Sukses

Kemenkes Ungkap Sulitnya Kejar Imunisasi Anak Luar Jawa-Bali

Kendala pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di luar Jawa - Bali.

Liputan6.com, Jakarta Cakupan pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) Tahap I di luar Jawa - Bali masih menghadapi kendala. Walaupun cakupan imunisasi pada program BIAN tersebut sudah di atas 60 persen, masih ada terkait kesadaran membawa anak untuk diimunisasi.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan, cakupan BIAN Tahap I yang digelar sejak bulan Mei 2022 masih di angka 63 persen. Data ini per 7 Agustus 2022.

"Iya belum sampai 70 persen (BIAN Tahap I), baru sekitar 63 persen. Jadi, BIAN itu kendalanya lebih terhadap kesadaran masyarakat datang membawa anak-anak yang divaksin," ujar Maxi di sela-sela acara Visioning The Digital Health Transformation in Indonesia with Smile Application di Gedung Kemenkes RI Jakarta pada Senin, 8 Agustus 2022.

"Jadi, kita perpanjang sampai Agustus ini."

BIAN terdiri dari dua kegiatan layanan imunisasi. Pertama, layanan imunisasi tambahan berupa pemberian satu dosis imunisasi campak dan rubella tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Kedua, layanan imunisasi kejar berupa pemberian satu atau lebih jenis imunisasi untuk melengkapi status imunisasi dasar maupun lanjutan bagi anak yang belum menerima dosis vaksin sesuai usia.

Pelaksanaan BIAN dibagi atas dua tahap. Tahap I diberikan bagi semua provinsi yang berada di luar Pulau Jawa dan Bali mulai bulan Mei 2022, yakni di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. 

Imunisasi yang diberikan berupa imunisasi campak rubella untuk usia 9 sampai 15 tahun. Untuk imunisasi kejar diberikan pada anak usia 12 sampai 59 bulan yang tidak lengkap imunisasi OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib.

Tahap II imunisasi anak BIAN dilaksanakan mulai Agustus 2022 di provinsi yang ada di Jawa dan Bali. Untuk imunisasi campak rubella menyasar usia 9 sampai 59 bulan dan imunisasi kejar diberikan pada anak usia 12 sampai 59 bulan yang tidak lengkap imunisasi OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cakupan Imunisasi Anak Turun Drastis

Selama dua tahun terakhir sejak 2020 – 2021, Kemenkes mencatat, cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi turun drastis. Pada 2020, target imunisasi sebanyak 92 persen, sedangkan cakupan yang dicapai 84 persen.

Tahun 2021, imunisasi anak ditargetkan 93 persen, namun cakupan yang dicapai 84 persen. Penurunan cakupan imunisasi diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Ada sekitar lebih dari 1,7 juta bayi yang belum mendapatkan imunisasi dasar selama periode 2019 - 2021.

Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), menurut Maxi Rein Rondonuwu, merupakan momen penting untuk menutup kesenjangan imunitas akibat penurunan imunisasi anak yang terjadi.

“Kita harus ingat kembali bahwa bila kesenjangan imunitas ini tidak segera kita tutup, maka akan terjadi peningkatan kasus dan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang akan menjadi beban ganda di tengah pandemi," ucapnya saat konferensi pers di Gedung Kemenkes RI Jakarta, Selasa (28/6/2022).

"kita juga berpotensi gagal mencapai target eliminasi campak rubella pada tahun 2023 dan gagal mempertahankan Indonesia bebas polio yang telah dicapai sejak 2014."

3 dari 4 halaman

Jaga Masyarakat Tetap Sehat

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin juga mengajak seluruh orangtua untuk memberikan imunisasi anaknya. Ajakan ini disampaikannya bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat mencanangkan secara resmi Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) Tahap II di RSUD Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang aman, berbiaya rendah dan berdampak besar dalam melindungi masyarakat dari berbagai penyakit menular berbahaya yang dapat dicegah dengan imunisasi.

“Jangan lupa Bapak/Ibu, anak-anaknya untuk divaksinasi supaya anak sehat,” tegas Budi Gunadi pada Rabu, 3 Agustus 2022.

BIAN merupakan momen penting untuk bersama-sama mengejar ketertinggalan imunisasi pada anak-anak. Upaya ini tidak hanya akan melindungi anak-anak yang menjadi sasaran BIAN, melainkan seluruh masyarakat.

“Tugas Menteri Kesehatan adalah menjaga masyarakat tetap sehat, strateginya adalah kuratif dan preventif. Vaksinasi adalah tindakan preventif,” imbuh Budi Gunadi.

4 dari 4 halaman

Kejar Target 90 Persen Imunisasi

Menkes Budi Gunadi Sadikin menambahkan, Kementerian Kesehatan menambah 3 varian baru vaksin dalam program imunisasi dasar anak. Ketiga varian vaksin baru itu, yakni HPV untuk pencegahan kanker serviks bagi para ibu, PCV untuk pneumonia pada balita, dan Rotavirus untuk pencegahan diare pada balita.

“Penambahan 3 varian vaksin ini merupakan salah satu program baru transformasi kesehatan pilar pertama terkait layanan kesehatan primer,” ujarnya.

Adapun di Jawa Barat, sekitar 332.400 anak belum dapat imunisasi. Namun laporan hasil BIAN pada hari kedua terpantau di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat menunjukkan cakupan imunisasi campak rubella sebanyak 103.266 anak atau 3,1 persen, imunisasi OPV 13.095 anak, imunisasi IPV 1.655 anak, dan DPT atau Pentabio sebanyak 17.255 anak.

Gubernur Ridwan Kamil mengatakan, Pemerintah Jawa Barat berkomitmen untuk mengejar target 90 persen cakupan imunisasi campak rubella, dan 80 persen cakupan imunisasi kejar.

“Cakupan ini akan kami terus tingkatkan. SDM Indonesia harus sehat, penyakit yang potensi menyerang anak-anak kita harus mencegahnya dengan imunisasi,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.