Sukses

Tak Stunting, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Kenang Kerap Makan Laron saat Kecil

Kecukupan asupan protein hewani kunci cegah anak stunting. Kepala BKKBN Hasto Wardoyo ingat kerap makan laron saat kecil.

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa kecukupan protein hewani amat penting mencegah stunting pada anak-anak. Sumber protein hewani pun tak perlu mahal. Bila berkaca pada pengalamannya saat kecil, ia kerap makan laron sebagai salah satu sumber protein hewani.

Anak terakhir dari delapan bersaudara ini lahir dari keluarga yang tidak berlimpah harta. Sehingga, asupan protein hewani biasanya didapatkan dari produk yang terjangkau. Termasuk ayam yang didapatkan dari kenduri selain itu, ia juga kerap menangkap laron untuk dijadikan lauk.

"Saya lahir di pucuk gunung dari orangtua yang tidak mampu tapi pas kecil saya makan ayam yang dapat dari kenduri. Kalau enggak saya makan laron itu (hewan) yang terbang-terbang," kata Hasto. 

"Protein hewani yang halal ya, itu sangat membantu (mencegah stunting)," lanjut Hasto dalam Kick Off Kolaborasi Percepatan Penurunan Stunting pada Senin, 8 Agustus 2022 yang digelar secara hybrid dari Jakarta.

Kecukupan protein hewani adalah salah satu aspek dalam pencegahan stunting. "Sekecil apaun proteni hewan ini penting."

Sumber protein hewani pun tak harus mahal. Ada banyak pilihan makanan yang merupakan sumber protein hewani. Sebut saja telur ayam, telur puyuh, ikan lele, ikan gabus, hingga hati ayam.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyebab Lain Stunting

Di kesempatan yang sama, Hasto mengungkapkan ada dua hal lain juga yang turut berkontribusi pada stunting yakni kurang optimalnya fasilitas layanan kesehatan dan parenting. Namun, dengan kerja sama dengan berbagai sektor termasuk TNI dan POLRI, Hasto optimistis bisa menekan angka stunting.

"Terkait faskes (fasilitas kesehatan) kami optimistis dengan kerja sama dengan faskes yang dimiliki TNI dan Polri, bisa bekerja sama dalam menyukseskan vaksinasi. Posyandu juga bisa disukseskan," kata pria yang juga dokter kebidanan dan kandungan ini. 

Lalu, Hasto juga berpesan agar para orangtua bisa mengasuh bua hatinya dengan bahagia. Bila anak tumbuh senang maka perkembangannya optimal.

 

3 dari 4 halaman

Kerugian Besar Bila Anak Stunting

Angka stunting di Indonesia amat tinggi yakni 24,4 persen. Ini artinya ada satu dari empat anak yang alami stunting di Indonesia.

Kondisi stunting bisa dicegah tapi bila sudah terjadi selain bikin fisik pendek juga berimbas pada kecerdasan dan kesehatan di masa depan. Berikut rincian dampak negatif bila anak stunting.

1. Stunting pasti Pendek

"Anak stunting pasti pendek, tapi pendek belum tentu stunting. Hal ini membuat orang tersebut tak bisa jadi anggota TNI, POLRI bahkan jadi pramugari ya," kata Hasto.

2. Anak Stunting Kemampuan Intelektual Rendah

Selain fisik yang pendek, daya intelegensia juga rendah alias tidak pintar.

 

4 dari 4 halaman

3. Masalah Kesehatan Saat Dewasa

"Pada anak-anak yang stunting nanti saat sudah besar padahal belum terlalu tua, ada banyak permasalahan di sana. Salah satunya sentral obesitas, gemuk di tengah atau bagian perut," kata Hasto.

"Saya juga gemuk di tengah tapi saya tidak stunting karena saya agak tinggi," kata Hasto sambil tertawa.

Lebih lanjut, seseorang dengan sentral obesitas rentan memiliki masalah kesehatan seperti diabetes dan penyakit jantung dan tekanan darah.

"Jadi, sebelum usia 50 dia sudah tidak produktif," kata Hasto."Stunting benar-benar merugikan sumber daya manusia," tegas Hasto.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini