Sukses

Kepala BPOM dan Menkes Budi Ngobrol Obat dan Vaksin, Kabar Baru Apa?

Kepala BPOM dan Menkes Budi Gunadi sempat berbincang soal obat dan vaksin.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin saling berbincang mengenai obat dan vaksin pada Jumat, 26 Agustus 2022. Keduanya disebut membahas penguatan kapasitas produksi dalam negeri terkait pengembangan obat dan vaksin.

"Tadi saya dengan Pak Menkes (Budi Gunadi Sadikin) mulai dari jam 9 sampai 10 pagi, ya selama satu jam berdiskusi panjang lebar. Intinya, mendukung bagaimana kemandirian (obat dan vaksin)," kata Penny saat Lokakarya Pemanfaatan Teknologi Pengembangan Obat dan Vaksin COVID-19 untuk Mendukung Pembangunan Ekosistem Kemandirian Obat dan Vaksin Dalam Negeri di Hotel Ayana MidPlaza, Jakarta, ditulis Selasa (30/8/2022).

Dukungan kemandirian obat dan vaksin tersebut akan segera difinalisasi antara BPOM dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kesepakatan ini sebagai bentuk komitmen bersama untuk mendorong pengembangan industri farmasi nasional.

"Tentunya ada berbagai yang dikaitkan dengan Kementerian Kesehatan dan Badan POM. Ini yang harus kita finalisasikan juga. Kesepakatan yang sama antara Kemenkes dan Badan POM menunjukkan semangat komitmen yang tinggi," kata Penny.

"Jadi, bagaimana segera mendorong perkembangan dan pertumbuhan industri farmasi untuk mendorong kemandirian tersebut," dia menambahkan.

Dalam upaya mendorong inovasi industri farmasi, BPOM bekerja sama dengan tim peneliti Indonesia yang terus bergerak dan berkembang. Ini menunjukkan perwujudan bahwa sumber daya manusia peneliti di Indonesia sangat potensial.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bangun Industri Derivative Plasma

Kemandirian industri farmasi juga sangat potensial dengan dukungan investor-investor sedang menunggu untuk masuk. Para investor juga menndukung berkembangnya dunia industri farmasi untuk akses.

Perbincangan lain yang dibahas bersama Menkes Budi Gunadi Sadikin, lanjut Penny K. Lukito adalah kemandirian vaksin tentang industri derivative plasma dengan metode fraksionis plasma darah. Artinya, plasma yang dapat diperoleh menjadi berbagai produk darah.

Derivative plasma mengandung konsentrat spesifik protein plasma yang diperoleh dari plasma darah. Ini diperoleh melalui proses yang dikenal sebagai fraksinasi.

"Itu yang saya kira akan dilakukan dengan sangat berkomitmen. Selain itu, kami terus mendorong untuk industri farmasi mendapat Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atas pelayanan kesehatan juga," jelas Penny.

"Jadi, industri bisa segera dibangun sehingga kita tidak 100 persen tergantung pada impor ya. Itu masalah integritas bangsa kita, kehormatan kita juga ya untuk bisa memproduksi. Karena sumber daya, sumber bahan bakunya ada, teknologi bisa didatangkan, sumber daya manusia banyak sekali dan industrinya siap."

Industri derivative plasma darah pun diharapkan Penny dan Budi Gunadi dapat terwujud segera. "Saya kira itu harus segera kita bangun secepatnya dan Pak Menkes sudah sangat berkomitmen tinggi. Mudah-mudahan segera terlaksana," sambung Penny.

3 dari 4 halaman

Tren Derivative Plasma Darah

Derivative plasma, hasil dari metode yang diolah (dilakukan fraksionasi plasma) dapat menjadi berbagai produk darah antara lain, Human Albumin, Faktor VIII, Faktor IX, IgG dan lainnya. Derivative plasma memiliki beragam aplikasi klinis yang digunakan dalam terapi dan pengobatan.

Merujuk laporan berjudul, Blood Plasma Derivatives Market to See Incredible Growth by 2025, derivative plasma digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit yang mengancam kehidupan. Derivative plasma darah diperoleh dari donor darah.

Kemajuan dan pengembangan metode yang lebih baik untuk penggunaan derivative plasma kian meningkat dengan adanya kasus penyakit yang mengancam jiwa seperti HIV, hepatitis, dan hemofilia. Penyakit ini menciptakan permintaan dan peluang di pasar global terkait kebutuhan derivative plasma darah.

Selain itu, berbagai inisiatif pemerintah dan organisasi non-pemerintah untuk mengadakan dan mempromosikan kamp donor darah telah menghasilkan peningkatan pengumpulan darah manusia. Hal ini mendorong pertumbuhan pasar derivative plasma darah global.

Secara rinci, pasar derivative plasma darah global dapat disegmentasi berdasarkan jenis, aplikasi, pengguna akhir, dan wilayah. Berdasarkan jenisnya, pasaran dapat dikategorikan menjadi albumin, kompleks koagulasi anti-inhibitor, konsentrat faktor VIII, konsentrat faktor IX, imunoglobulin, termasuk Rh immune globulin, Konsentrat Inhibitor Alpha 1-Proteinase dan Konsentrat Anti-Thrombin III.

Berdasarkan aplikasi, derivative plasma darah dapat disegmentasi dipergunakan untuk HIV, hemofilia A, hemofilia B, hepatitis B, hepatitis C, gangguan perdarahan, gangguan paru-paru genetik, defisiensi dan disfungsi sistem kekebalan, syok, trauma, luka bakar, kebutuhan kardiopulmoner, Ketidakcocokan Rh, penerima transplantasi, kondisi hati, HIV pediatrik, dan rabies dari gigitan hewan.

4 dari 4 halaman

Pengobatan Derivative Plasma Darah

Sesuai laporan yang terbit di BioSpace pada 28 Oktober 2021, derivative plasma juga digunakan untuk pengobatan penyakit langka misalnya, angioedema herediter, defisiensi antitripsin alfa-1 juga dikenal sebagai penyakit paru obstruktif kronik genetik (CODP), penyakit Kawasaki (KD), dan defisiensi fibrinogen kongenital. Pangsa pasar dapat dibagi menjadi rumah sakit, klinik, lembaga penelitian, dan pusat transfusi darah.

Dari segi wilayah, penggunaan derivative plasma menyasar ke Amerika Utara, Eropa, Asia Pasifik, dan Timur Tengah & Afrika. Amerika Utara. Wilayah ini adalah pasar terbesar untuk derivative plasma. Di sana, terdapat kesadaran mengenai penggunaan dan ketersediaan derivative plasma untuk pengobatan penyakit menular di Amerika Utara.

Eropa adalah pasar terbesar kedua untuk derivative plasma. Penelitian lanjutan yang dilakukan oleh berbagai lembaga perawatan kesehatan tentang transfusi darah yang aman memicu pertumbuhan pasar di Eropa. Asia Pasifik diharapkan menjadi pasar dengan pertumbuhan tercepat untuk derivative plasma darah.

Industri farmasi yang beroperasi dalam derivative plasma global antara lain, Baxter BioScience, Grifols S.A., CSL Behring, ViroPharma, Inc., Talecris Biotherapeutics, Inc., Octapharma, dan Fusion Healthcare.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.