Sukses

Penularan COVID-19 di Sekolah Rentan Terjadi pada Waktu-Waktu Ini

Penularan COVID-19 tidak rentan terjadi pada jam belajar tetapi ada pada jam-jam di luar itu saat di sekolah.

Liputan6.com, Jakarta - Penularan COVID-19 masih terjadi hingga saat ini, termasuk di sekolah saat pembelajaran tatap muka (PTM).

Penularan COVID-19 tidak rentan terjadi pada jam belajar tetapi ada pada jam-jam di luar itu saat di sekolah. 

"Ada waktu-waktu tertentu yang rentan tidak jalankan protokol kesehatan (prokes) dengan ketat. Seperti jam istirahat, jam pergi dan pulang sekolah," kata Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, Dr. dr. Retno Asti Werdhani, M.Epid.

Melihat ada waktu-waktu dengan protokol kesehatan yang rendah, maka Asti mengingatkan pihak sekolah untuk mengingatkan murid dan guru untuk taat pada protokol kesehatan. Bila perlu dibuat tim khusus untuk memantau.

"Apabila saat sudah di sekolah, tanggung jawab guru dan pengurus sekolah. Edukasi juga perlu digencarkan lewat poster maupun stiker juga," kata Asti dalam sesi diksusi bersama BNPB pada Senin, 12 September 2022 secara daring.

Lalu, Asti juga mengingatkan ada sistem untuk segera melaporkan bila ada yang bergejala dan positif COVID-19 ke kecamatan. Bila memang ada yang positif tertular Corona, entah murid, staf pengajar maupun pekerja di sekolah bisa segera dilakukan tracing.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gejala Muncul, Ini Flu atau COVID-19 Ya?

Varian virus COVID-19 yang saat ini bersirkulasi di Indonesia yakni Omicron yang biasanya menyerang saluran pernapasan atas. Padahal, sebelum ada COVID-19 anak rentan kena penyakit pernapasan bagian atas. Hal ini jelas menimbulkan tanya bagi orangtua bila anak bergejala.

Asti menjelaskan bahwa pada COVID-19 gejala yang muncul biasanya tidak enak badan, demam tinggi, batuk, bersin.

"Semuanya itu mirip gejala flu," kata Asti.

Namun, perlu diingat bahwa gejala COVID-19 pada anak cenderung ringan bahkan tidak bergejala. Maka dari itu lebih baik orangtua mengjaak anak menjalani tes COVID-19 untuk mengetahui kondisi statusnya.

"Oleh karena itu, memang penting orangtua proaktif walau anak punya gejala seperti flu atau influenza like ilness, bila ada gejala tersebut untuk melakukan pemeriksaan COVID-19 untuk memastikan positif atau tidak," katanya.

"Enggak ada salahnya tes COVID-19," Asti menambahkan.

Jika memang anak positif COVID-19, bisa dilaporkan ke sekolah lalu dilakukan tracing. Hal ini mencegah untuk penularan COVID-19 di komunitas lain.

"Memutus rantai penularan juga kan, mencegah penularan ke klaster keluarga," kata Asti.

Jika tidak positif COVID-19 tapi memiliki gejala batuk, pilek, sakit tenggorokan maka anak bisa beristirahat agar cepat sembuh.

3 dari 3 halaman

Jalankan PHBS

Ketua Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Yogi Prawira SpA(K) di masa pandemi COVID-19 perlu menerapkanperilaku bersih dan hidup sehat (PHBS).

"PHBS ini bisa mencegah banyak hal. Nah dari PHBS dan protokol kesehatan yang sekian banyak, awalnya 3M jadi 5M sampai 10M. Sampai orang sudah pusing sendiri. Nah, mana sih yang paling efektif? Pertama adalah masker, kedua adalah ventilasi," kata Yogi.

Yogi mengungkapkan bahwa dengan banyaknya protokol kesehatan dan masyarakat yang sudah mulai lelah, setidaknya masker dan ventilasi harus mendapatkan perhatian khusus termasuk dalam hal PTM.

"Jadi kalau misalnya kita sudah lelah gitu ya. Maka minimal dua ini yang harus dikencangkan, masker dan ventilasi. Masker seperti apa? Masker kita akan berkompromi dengan kenyamanan dan keamanan," ujar Yogi dalam diskusi pada Agustus lalu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.