk Sepak Bola

Tragedi Kanjuruhan menurut Muhadjir Effendy, terlalu mahal nyawa hanya untuk sepak bola.

Liputan6.com, Malang - Di mata Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Muhadjir Effendy, peristiwa nahas di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur dinilai terlalu mahal nyawa hanya untuk sepak bola. Tragedi itu bukan hanya pilu dalam dunia sepak bola nasional, melainkan juga internasional.

Data yang dihimpun Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) per 5 Oktober 2022 pagi, korban jiwa peristiwa tragedi Kanjuruhan usai laga Arema FC menjamu Persebaya Surabaya bertambah menjadi 131 meninggal. Sebelumnya, korban meninggal sebanyak 125 orang.

Demi menghindari ledakan sosial, Muhadjir juga meminta Aremania (sebutan supporter Arema FC) agar dapat menahan diri.

“Semua prihatin atas insiden di Stadion Kanjuruhan. Tapi saat ini, saya minta Aremania untuk menahan diri. Mari kita ciptakan suasana yang kondusif," ucap Menko PMK seraya menangis saat pertemuan dengan Aremania di Kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur pada Senin (3/10/2022) malam.

"Jangan sampai ada lagi korban berjatuhan. Sudah cukup. Terlalu mahal nyawa hanya untuk sepak bola."

Pada hari yang sama, Muhadjir bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini telah memberikan santunan kepada 125 ahli waris yang terdata oleh Kementerian Sosial (Kemensos) di Kota dan Kabupaten Malang yang mengalami tragedi Arema.

Data santunan kepada ahli waris korban tragedi Kanjuruhan Arema diperkirakan masih bisa bertambah sesuai perkembangan di lapangan. Masing-masing ahli waris menerima santunan sebesar Rp15 juta beserta paket sembako. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Data Korban Akan Terus Diperbarui

Dalam pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com, Rabu (5/10/2022), Muhadjir Effendy menambahkan, pihaknya akan masih berfokus pada penanganan darurat insiden dan korban tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu (1/10/2022), baik yang luka maupun tewas.

Upaya itu dilakukan sebagaimana tugas dan fungsi Kemenko PMK untuk terus melakukan penanganan korban terutama melakukan pembaruan data korban.

“Yang sakit kita layani sebaik dan secepat mungkin dan gratis, sedangkan yang meninggal keluarganya diberi santunan dari pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota,” ungkapnya saat menengok korban tragedi Stadion Kanjuruhan yang dirawat di beberapa rumah sakit (RS) di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (2/10/2022) pagi.

“Saat ini kita fokus dulu ke mereka yang menjadi korban, karena ini masih tanggap insiden, sisanya baru nanti rekonstruksi peristiwanya, kemudian nanti kita tentukan sikap sambil menunggu keputusan Presiden Jokowi."

3 dari 4 halaman

Korban Meninggal Terbanyak Usia 12-24 Tahun

Penambahan jumlah korban tragedi maut di Stadion Kanjuruhan sebanyak 131 orang yang dihimpun Kemenko PMK tersebut bersumber dari Dinas Kesehatan kabupaten Malang, Jawa Timur dan telah dikonfirmasi kepada Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto.

Data korban jiwa berasal dari sejumlah rumah sakit (RS) yang menangani korban, di antaranya RS Wafa Husada, RSB Hasta Brata Batu, RSUD Kanjuruhan, RSUD Dr. Saiful Anwar, dan RS Teja Husada Kepanjen.

Kemudian data korban juga berasal dari pencatatan di RS Ben Mari Pakisaji, RS Hasta Husada, RSI Gondang Legi, RS Salsabila, RST Soepraon serta informasi dari keluarga korban.

Dari 131 korban tragedi Kanjuruhan Malang meninggal tersebut, terdiri dari 90 laki-laki dan 41 perempuan. Kebanyakan korban remaja dan muda, yakni rentang usia 12 - 24 tahun. Sementara itu, ada satu korban meninggal masih balita yang berusia 4 tahun.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo juga memastikan jumlah korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan Malang sebanyak 131 orang.

Jumlah itu juga diperoleh setelah dilakukan verifikasi dan pengecekan bersama Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Tim Disaster Victim Investigation (DVI), dan Direktur Rumah Sakit setempat.

"Jadi data korban meninggal 131 orang," kata Dedi pada Rabu, 5 Oktober 2022.

4 dari 4 halaman

Sebaran Korban Meninggal di RS

Dedi Prasetyo merinci jumlah korban meninggal tragedi Kanjuruhan. Tercatat sebanyak 44 orang meninggal di tiga rumah sakit pemerintah meliputi RSUD Kanjuruhan 21 orang, RS Bhayangkara Hasta Brata Batu 2 orang dan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang 20 orang.  

Kemudian sebanyak 75 korban meninggal dunia terdata di tujuh rumah sakit swasta, yakni RSUD Gondanglegi 4 orang, RS Wafa Husada 53 orang, RS Teja Husada 13 orang, RS Hasta Husada 3 orang, RS Ben Mari 1 orang, RST Soepraoen 1 orang, dan RS Salsabila 1 orang. Lalu, sebanyak 12 orang korban meninggal dunia di luar fasilitas kesehatan.

Pada Selasa (4/10/2022), Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Wijanto Wijoyo membenarkan ada penambahan enam orang yang meninggal dunia itu, dari 125 menjadi 131 orang meninggal akibat tragedi Arema.

Namun, korban meninggal dunia tersebut bukan pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit.

"Benar, ada penambahan. Tapi ini bukan penambahan korban meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit," ucap Wijanto, dikutip dari Surabaya Liputan6.com.

Data enam orang korban meninggal dunia baru ditambahkan karena pada saat terjadi tragedi di Stadion Kanjuruhan, korban langsung dibawa pulang sebelum dilakukan pendataan.

"Korban langsung dibawa pulang saat itu. Penambahan data ini dengan kerja keras dan pengecekan di lapangan, dan memang benar ada tambahan enam orang. Tapi sekali lagi, ini bukan yang meninggal setelah menjalani perawatan di rumah sakit," terang Wijanto.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.