Sukses

Cerita TKW Asal Indramayu yang Tahu Kena Kusta Saat di Taiwan

Penyakit kusta membuat warga Indramayu, Qoriah harus kehilangan pekerjaan sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Taiwan.

Liputan6.com, Jakarta Penyakit kusta membuat warga Indramayu, Qoriah harus kehilangan pekerjaan sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Taiwan.

Qoriah yang kini berstatus Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) mengatakan bahwa pada awalnya ia tak merasakan ada yang salah pada dirinya. Tiga tahun berkerja di Taiwan dijalani dengan lancar tanpa ada keluhan apapun.

“Di kaki itu kena luka, majikan mengantarkan ke rumah sakit tapi saat diobati enggak terasa apa-apa padahal ada bercak darah,” ujar Qoriah kepada Health Liputan6.com saat ditemui di Indramayu beberapa waktu lalu. 

Majikannya pun heran dan membawanya hingga ke empat dokter yang berbeda. Diagnosis setiap dokter pun berbeda-beda hingga akhirnya salah satu dokter mengatakan bahwa itu adalah penyakit kusta.

Menurut dokter, ini adalah penyakit asal Indonesia dan yang bisa menyembuhkan adalah dokter di Indonesia juga karena obatnya ada di sana. Dokter pun menyarankan majikan Qoriah untuk segera memulangkannya ke Tanah Air.

Dengan berat hati ia pun dipulangkan ke Indonesia. Pengobatan pun dilakukan di puskesmas sekitar Indramayu.

“Dari sini ketahuan penyakitnya memang kusta, terus diperiksa bercak-bercaknya di mana saja. Alhamdulillah enggak ada bercak di muka, kalau orang-orang kan sampai ke muka. Saya mah enggak, di kaki dan badan sedikit.”

Ia pun menjalani pengobatan dengan meminum pil kusta selama satu tahun. Namun, penyakitnya tak kunjung sembuh.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tak Kunjung Sembuh

Penyakit kusta memerlukan pengobatan dalam waktu lama sekitar 6 hingga 12 bulan. Bahkan, pada beberapa kasus, penyakit ini bisa memakan waktu pengobatan 2 tahun atau lebih untuk sembuh.

Pengobatan panjang yang dilakukan Qoriah tak mencapai titik terang. Penyakit kembali parah dan membuat kakinya sakit luar biasa.

“Aku kan jadi stres, sudah berobat tapi enggak sembuh. Kaki enggak bisa digerakin, kaku, kalau ke kamar mandi itu harus merangkak.”

Pengobatan pun dilanjutkan, setiap hari meminum 8 pil, jika dalam satu minggu ada perubahan maka jumlah pil diturunkan jadi 7 dan seterusnya.

“Awalnya 8, 7, 6 eh pas sudah mau 1 itu malah kambuh lagi, tambah sakit lagi."

Setelah konsultasi ke puskesmas, maka pilnya dinaikkan lagi menjadi 8 pil per hari. Saat minum 8 hingga 5 pil keadaannya membaik dan tidak terasa sakit sehingga ia bisa melakukan kegiatan sederhana di rumah, tapi saat mulai minum 3-2 butir sakitnya kembali kambuh.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Membuat Sedih

Kondisi yang tak kunjung pulih membuatnya sangat bersedih. Hal yang paling menyakitkan hatinya adalah ketika ia tak bisa melayani suami dan anaknya. Sehari-hari ia hanya bisa berbaring di tempat tidur dan meringis kesakitan.

“Untung saja suami, anak, dan adik ipar selalu memberi semangat, memang peran keluarga sangat penting.”

Dua tahun menjalani pengobatan, ia pun sembuh dan kini sudah bisa menjalani kegiatan sehari-hari. Ia berpesan bagi para pasien kusta di luar sana untuk tetap semangat menjalani pengobatan dan jangan terlewat satu hari pun. Pasalnya, jika terlewat maka pengobatan perlu diulangi dari awal.

Dalam kesempatan yang berbeda, dokter umum dari Puskesmas Kertasemaya, Indramayu, Pratama Kortizona menjelaskan bahwa kusta adalah merupakan penyakit infeksi yang menyerang kulit seperti panu.

“Cuma kusta yang menyerangnya bukan ke kulitnya saja, tapi sampai ke saraf,” ujar Pratama kepada Health Liputan6.com saat kunjungan di Dusun Pondok Asem Jengkok, Indramayu bersama Yayasan NLR Indonesia, Selasa (5/7/2022).

4 dari 4 halaman

Penyebab Kusta

Penyebab kusta adalah kuman atau bakteri yang disebut mycobacterium leprae. Gejala awalnya dapat terlihat bercak keputihan di kulit seperti panu.

“Jadi awal gejalanya mungkin kalau dilihat kayak panu, tapi bedanya menyerang saraf. Karena menyerang saraf itu dia bisa hilang rasa namanya baal atau tidak terasa atau bahkan kalau kulit lain mengeluarkan keringat, dia (lokasi kusta) enggak mengeluarkan keringat. Karena saraf untuk keringatnya sudah rusak.”

Faktor risiko kusta adalah kebersihan yang tak dijaga, lanjut Pratama. Pasalnya, bakteri penyebab kusta banyak ditemukan di tempat-tempat yang tidak bersih atau pencahayaan kurang, minim terkena matahari, dan ventilasi yang buruk.

“Jadi diharapkan harus jaga kebersihan di rumah, terus ventilasinya harus bagus udaranya, harus kena matahari jangan tertutup karena matahari bisa membunuh kuman.”

Selain kebersihan, sinar matahari dan ventilasi, faktor gizi juga memiliki peran. Guna mencegah terjadinya kusta, masyarakat harus membiasakan makan makanan bergizi.

“Biasanya memang kalau gizi kurang gampang terkena kuman atau virus.”

Kusta merupakan penyakit yang bisa menyerang segala usia termasuk anak-anak hingga lanjut usia (lansia). Pencegahan kusta pada anak-anak cenderung sama dengan dewasa yakni menjaga kebersihan dan gizi.

“Apalagi anak-anak kan masih masa pertumbuhan. Untuk pencegahan, kita ada program untuk minum obat rifampicin itu bisa mencegah penyakit kusta selama dua tahun,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.