Sukses

Psikolog Ungkap Cara Mengajarkan Anak Menghadapi Menang Kalah dalam Perlombaan

Menang kalah dalam lomba 17 Agustus merupakan hal biasa. Namun bagi seorang anak, persoalan menang dan kalah bisa jadi hal yang serius.

Liputan6.com, Jakarta Dalam setiap perlombaan, termasuk lomba 17 Agustus yang setiap tahunnya hampir selalu digelar, menang kalah jadi hal biasa. Namun tak dapat dipungkiri, bagi seorang anak, persoalan menang dan kalah bisa jadi hal yang serius.

Beberapa orangtua pun mungkin kebingungan saat menghadapi anak yang bersedih usai kalah dalam lomba 17 Agustus. Di sisi lain, kemenangan pada anak sangat mungkin untuk menumbuhkan keangkuhan pada teman-teman seusianya.

Lalu, apa yang perlu dilakukan oleh orangtua?

Psikolog anak, remaja, dan keluarga Universitas Kristen Maranatha Bandung, Efnie Indriani mengungkapkan bahwa sebelum mengikuti lomba atau saat anak mengikuti lomba, penting untuk menyampaikan tujuan mengikuti lomba tersebut.

"Sampaikan kepada anak bahwa tujuan ia mengikuti lomba adalah untuk ikut memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia. Bukan sekadar untuk berambisi menang atau kalah. Jadi menang atau kalah di dalam perlombaan itu adalah hal biasa," ujar Efnie pada Health Liputan6.com ditulis Kamis, (18/8/2022).

Selain dengan mempersiapkan mental anak sebelum lomba, Efnie menjelaskan bahwa penting untuk tetap mendampingi anak saat mengikuti perlombaan. Sebaiknya, hindari juga pemberian kritik yang berlebih pada anak.

"Terus berikan semangat dengan hati yang gembira. Hindari memberikan kritikan yang berlebih atas perilaku yang ditampilkan anak selama perlombaan karena bisa menurunkan semangat anak dalam berpartisipasi di perlombaan dan menurunkan rasa percaya dirinya," kata Efnie.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Anak Sedih karena Kalah Lomba 17 Agustus

Lebih lanjut Efnie mengungkapkan bahwa jika anak bersedih karena kalah lomba 17 Agustus, pastikan bahwa orangtua dapat meyakinkannya bahwa menang dan kalah tidak akan memengaruhi rasa sayang Anda sebagai orangtua pada anak.

"Katakan kepada anak menang atau kalah tidak masalah dan apapun hasilnya sebagai orang tua kita tetap menyayanginya, yang penting sudah berpartisipasi dan memeriahkan perlombaan. Berikan apresiasi juga kepada anak bahwa apa yang ia lakukan sudah baik," ujar Efnie.

Dalam kasus sebaliknya, jika anak meraih kemenangan, terdapat pula kalimat atau penjelasan yang perlu disampaikan pada anak. Gunanya agar anak tidak angkuh atas kemenangan tersebut dengan terlalu berlebihan.

"Jika anak meraih kemenangan, katakan kepada anak bahwa ia harus bersyukur karena dalam perlombaan kali ini ia sudah berhasil menjadi pemenang," ujar Efnie.

"Namun, hal yang perlu diingatkan kepada anak bahwa dalam perlombaan itu kita bisa saja tidak selalu menang, mungkin saja bisa menghadapi kekalahan di kesempatan yang lain," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Jangan Jadikan Kemenangan Cara untuk Merendahkan

Menurut Efnie, kemenangan yang diperoleh anak saat lomba 17 Agustus tidak seharusnya membuat anak menjadi angkuh atau merendahkan teman-temannya yang kalah dalam perlombaan tersebut.

"Jadi, kemenangan yang diraih saat ini jangan sampai ia merendahkan teman2 yang kalah dalam kesempatan kali ini," kata Efnie.

Hal tersebut pun dapat bermanfaat jikalau nantinya anak harus menghadapi kekalahan di perlombaan 17 Agustus lainnya. Saat anak memahami bahwa menang kalah jadi hal biasa, dalam kesempatan berikutnya ketika kalah, anak bisa lebih menerima.

"Katakan kepada anak bahwa menang kalah dalam sebuah perlombaan itu adalah hal yang yang wajar. Inti dari sebuah perlombaan adalah kita berpartisipasi dan berusaha sebaik mungkin," ujar Efnie.

4 dari 4 halaman

Bagaimana Bila Anak Diledek karena Kalah?

Saat menghadapi kekalahan, teman seusia anak sangat mungkin untuk melantunkan ledekan. Alhasil, anak bisa merasa enggan atau mungkin trauma karena mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakan dari temannya.

Sehingga dalam kesempatan berbeda, Efnie mengungkapkan bahwa dalam kondisi trauma atau usai mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan, orangtua sebaiknya menghindari untuk marah atau mengomentari perlakuan yang diterima anak di depan anaknya langsung.

"Sebaiknya orangtua juga menghindari marah atau mengomentari perlakuan yang diterima oleh anak saat di hadapan anak. Ini akan memperberat trauma sang anak," ujar Efnie.

Hal yang bisa dilakukan oleh orangtua adalah menemani dan memberikan dukungan lewat cara lainnya seperti lewat pelukan hangat. Dengan begitu, anak akan lebih merasa aman dan nyaman usai kejadian kurang mengenakan terjadi.

"Orangtua (sebaiknya) hadir di dekat anak, mendengarkan, memberikan pelukan hangat agar anak merasa aman," kata Efnie.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.