Sukses

Usia Bukan Penghalang, Lansia pun Bisa Produktif

Bertambahnya usia bukan alasan untuk menjadi tidak produktif.

Liputan6.com, Jakarta - "Sudah tua, di rumah saja", "Sudah tua, biar anaknya saja yang kerja", "Istirahat saja di rumah daripada kecapekan". Pernahkah Anda mendengar ucapan semacam itu?

Hal semacam itu disebut juga ageism, yaitu stereotip, prasangka, atau diskriminasi terhadap orang lain berdasarkan usia terhadap lansia. Ini bukanlah hal yang baru.

Hal ini disebabkan karena lansia digolongkan ke usia tidak produktif. Menurut KBBI, usia produktif adalah usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu.

Penduduk dengan usia produktif memiliki rentang usia 15 sampai 64 tahun. Usia 0 sampai 14 tahun digolongkan menjadi belum produktif dan usia lebih dari 64 tahun digolongkan ke dalam tidak produktif. Penduduk usia belum produktif dan tidak produktif inilah yang dikategorikan sebagai penduduk usia ketergantungan.

Oleh karena itu, lansia sering dipandang tak mampu. Padahal, sebenarnya banyak lansia yang masih aktif bekerja atau menjalankan hobi mereka dengan hebatnya.

"Kita tidak menolak tua, tetapi kita ingin usia itu dilihat dari perspektif yang berbeda,” ujar Inisiator Perempuan Platinum Louisa Tuhatu dalam diskusi bertajuk “Perempuan Platinum Memaknai Ulang Kelanjutusiaan” di Jakarta pada Sabtu (01/10/2022).

Menjadi tua bukan berarti tidak bisa menjadi bonus demografi, kata dia. Sebab kontribusi pembangunan bukan hanya dari sisi ekonomi, tapi juga berperan penting dalam mengayomi generasi muda, menurut Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas Maliki dalam acara yang sama.

"Kita perempuan platinum yang masih mempunyai kekuatan sendiri, tidak bergantung pada orang lain, semampu kita, apa yang bisa kita kerjakan sendiri kita kerjakan sendiri," tegas Louisa.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bertambanya Usia Tak Menghalangi Produktivitas

Salah satu bukti bertambahnya usia tak menghalangi produktivitas dapat kita lihat dari sosok mendiang ratu Elizabeth II. Ia menjabat sebagai seorang ratu hingga ia menghembuskan napas terakhir pada 8 September 2022 di usianya yang ke-96.

Di usia nya yang sudah "tidak produktif" itu, mendiang Ratu Elizabeth II dapat menjalankan tugasnya dengan baik, termasuk masih mampu menyetir mobil sendiri.

"Jika usia produktif hanya sampai 60, selama 36 tahun Ratu Elizabeth ngapain? 36 tahun tidak produktif, ya enggak mungkin, dong,” tutur psikolog dan pengajar UNIKA Atmajaya Jakarta, Danny Irawan Yatim yang turut hadir dalam diskusi.

Begitu pula dengan suaminya, Prince Philip yang meninggal pada 9 April 2021 di usianya yang ke-99.

"Mau dibilang enggak produktif 40 tahun? Enggak mungkin, kan," komentar Danny.

Tak hanya itu, masih banyak lagi contoh orang-orang produktif seperti Raja Charles III dan Joe Biden yang umurnya telah masuk dalam usia tidak produktif.

3 dari 4 halaman

Pengaruh Keaktifan Terhadap Lansia

Dari 29 juta lansia di Indonesia, sebanyak 10 persen sudah memerlukan perawatan jangka panjang, dan 10 persen dari mereka tidak ada yang merawat, jelas Maliki.

"Kondisi ini tentunya harus segera diubah. Lansia memang melalui proses ageing yaitu merupakan proses menjadi tua yang mencakup menurunnya fungsi organ tubuh dan fungsi mental. Namun, bukan berarti mereka tidak bisa mandiri dan produktif. Produktivitas inilah salah satu faktor yang dapat memengaruhi kualitas hidup lansia."

Lansia dengan peningkatan produktivitas dalam aktivitas tinggi memperolah skor yang lebih baik dalam Ringkasan Komponen Mental (MCS) dibanding mereka yang dengan penurunan tingkat produktivitas dalam aktivitas fisik, menurut artikel yang dipublikasikan di Journal of Exercise Science and Fitness pada Agustus 2018.

Lansia dapat memiliki kualitas hidup yang baik dalam kaitannya dengan kesehatan dengan konsisten atau meningkatkan aktivitas fisik. Selain itu, keaktifan, baik secara fisik maupun mental, dapat memengaruhi usia dan kesehatan seseorang, menurut Danny.

4 dari 4 halaman

Pentingnya Hobi dan Semangat

Dalam acara yang sama, turut hadir pendiri Kanawida Batik dan Kana Goods Sancaya Rini. Ia menjelaskan perjalanannya memulai usaha pada usia yang tak lagi muda. Dengan kemauan yang kuat untuk belajar, ia berhasil menciptakan usaha batiknya.

"Membahagiakan diri sendiri tidak bisa berharap dari orang lain," jelas Sancaya.

Hobi merupakan hal yang dapat membantu menemukan kebahagiaan. Selain itu, hobi merupakan faktor penting untuk menua aktif, menurut Louisa. Oleh karenanya, penting bagi kita, baik lansia maupun generasi muda, untuk memiliki hobi dan semangat dalam mewujudkannya. "Jangan meremehkan orang yang lansia, karena mereka punya pengalaman, tetapi masih punya cita-cita yang tinggi,” ujar Danny.

Usia tua tak menutup kemungkinan untuk terus aktif. Dengan semangat dan cita-cita yang dimiliki, apa pun dapat diraih. Jangan terikat pada stereotip lansia tak mampu dan harus dibantu.

"Jangan takut menjadi tua, tetapi jangan juga segan menjadi beda," tutup Louisa.

 

 

(Adelina Wahyu Martanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini